Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya memunculkan sifat yang berkamuflase. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
Semenjak Ayahnya meninggal, ia menjadi hilang arah, ia harus memainkan banyak peran dalam hidup nya, sehingga ia melupakan jati dirinya sendiri.
Hubungan dengan keluarganya pun semakin merenggang karena kesibukan masing-masing, Mamah harus bekerja, dan adiknya jadi jarang pulang karena sering menginap di rumah temannya.
Kehidupan Puteri semakin tak terkendali, ia yang tadinya anak baik-baik, seketika berubah menjadi bar-bar, merokok, minum minuman keras, bahkan sampai melakukan se*s bebas.
Berawal dari pertemuannya dengan seorang pria bernama Nino, Puteri yang mudah baper, mulai merasakan jatuh cinta lagi, sayangnya kali ini ia benar-benar sudah kelewat batas.
Ia menjadikan alasan karena frustasi ditinggalkan sosok ayah sebagai pembenaran atas kelakuannya, bukan hanya itu, Puteri pun berani membangkang kepada mamahnya.
Pertengkaran demi pertengkaran terus terjadi di rumah Puteri. Hawa panas di rumah itu semakin menyeruak hari demi hari, membuat penghuninya tidak ada yang bisa berpikir dengan kepala dingin.
Seolah mereka tidak bisa berada dalam satu atap. Bila yang satu datang, maka yang lain akan pergi dan situasi seperti itu terus berlanjut.
Puteri yang semakin muak dengan keadaan dirumah, lebih banyak menghabiskan waktu bersama Nino, kedekatan mereka yang begitu intens, seperti memberikan mereka peluang untuk berbuat lebih.
********************
Hari itu Puteri sedang shift pagi, rencananya hari ini ia akan ke rumah Nino, untuk nonton film bersama sambil santai-santai dirumah, karena Puteri sedang malas pulang cepat ke rumahnya, jadi ia menunggu sampai penghuni rumah tidur, baru ia akan pulang.
Setelah berbelanja cemilan dan minuman, Puteri pun menunggu Nino menjemput, 10 menit kemudian Nino tiba dengan motor matic nya dan mereka pun langsung meluncur ke rumah Nino.
Setibanya dirumah, Nino langsung menyalakan dvd, dan memutar film yang akan mereka tonton. Puteri masih belum menyadari bahwa dirumah itu hanya ada mereka berdua.
Puteri tidak curiga dengan maksud dan tujuannya Nino membawanya ke rumah dengan berpura-pura mengajaknya nonton film bersama.
Film pun di mulai, Puteri menonton sambil menikmati cemilan dan minuman yang ia beli sebelumnya. Hingga Nino mendekati Puteri, mengusap kepalanya, dan menyenderkannya dibahu.
Puteri yang masih fokus nonton, tidak menghiraukan sikap Nino yang seperti itu, sampai kemudian Nino membalikan wajah Puteri yang semula menghadap tv, jadi menghadapnya.
Puteri sedikit terheran dengan maksud Nino, tanpa membuang waktu Nino pun bergegas melancarkan aksinya saat keadaan dirumahnya sepi karena ayah dan adiknya sedang pergi ke tempat saudaranya di luar kota.
Berawal dari ciu*an biasa, hingga ciu*an panas, membuat Nino ingin melakukan yang lebih lagi, Puteri yang lagi-lagi masih polos hanyut dalam suasana itu, dituntun untuk mengikuti inginnya, merasakan hal yang sudah lama tidak ia rasakan lagi setelah putus dari kekasih lamanya.
Puteri yang hanya pernah berciu*an dengan Rahman, merasa penasaran dengan hal yang akan dilakukan Nino selanjutnya, membuat pertahanan dirinya runtuh seketika, kala Nino mulai menyentuh setiap inci tu*uhnya.
Desahnya kala mereka berciu*an membuat na*su Nino semakin naik, tangannya semakin liar saat menyentuh leher dan telinga Puteri.
Puteri yang awalnya menolak pun tak kuasa, karena tenaga Nino yang lebih besar menahannya agar terus mengikuti naf*unya, membuat Puteri semakin ter*uai dengan sen*uhan Nino yang mulai turun membuka kancing bajunya, dan melepaskan kaitan b*a yang Puteri kenakan, hingga Nino leluasa menyentuh gu*ung ke*bar miliknya.
