Karina Yuika seorang gadis yatim piatu, gadis SMK biasa dari Akademi TKJ, gadis yang optimis terhadap hidupnya dan selalu memancarkan aura positif ke orang sekitarnya dan tergantung orangnya se-frekuensi hayuk, sengaja gelud siap adu jotos wkwk. Gadis yang hidup sederhana, bisa mendapatkan perhatian dari seseorang....? Seorang gadis cantik, sederhana, kuat dan kadang-kadang sedikit nakal.
Seorang gadis cantik, didalam hidupnya hanya ada 3 kegemaran: mencari uang, mendapatkan uang, dan mengumpulkan uang! Karina Yuika, gadis yang dijuluki "Si Gadis Cantik"
Kisah seorang gadis cantik dan seorang lelaki yang memiliki watak kejam dan seorang dari masa lalu.
Alfist Anderta Eckart sosok direktur yang dingin!!! dan memandang rendah semua orang;
"Hei, kamu tidak akan bisa kabur lagi!"
'Apa yang harus gw lakukan jika seorang dari keluarga besar mengejarku! Mengapa tidak bisa menjauh?'
"Dengan adanya tanda ini, kamu sudah jadi milikku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon koeceng_olen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ez
Malam itu, cahaya bulan dalam hujan menerangi kamar tidur Karin dan Alfist. Karin tertidur nyenyak, terlelap dalam pelukan Alfist. Namun, Alfist terbangun, matanya berkilauan dalam kegelapan. Dia merabah nakas sebelahnya, mengambil HP-nya dengan hati-hati agar tidak membangunkan Karin.
"Ambil mobil di depan rumah Karina. Jangan sampai orang-orang sekitar berpikir yang tidak-tidak tentang Burung Kenari ku. Paham? Parkirkan di tepi jalan yang biasanya."
Saki membalas pesan itu dengan cepat:
"Siap, Bos." balas Saki di sebrang sana
Alfist tersenyum melihat Burung Kenari nya, menarik napas dalam-dalam mencium harum nya rambut Karina. Dia memeluk Karin erat dan mencium lembut keningnya.
"Aku pergi dulu Baby" bisik nya
Hujan malam itu turun dengan deras, membasahi jalan-jalan dan membuat kota terlihat lebih sunyi. Air hujan menggenang di jalan, memantulkan cahaya lampu-lampu kota seperti ribuan bintang kecil. Saki memarkirkan mobil hitam Bos nya di tepi jalan, seperti perintah Alfist. Dia menunggu instruksi berikutnya, sambil mengamatikan sekitar dengan mata tajam.
"Bagaimana kabar Dyrenn, Skylar, Claude ya?" tanya nya pada diri sendiri
Dalam mobil, suara hujan yang membasahi kaca mobil menciptakan kesunyian yang mencekam. Saki merasa sedikit tidak nyaman, menunggu perintah Alfist yang tidak jelas. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Alfist memintanya memarkirkan mobil di sini?
Saki memandang ke sekeliling, melihat rumah Karin yang terletak di seberang jalan. Lampu-lampu di dalam rumah itu sudah mati hanya meninggalkan lampu teras, menandakan bahwa Nyonya nya sudah tertidur.
Tiba-tiba, HP Saki bergetar. Pesan dari Alfist muncul di layar.
"Saki, tunggu di sana. Aku akan keluar segera," tulis Alfist.
Saki menunggu dengan sabar, mata tajamnya terus memantau sekitar. Hujan tidak berhenti, malah semakin deras. Suara air yang menggenang di jalan membuatnya merasa tidak nyaman.
Tiba-tiba, pintu rumah Karin terbuka. Alfist keluar, mengenakan jaket hitam dan topi. Dia melihat ke sekeliling, seolah memastikan tidak ada yang mengawasinya.
Alfist berlari menuju mobil Saki, berusaha menghindari air hujan. Saat dia membuka pintu mobil.
Alfist memandang Saki serius. "Karin tidak boleh tahu apa yang kita lakukan malam ini. di saat pagi aku harus ada di sisi Karin, Paham?"
Saki mengangguk. "Siap, Bos."
Mobil itu meluncur perlahan, meninggalkan rumah Karin di balik hujan yang deras.
Mobil itu meluncur cepat di jalan yang basah, lampu-lampu kota berkedip-kedip di balik hujan. Alfist memandang ke luar jendela, wajahnya serius.
"Tujuan kita adalah Pelabuhan Manggar," kata Alfist tiba-tiba.
Saki terkejut. "Pelabuhan Manggar? Apa yang kita cari di sana, Bos?, Apa Skylar dan lain nya terjebak di sana?" berbagai pertanyaan beruntun
Alfist tidak menjawab. Dia hanya memandang ke depan, mata tajamnya terfokus pada jalan.
