Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22 Kemurkaan Tuan Agung 3
Penunjuk waktu telah menunjukan pukul 10 siang, saat ini Danu tengah dibujuk makan oleh Beni dan Imah. Ya Beni harus meminta bantuan Imah agar Danu kembali bangkit, setidaknya Imah bisa menjelaskan bagaimana Mayang berusaha sekuat hati berjuang untuk mencari Danu alias Rangga.
'' Ayolah Bos, jangan seperti ini. Bagaimana bisa Bos mencari Mayang kalau Bos sendiri tidak ada tenaga.'' Kata Beni saat Danu masih saja menggeleng saat Beni akan menyuapkannya.
'' Kenapa aku begitu bodoh Ben, tidak menjaga dengan baik milikku yang paling berharga. Aku memang suami yang tidak berguna Ben, Mayang ku hilang entah kemana..hiks..hiks...'' Danu kembali cengeng.
'' Yah Annda memang bod*h Tuan, sangking bod*hnya Anda sama sekali tidak bisa menggunakan otak dengan benar.'' Perkataan Imah sontak membuat Beni membulatkan pada Imah. Namun Imah malah kembali berucap.
'' Sudah tau istri hilang, malah cengeng-cengeng sambil tiduran di sini. Apa Anda pikir Mayang sekarang baik-baik saja hah. Mungkin saja sekarang dia sedang disiksa, tidak dikasih makan, tidak minum bahkan tidurpun mungkin hanya dilantai yang dingin dan kotor. Tapi Anda? Malah hu huhu ga jelas di sini. Asal Anda tau, Mayang yang bahkan lebih dulu menderita dari Anda saja mampu berjuang sendiri sekuat tenaga dan keyakinan yang dia punya. Seharusnya sekarang giliran Anda berjuang, tunjukan kalau Mayang adalah milik Anda yang paling berharga. Jangan malah cuma bisa nangis aja kayak ABG labil.''
'' Sekarang saya tanya, Anda ingin terus bersedih atau kita mencari Mayang sekarang juga...?!!'' Imah makin emosi pada Danu.
'' Kamu benar Mah, saya harus berjuang buat Istri dan calon anak saya. Mereka sedang membutuhkan saya sekarang. Kemarikan piringnya Ben, saya makan sendiri. Kamu siapkan kepulangan saya sekarang juga.'' Danu mulai makan dengan lahap setelah Beni menyodorkan piring berisi nasi, lauk dan sayur pada Danu.
'' Heran, kalo gue yang bentak kok gue malah kena semprot. Itu si Imah yang omelin malah nurut.'' Batin Beni sambil geleng-geleng dan langsung melakukan perintah Danu.
_____________
'' Ben, kenapa sampai sekarang belum juga ada kabar?'' Ujar Danu saat mereka sudah keluar dari gerbang rumah sakit tempat Danu dirawat.
Sesuai dengan permintaan Danu, akhirnya Dokter terpaksa mengikuti permintaan Danu tapi dengan syarat pihak rumah sakit tidak mau menanggung resiko yang terjadi dengan Danu nanti.
'' Tadi mereka sudah mencek cctv, cuma saat mobil itu datang sampai Mayang dibawa pergi rekamannya sudah terpotong.'' Jawab Beni.
'' Ini sudah mereka rencanakan dengan matang, bahkan mereka selangkah lebih cepat dari kita.'' Kesal Danu.
'' Biasanya kalo di film-film, penculiknya membawa sandranya ke rumah kosong atau vila-vila gitu. Tapi kita benar-benar ga tahu kema-----.'' Mayang lansung diam saat Danu dan Beni yang berada di depan menatapnya kebelakang bersamaan, dan kemudian Danu dan Beni saling menatap.
'' Kenapa tidak terpikirkan oleh kita sampai ke sana Ben? Sekarang cepat lo sebar orang-orang kita ke semua Apartemen milik Om Bagas, rumah-rumah miliknya dan itu Ben keperkebunan Om Bagas yang di puncak. Cepat!'' Kata Danu penuh semangat.
'' I iya Bos.'' Jawab Beni.
