Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan pahit yang tiba tiba muncul
Sebuah mobil pajero sport dengan warna hitam metalik nampak keluar dari parkiran bawah tanah sebuah gedung perkantoran.
Kinara Nafasya Jeslyn atau yang akrab di sapa Ara mulai membuntuti mobil tersebut, dengan menggunakan mobil miliknya secara perlahan agar tidak di ketahui oleh si pemilik mobil. Kinara mulai gelisah dan khawatir ketika mobil tersebut mulai masuk ke sebuah perumahan dan berhenti tepat di sebuah rumah dengan pagar bercat warna hitam.
"Mungkin ini hanya sebuah kebetulan bukan?" ucap Kinara meyakinkan dirinya.
Selang beberapa menit seorang wanita cantik nampak ke luar dan membuka pintu gerbang, dari gestur tubuh serta mimik wajahnya, wanita itu nampak tersenyum malu malu menyapa si pengemudi di dalam mobil yang di ikuti Kinara sedari tadi.
"Fara? enggak mungkin mas Geffie ada sesuatu sama Fara kan?" ucapnya sambil terus menahan gejolak di hatinya agar tidak berpikir ke arah yang negatif.
Mobil yang di tumpangi Geffie kembali melaju membelah jalanan di sore hari, entah ke mana arah mobil itu melaju. Kinara terus mengikuti kemana mobil yang dikemudikan oleh Geffie, hingga kemudian mobil tersebut berbelok ke arah sebelah kiri jalan di mana terdapat plakat besar dengan tulisan Hotel Melati di depan pintu masuk.
Mata Kinara mendadak menjadi panas dengan hati yang sudah remuk kala melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa sang suami masuk ke dalam sebuah hotel bersama teman dekatnya sendiri. Dengan tangan yang gemetar Kinara turun dari mobil dan melihat dari kejauhan suami dan temannya tengah berbincang dengan seorang resepsionis hotel.
Meski bukti sudah ada di depan mata Kinara tetap berusaha berpikir positif bahwa suaminya tidak akan mengkhianatinya. Kinara melangkahkan kakinya ke meja resepsionis untuk berpura pura memesan kamar hotel.
"Selamat sore ibu ada yang bisa saya bantu?" ucap resepsionis itu dengan senyum yang ramah.
"Saya... saya mau pesan kamar." ucapnya sambil menggigit bibir bawahnya.
"Silahkan anda mengisi daftar tamu terlebih dahulu bu?"
Kinara mengambil pulpen dengan tangan gemetar ketika melihat nama Geffie Danu Nugraha tertera di daftar tamu hotel.
"Mbak bisa saya meminta kamar di sebelah tamu ini? kami janjian memesan kamar bersebelahan karena akan mengadakan meeting." ucap Kinara sedikit memaksa.
Resepsionis itu nampak terdiam seperti tidak mempercayai ucapan Kinara. Kinara yang tahu arti tatapan resepsionis itu lantas langsung mengeluarkan lima lembar uang pecahan seratus ribu rupiah untuk di berikan kepada resepsionis itu.
"Kamu tenang saja saya hanya sebentar, saya janji tidak akan menimbulkan keributan." ucap Kinara sambil memberikan beberapa lembar uang tersebut kepada resepsionis itu.
"Baiklah bu, tapi saya harap anda bisa memegang janji anda." ucapnya yang di balas Kinara dengan anggukan.
Resepsionis tersebut lantas menulis sebuah nomor kamar dan memberikannya kepada Kinara. Kinara yang paham dan mengerti lantas langsung melngkahkan kakinya menuju ke arah lift untuk naik ke lantai lima.
******
Di dalam lift Kinara membuka perlahan genggaman tangannya yang berisi kertas bertuliskan nomor kamar hotel yang di berikan resepsionis tadi.
Setetes air mata tiba tiba saja lolos dan turun dengan begitu saja membasahi pipi Kinara, dengan gerakan cepat ia mengusap air mata itu kemudian tersenyum.
"Aku yakin mas Geffie tidak akan semudah itu berpaling, mungkin mas Geffie sedang bertemu klien dan kebetulan Fara membantunya." ucap Kinara sambil mengukir senyum di wajahnya.