Saki merasa penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Alfist membawanya ke pelabuhan? Karena dia tidak mendapatkan info dari rekannya Sky, claude dan Dyren
Mobil itu berhenti di depan gerbang pelabuhan. Alfist keluar, mengisyaratkan Saki untuk mengikutinya.
Di dalam pelabuhan, suara mesin kapal dan deraknya rantai mengisi udara. Alfist berjalan cepat, menuju dermaga keempat.
Tiba-tiba, dia berhenti di depan kapal mewah bernama "Malikin".
"Kita harus menemukan sesuatu di dalam kapal ini," kata Alfist, mata tajamnya memandang Saki.
Hujan malam itu membasahi dermaga keempat Pelabuhan Marina, membuatnya licin dan sunyi. Alfist dan Saki berjalan cepat, menghindari cahaya lampu sorot yang terpasang di atas dermaga. Suara mesin kapal "Malikin" berdengung, menggetarkan udara.
Alfist menghentikan langkahnya di depan kapal mewah tersebut. Dia memandang ke sekeliling, memastikan tidak ada yang mengawasinya. Saki menunggu di sampingnya, mata tajamnya memantau sekitar.
"Kita harus menemukan sesuatu di dalam kapal ini," kata Alfist, suaranya pelan tapi penuh otoritas. "Ikuti Saki, siapkan senjata mu."
Alfist memasuki kapal melalui pintu samping, Saki mengikutinya. Interior kapal mewah itu dipenuhi dengan perabotan mahal dan lukisan-lukisan indah. Namun, Alfist tidak memperhatikan keindahan tersebut. Dia bergerak cepat, menuju ruang bawah kapal.
Di ruang bawah kapal, suara mesin lebih keras dan suhu lebih tinggi. Alfist berhenti di depan sebuah pintu besi, mengeluarkan kunci dari lukisan yang ada didalam yang pasti ini dilakukan trio Sky, Claud dan Dyren. Dia membuka pintu tersebut, mengungkapkan ruang rahasia yang tersembunyi.
"Apa yang kita cari, Bos?" tanya Saki, suaranya pelan.
Alfist tidak menjawab. Dia memasuki ruang rahasia, meninggalkan Saki di ambang pintu.
Tiba-tiba, suara teriakan terdengar dari dalam ruang rahasia. Saki merasa terkejut.
Suara teriakan itu semakin keras, diikuti dengan suara langkah kaki berat. Saki merasa hatinya berdebar, tidak tahu apa yang terjadi di dalam ruang rahasia. Tiba-tiba, Alfist keluar dengan wajah serius.
"Kita harus pergi, sekarang!" perintah Alfist.
Saki mengikuti Alfist keluar dari kapal "Malikin". Di dermaga, hujan masih turun dengan deras. Mereka berlari menuju mobil, berusaha menghindari air hujan.
Saat mereka masuk mobil, Saki bertanya, "Apa yang terjadi, Bos?"
Alfist memandang ke belakang, seolah memastikan tidak ada yang mengikuti. "Kita telah menemukan apa yang kita cari. Sekarang, Skylar, Claude dan Dyren terjebak mereka melawan musuh kita yang banyak, itu pesan terakhir yang mereka kirim pada ku Saki, aku tidak memperhitungkan dengan benar"
Alfist memulai mesin mobil dan meluncurkan mobil keluar dari pelabuhan.
Mereka melaju cepat di jalan yang basah, meninggalkan Pelabuhan Manggar di balik hujan.
Mobil melaju cepat di jalan yang gelap, hanya cahaya lampu mobil yang menerangi jalan. Saki merasa penasaran dan khawatir.
"Bos, apa yang kita temukan di kapal itu?" tanya Saki, berusaha mengendalikan suaranya.
Alfist memandang ke spion, sebelum menjawab, "Kita temukan sesuatu yang bisa mengubah segalanya Saki, resep obat terlarang mereka, obat untuk mengobati nya juga dan lain lain itu info yang di berikan Claude"
Tiba-tiba, mobil di belakang mereka mulai mengejar. Alfist mempercepat mobil.
"Mereka mengejar kita!" teriak Saki.
Alfist memegang setir erat, "Pertahankan diri!"
Mobil mereka melaju semakin cepat, menembus kegelapan malam.
Mobil mereka melaju kencang, menembus kegelapan malam. Saki memandang ke belakang, melihat mobil pengejar semakin dekat.
"Bos, mereka semakin dekat!" teriak Saki.
Alfist mempercepat mobil, memasuki jalan sempit. Mobil pengejar masih mengejar.
Tiba-tiba, Alfist membelokkan mobil ke kiri, memasuki jalan kecil. Mobil pengejar terlambat mengikuti.