'' Kamu memang ada gunanya juga Mah, ternyata otak lo berfungsi dengan baik.'' Ucap Danu pada Imah yang hanya bisa melongo melihat dua pria di depannya.
'' Mmpuuhh haha..'' Beni sontak tertawa mendengar Bosnya membalas perkataan Imah pada Danu waktu di rumah sakit tadi.
Setelah merumbukkan kemungkinan terbesar kemana Tuan Bagas membawa Mayang, akhirnya Danu memutuskan akan langsung menuju villa Tuan Bagas di puncak. Meski belum dapat kabar pasti dari orang-orang suruhannya, namun Danu tetap bersikeras menuju lokasi itu karena firasatnya sangat kuat Mayang ada di sana.
'' Bagaimana Rudi, apa ada info terbaru?'' Ujar Tuan Agung yang tengah duduk bersandar dikepala tempat tidur. Kondisinya mulai stabil meski harus tetap menggunakan selang oksigen untuk membantu pernafasannya.
'' Belum Tuan, tapi prediksi terbesar Tuan Bagas membawa Nona Mayang ke puncak. Dan orang-orang kita telah bergerak cepat ke sana.'' Jelas Sekretaris Rudi.
'' Bagas memang sudah gila, bagaimana sanggup dia menculik Mayang hanya untuk menguras hartaku.'' Ujar Tuan Agung dengan suara yang agak lemah.
Tanpa Tuan Agung dan Rudi sadari, dari balik pintu yang sedikit terbuka terlihat seorang gadis tengah berdiri mematung karena kaget dengan apa yang tengah didengarnya.
Sesaat kemudian ponsel Rudi berbunyi dan tertera nama Tuan Bagas dilayar ponselnya. Dengan segera Rudi mengeraskan volumenya dan menyodorkan pada Tuan Agung.
'' Apa yang kamu inginkan Bagas.'' Terdengar suara Tuan Agung bergetar menahan amarah.
'' *Tenang Ayah, aku hanya*--------.'' Ucapan Tuan Bagas terpotong.
'' Jangan panggil aku Ayah! Aku bukan Ayahmu!!!'' Tuan Agung kembali membentak.
'' *Sabar...jangan emosi lagi, ingat penyakitmu sedang kambuh sekarang hahaha... Baiklah Tuan Agung yang terhormat, saya punya penawaran untukmu Tuan*.'' Ujar Tuan Bagas dari balik sambungan telepon.
'' Cepat katakan!'' Kata Tuan Agung dengan tangan yang sudah mengepal kuat.
'' *Hanya sedikit permintaan, biarkan aku membawa seluruh aset yang sudah atas nama ku serta 50 persen saham Baragajasa Group* *beralih atas namaku*.''
Perkataan Tuan Bagas sontak membuat Tuan Agung dan Rudi saling beradu pandang, dan seketika Rudi menggelengkan kepalanya.
'' Baiklah...'' Sungguh ucapan Tuan Agung membuat Rudi kaget tidak percaya.
'' Kau boleh ambil apa yang kau mau, tapi jika terjadi sesuatu dengan Cucu Mantuku maka kau akan tau akibat apa yang akan kau dapatkan.''
'' *Tenanglah Tuan Agung, Cucu Mantumu serta calon cucuku dalan keadaan yang sangat baik. Atau Anda ingin mendengar suaranya? Baiklah*..''
''*Huhuhuu...lepaskan aku Tuan, jangan sakiti aku Tuan aku mohon hiks...hiks*....'' Suara Mayang sungguh menyayat hati Tuan Agung, dia sudah tidak sanggup mendengarnya lagi.
'' Cepat katakan dimana titik temu kita.'' Ucap Tuan Agung langsung pada poin.
'' *Anda tidak perlu datang Tuan, cukup Anda siapkan semua berkas yang sudah Anda tanda tangani. Nanti saya kabari lagi. Oke, selamat siang Tuan Agung yang terhormat*.'' Tuan Bagas langsung mengakhiri panggilannya.
'' Tuan, kita sudah dapat lokasinya. Mereka membawa Nona Mayang ke vila yang tidak jauh dari vila miliknya.'' Ujar sekretaris Rudi.