Ting
Suara pintu lift terbuka terdengar nyaring membuat Kinara lantas bergegas keluar dan menuju ke arah nomor kamar yang tertulis di kertas itu.
Setelah sampai tepat di depan pintu, Kinara antara yakin dan tidak yakin hendak menekan bel pintu kamar tersebut. Tangannya benar benar terasa berat ia takut akan kenyataan yang bisa saja terungkap jika ia memencet tombol tersebut.
Cukup lama Kinara terdiam dengan bimbang sampai kemudian ia membulatkan tekad untuk menekan bel, namun sayangnya tepat pada ketiga kalinya Kinara lantas berlari ke sudut tembok untuk bersembunyi, hatinya benar benar tidak siap menerima kenyataan ini.
Cklek
Suara pintu terbuka membuat Kinara dengan spontan menoleh ke arah sumber suara. Terlihat Geffie tengah berdiri sambil menatap ke kanan dan ke kiri mencari siapa yang sudah menekan bel pintu kamarnya dengan tampilan yang sudah mengenakan handuk kimono hotel, pikiran buruk mulai menggelayuti Kinara melihat sang suami memakai pakaian seperti itu karena Kinara tentulah bukan wanita yang bodoh, sampai kemudian pikiran itu benar benar terjadi dan menjadi kenyataan kala Fara tiba tiba muncul dan langsung bergelayut manja di bahu Geffie.
"Siapa sayang?" tanya Fara sambil membenamkan wajahnya di bahu Geffie.
"Entahlah, sepertinya hanya orang iseng."
"Sebaiknya kita masuk dan melanjutkan apa yang sudah tertunda, bukankah kamu sudah tidak sabar?" ucap Fara dengan nada yang menggoda kemudian mengalunkan kedua tangannya di leher Geffie lalu mencium pipinya dengan mesra sambil mendorong Geffie agar masuk ke dalam dan tak lupa menutup pintu.
Bruk
Dunia Kinara seakan runtuh menyaksikan suaminya sendiri berselingkuh dengan sahabat dekatnya tanpa rasa bersalah sedikit pun. Air mata mulai membasahi pipinya dengan deras ia benar benar tidak tahu harus bagaimana lagi kali ini, ia tentu saja tidak menyangka bahwa suami yang selama ini menjadi panutannya berubah menjadi seseorang yang tega menghujamnya dengan ratusan batu.
Kinara menutup mulutnya dengan rapat, walau sedang hancur tentu saja Kinara tidak melupakan janjinya terhadap resepsionis itu untuk tidak membuat keributan.
******
Kinara menghentikan mobilnya tepat di halaman rumahnya. Kinara tidak berani masuk karena ia yakin putri kecilnya pasti belum tidur dan akan menanyainya dengan berbagai pertanyaan yang runtut dan tentu saja hal itu akan membuat Kinara kesusahan dalam menjawabnya.
Kinara membenamkan wajahnya di kedua tangan yang bertumpu pada stir mobil, pikirannya kali ini benar benar kacau, bagaiman mungkin suami yang selalu bersikap lembut serta penyayang dalam sekejap berubah menjadi seorang peselingkuh. Kinara menghembuskan nafasnya perlahan berkali kali untuk membuat dirinya tenang namun tetap saja gagal dan gagal lagi.
"Bagaimana aku bisa bertahan jika sudah seperti ini?" ucapnya pada diri sendiri.
Potongan demi potongan kenangan terlintas dan berputar di benaknya, tidak ada kata lain yang terus berputar selain kata mengapa mengapa dan mengapa, bukankah selama ini hubungan mereka selalu baik? lalu dimana letak salahnya? apakah ia terlalu naif atau mungkin terlalu mudah untuk di bohongi? sehingga selama ini suaminya berhasil memanipulasi segalanya.
"Apa salahku mas? apa aku benar benar menjadi seorang istri yang gagal? hingga tidak bisa membuat suamiku hanya memandang satu wanita saja? harus bagaimana aku sekarang?" ucap Kinara sambil memukul mukul dadanya yang sesak karena menahan tangisnya agar tidak terisak.
Bersambung