"Kita harus sembunyi," kata Alfist, mematikan lampu mobil.
Mereka berhenti di depan sebuah gudang tua. Alfist keluar, membuka pintu gudang.
"Masuk!" perintahnya.
Saki masuk ke dalam gudang, menunggu instruksi selanjutnya.
Di dalam gudang gelap, Alfist dan Saki mendengar suara langkah kaki semakin dekat. Tiba-tiba, pintu gudang terbuka dan tiga sosok masuk.
Claude, Skylar, dan Dyrenn, tiga anggota tim elit Alfist.
"Kita harus melindungi dokumen ini," kata Alfist, menyerahkan dokumen kepada Claude. Claude memasukkan dokumen ke dalam tas untuk diberikan kepada Profesor Won.
Skylar mengeluarkan senjata untuk jaga jaga, "Maaf, Bos, kami tidak bisa melumpuhkan musuh dengan senyap, mereka sangat banyak, seperti nya pemimipin Tiartiz shot sengaja menambah anak buahnya untuk memonopoli pelabuhan Manggar, dan di perbatasan Manggarai terdapat markas baru mereka, sulit menghancurkan curut itu dari Kota ini" info nya, Alfist tidak menjawab
Dyrenn memeriksa sekitar, memastikan tidak ada bahaya. "Gudang ini aman, Bos."
Saki terkejut. "Bagaimana kalian menemukan kita?"
Claude tersenyum. "Kita selalu memantau" menunjukkan GPS.
Alfist merenung sejenak, merasa terbebani dengan tanggung jawab untuk melindungi dokumen berharga tersebut. Dia tahu betapa pentingnya juga dokumen itu bagi keamanan pelabuhan Manggar dan wilayah sekitarnya bukan hanya obat terlarang dan dan obat penawar nya.
"Dokumen ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh," ucap Alfist mantap. Dia melirik ke arah Skylar, yang tengah bersiap dengan senjata. "Kita harus siap menghadapi mereka, tanpa kompromi."
Skylar mengangguk, menunjukkan kesiapannya dalam menghadapi ancaman. Dia tahu betul betapa sulitnya menghadapi musuh yang jumlahnya begitu besar, terutama pemimpin Tiartiz shot yang semakin ambisius.
Sementara itu, Dyrenn tetap waspada, memeriksa sekeliling untuk memastikan tidak ada ancaman yang terlewatkan. Dia mengamati setiap sudut gudang dengan cermat, siap untuk melindungi rekan-rekannya.
Saki terkejut ketika mengetahui bahwa mereka telah ditemukan oleh musuh. Namun, Claude dengan tenang menunjukkan bahwa mereka telah selalu mengantisipasi hal tersebut dengan memantau setiap gerak-gerik musuh melalui GPS.
Percikan api dari lentera yang dipasang di dinding gudang menyala redup, menciptakan bayangan gelap yang menari-nari di sekitar para pahlawan yang siap tempur. Mereka terdiam sejenak, menatap ke arah pintu gudang yang sudah terbuka lebar, mengungkapkan jalan masuk bagi musuh yang siap menyerang.
Dengan perasaan tegang namun penuh tekad, Alfist, Skylar, Dyrenn, Saki, dan Claude bersiap-siap menemui musuh yang telah menantang keberadaan mereka. Mereka dapat merasakan hembusan angin malam yang dingin, seperti isyarat dari alam bahwa pertempuran yang akan terjadi akan menjadi ujian nyata bagi keberanian dan kekuatan mereka.
Mata mereka bersinar dengan tekad yang tak tergoyahkan, siap untuk menghadapi musuh yang mencoba merebut dokumen berharga yang menjadi kunci keamanan pelabuhan Manggar. Dalam sekejap, sinar bulan yang terang memantulkan kilatan senjata-senjata yang dipegang kuat oleh para pahlawan, menandakan bahwa pertempuran tak terelakkan.
Seketika, langkah-langkah berat musuh mulai terdengar semakin dekat. Hat-hati, mereka mulai masuk ke dalam gudang, siap untuk menyusup dan mencari dokumen yang begitu berharga. Namun, semangat juang para pahlawan terpancar jelas dari tatapan mereka yang penuh determinasi, siap untuk melawan musuh sekuat tenaga.
Dalam sekejap, pertempuran pun pecah. Deru senjata, serbuan cepat, dan teriakan-teriakan memenuhi udara, menciptakan medan perang yang mencekam namun juga penuh dengan semangat juang yang tak kenal lelah.
Alfist dan kawan-kawan bergantian menyerang musuh, menggunakan keahlian dan kekuatan mereka untuk melindungi dokumen berharga itu. Skylar melesat dengan lincah, menghindari serangan musuh sambil menembak balik dengan akurat. Dyrenn bertarung dengan sabar, melindungi rekan-rekannya dari serangan musuh yang datang dari berbagai arah.