'' Bagus, orang IT pilihanmu sangat Bagus. Cepat siapkan keberangkatan kita sekarang!'' Jawab Tuan Agung.
'' Anda yakin ingin ikut ke sana Tuan?''
'' Apa aku terlihat bergurau Rudi.'' Jawab Tuan Agung dan Rudi pun membungkukkan badan tanda mengerti.
Saat mobil Tuan Agung melaju kencang keluar dari rumah utama, Tama yang baru saja sampai dari balik arah yang berlawanan curiga dan mengikuti mobil Tuan Agung dari belakang. Sungguh keberuntungan untuk Tama karena Sopir Tuan Agung tidak akan menyadari, kebetulan Tama menggunakan mobil milik bengkel karena mobilnya sedang di servis.
Mobil Danu yang sudah tiba duluan di vila Tuan Agung langsung berhenti agak jauh agar tidak ada yang mencurigai. Danu , Beni dan Imah langsung berjalan mengendap-endap seperti maling yang takut ketahuan pemilik rumah. Mereka mengintip dari balik pagar bunga-bunga yang rimbun.
'' Sepertinya vilanya kosong Bos, sepi seperti tidak berpenghuni.'' Kata Beni sambil mengedarkan pandangan kesegala arah.
'' Ga mungkin juga mereka pake orgen tunggal biar rame.'' Jawab Imah polos. Mendapat tatapan tajam dari Danu dan Beni, Imah langsung pura-pura melihat ke arah lain.
Namun mata Imah langsung tertuju pada beberapa Ibu-Ibu pemetik teh yang tengah berjalan sambil bergurau. Tanpa pikir lagi, Imah langsung mendekati segerombolan Ibu-Ibu itu.
'' Maaf Buk, permisi saya mengganggu sebentar. Saya mau tanya Buk, vila yang di sana itu ada yang nempati ga Buk?'' Tanya Imah sopan.
'' Oh yang itu Neng, kalo vila yang itu kosong terus Neng. Udah bertahun-tahun pemiliknya yang di kota tidak datang berkunjung. Palingan cuma penjaga vilanya yang datang sambil bersih-bersih.'' Jawab salah satu Ibu-Ibu itu.
'' O begitu ya Buk, makasih ya Buk. Maaf mengganggu.'' Balas Imah lembut.
'' Memangnya Neng mau kemana? Sepertinya Neng bukan orang sini.'' Ujar salah satu ibu itu lagi.
'' Oh iya Buk, saya dari kota. Anu saya mau..mau itu buk..saya mau ketemu temen saya di vilanya iya hehe....cuma saya bingung Buk vilanya yang mana. Saya pikir ini, tapi kok sepi gitu hehe....'' Imah cengengesan. Penasaran melihat Imah sedang berbincang dengan para Ibu-ibu itu, akhirnya Danu dan Beni mulai mendekat.
'' O mungkin Vila yang dibalik bukit itu kali Neng, soalnya kemaren saya sempat lihat ada dua mobil yang bukan orang sini masuk ke sana. Mungkin yang itu vila temen Neng''. Jelas salah satu Ibu yang lain.
Sontak Danu, Imah dan Beni saling bertukar pandang seakan mereka dapat signal yang sama. '' Baiklah Buk, kalo begitu kami langsung ke sana dulu. Takutnya temen kami sudah lama menunggu. Terimakasih banyak ya Buk Ibuk, kami permisi.
Setelah pamit, mereka langsung berjalan menuju vila yang di maksud oleh Ibu tadi. Mereka sengaja berjalan kaki agar tidak menimbulkan kecurigaan nantinya. Berkat insting Imah yang kuat, mereka sampai dengan cepat tepat di belakang vila karena Imah berhasil mencari jalan pintas meski melewati beberapa semak dan kebun teh yang berjejer rapi.
Tepat saat Danu menatap ke jendela lantai dua vila tersebut, mata Danu langsung menangkap sosok yang sangat dikenalnya.
'' Om Bagas...'' Gumam Danu dengan mata yang melotot tajam.