Saki memancarkan keberanian dan ketangguhan, memimpin pasukan pertahanan dengan cermat dan strategis. Claude, dengan ketenangan yang mempesona, mengatur serangan balik yang tak terduga, merusak rencana musuh satu demi satu.
Pertempuran semakin memanas, namun para pahlawan tak pernah menyerah. Mereka terus berjuang, tidak hanya untuk dokumen berharga itu, tetapi juga untuk keamanan pelabuhan Manggar dan keselamatan warga di sekitarnya. Mereka menyatukan kekuatan, keberanian, dan tekad mereka, menunjukkan bahwa tak ada yang bisa menghentikan mereka dalam melindungi apa yang mereka cintai.
Akhirnya, setelah pertarungan sengit yang melelahkan, musuh berhasil dipukul mundur. Para pahlawan merasa lega, namun mereka tahu bahwa pertempuran belum berakhir. Mereka siap menghadapi ancaman berikutnya dengan keberanian dan semangat yang masih berkobar.
Setelah pertempuran sengit yang menguras tenaga, Alfist dan ketiga rekannya, Skylar, Dyrenn, serta Saki, berhasil keluar sebagai pemenang. Meskipun demikian, mereka tidak luput dari luka-luka kecil yang diderita selama pertempuran.
Alfist, pemimpin kelompok, terluka di lengan kirinya akibat serangan pedang musuh yang tajam. Meskipun demikian, dia tetap tegar dan tidak menunjukkan rasa sakit. Skylar memiliki goresan di wajahnya, sedangkan Dyrenn dan Saki mengalami luka ringan di bagian tangan masing-masing.
Meski terluka, keempatnya tetap tersenyum penuh kelegaan karena berhasil melindungi dokumen berharga tersebut dan memenangkan pertempuran yang sangat penting itu. Mereka merayakan kemenangan mereka sambil saling memberi tumpukan sinar senyum yang penuh kebersamaan.
Setelah merawat luka-luka kecil mereka, keempatnya kemudian meninggalkan gudang tua pelabuhan Manggar dengan perasaan bangga dan lega. Mereka tahu bahwa persatuan dan semangat juang mereka adalah kunci keberhasilan dalam melawan segala ancaman.
Seiring langkah mereka meninggalkan tempat tersebut, cahaya senja yang memudar kembali menerangi jalan mereka, menandakan bahwa kebaikan dan kebenaran akan selalu menang atas kegelapan dan kejahatan.
"Di sebuah kantin kecil yang terletak dekat dengan pelabuhan Manggar, kami menyelinap mencari dokumen-dokumen penting perusahaan yang ter afiliasi dengan Tiartiz shot yang baru saja diterimanya waktu itu, Dokumen-dokumen tersebut terlihat biasa saja, berisi tentang kebijakan perusahaan, prosedur operasional, tata tertib karyawan, serta pedoman etika yang harus diikuti oleh seluruh pegawai. Namun, di tengah tumpukan dokumen tersebut, terselip sebuah informasi yang sangat sensitif dan berbahaya. Data-data tersebut berhubungan dengan obat terlarang yang selama ini berhasil diselundupkan keluar dari pelabuhan Manggar. Tidak hanya itu, dokumen tersebut juga memuat penawaran obat terlarang tersebut kepada pihak-pihak tertentu yang belum diketahui identitasnya Kami mengambil nya tapi kami ketahuan, kami berpencar aku yang memegang dokumen itu menyelinap masuk ke kapal mewah bernama "Malikin" karena disana sangat ketat aku menyamar dan tetap saja aku tidak bisa membawa dokumen itu secara langsung mereka memeriksa satu satu di pelabuhan Manggar" ujar Claude
"Mereka sudah memonopoli dengan diam diam Bos" ujar Skylar menambahkan
"Saat kabar tentang kebocoran informasi sensitif ini menyebar, aku yakin perusahaan yang ter afiliasi harus menghadapi berbagai tantangan dan krisis dan saat itu lah perusahaan kita bisa menguasai segala aspek, periksa Perusahaan mana yang ter afiliasi itu Saki, suruh anak buah yang lain saja, untuk kalian bertiga istirahat lah sejenak" perintah Alfist tegas
"bagaimana dengan nyonya bos, apa tidak perlu di pantau lagi" tanya Dyren ketua pelatih ke dua di Perusahaan Eckert setelah amang gorengan
"tidak perlu untuk sekarang" dan di anggukan oleh mereka ber tiga
"Saki antar aku ke rumah Burung Kenari ku, antar mobil lain nanti"
"Siap Bos"