Nino melepas ciu*an dibi*ir Puteri, bi*ir Nino pun beralih ke le*ernya, sambil mendorong Puteri yang semula posisinya duduk di sofa menjadi ber*aring.
Tak henti tangan Nino menjelajah, kali ini ia mengarahkan tangan Puteri untuk men*entuh mi*iknya yang sudah te*ak meng*ras, membuka kancing dan se*eting celana nya agar jag*annya bisa dengan mudah di*aba oleh Puteri.
Puteri yang baru pertama menyentuh dan melihat jag*an milik le*aki pun terkejut, karena mi*ik Nino begitu be*ar dan pan*ang, semakin meng*ras kala Puteri menyentuhnya dengan lembut.
Tangan Puteri di arahkan untuk berg*rak naik turun, sementara bi*irnya dibungkam lagi oleh bi*ir Nino, sambil tangannya mer*mas kembali gunung ke*bar itu.
Semakin panas, semakin tak terkendali, keduanya hanyut dalam suasana yang ber*ai*ah. Baju dan celana Puteri dilepas paksa, tetapi apa daya, na*su Nino yang semakin memuncak, membuat Puteri kewalahan tanpa perlawanan, membuat pa*aian yang ia kenakan terhempas ke lantai, menyisakan b*a tanpa dikait dan celana da*am yang masih terpakai.
Bi*ir Nino yang sudah ba*ah, turun ke bawah dan mulai menci*mi gunung kem*ar Puteri, meng*isa*nya dengan lembut, menji*at pu*ing nya, membuat des*han Puteri lolos dari mulutnya.
Tangan yang satu memegang le*er Puteri, sedangkan tangan yang lain semakin turun ke bawah menelusup ke dalam celana da*amnya.
Awalnya Puteri menepis saat tangan Nino yang mer*ba bagian mahkotanya, lalu tiba-tiba tangan yang tadi memegang le*er Puteri, dengan cepat berpindah menjadi memegang kedua tangannya, memposisikan keatas kepala.
Puteri yang mulai bero*tak hendak mengatakan sesuatu namun segera dibungkam oleh bi*ir Nino, gerakan kepala Puteri yang bisa diartikan sebagai jangan lakukan saat Nino mulai memasukan kembali tangannya kedalam mahkota Puteri, membelainya lembut, membuat Puteri semakin te*ang*ang.
Gerakan tubuh Puteri yang semakin menolak ketika tangan nino hendak masuk ke dalam lubang mahkota, membuat Nino semakin liar, bukannya berhenti Nino justru sengaja membuat Puteri semakin meng*eliat meni*ma*inya.
Nino lalu melepaskan tangannya yang memegang kedua tangan Puteri, Puteri berpikir ini akan berakhir, dan ia pun merasa lega, namun sayangnya Puteri salah, Nino melepas paksa celana da*am yang dikenakan Puteri, ia tidak peduli sekalipun Puteri menolak, kini ia menundukan kepala nya didepan mahkota itu, kemudian men*il*tinya, membuat Puteri semakin menggila merasakan keni*ma*an yang tidak pernah ia rasakan itu.
Des*han demi des*han lolos dari mulut Puteri membuatnya memejamkan mata tak berdaya merasakan keni*mat*n itu, tanpa sadar saat ia membuka mata, Nino yang bug*l sudah berada diatas tu*uhnya, berusaha memasukan jago*nnya kedalam lub*ng mahkota.
Puteri hendak memberontak lagi, namun ia semakin tak berdaya kala kedua tangannya dipegang dengan erat oleh tangan Nino.
Bi*irnya dibungkam oleh bi*ir Nino agak tidak berteriak, kala jago*nnya menelusup kedalam mahkota Puteri yang masih di segel. Setelah dengan susah payah akhirnya jag*an Nino masuk sempurna kedalam lub*ng mahkota Puteri.
Nino memaju mun*urkan gerakannya yang masih sulit dengan perlahan, karena mahkota Puteri masih begitu sempit, terasa cai*an keluar dari mahkota itu, namun ia tak menghiraukannya.
Dirasa Puteri sudah tak memberontak lagi, ia pun melepaskan tangan Puteri. Kini sambil me*eluk dan mel*mat dengan bar-bar bi*ir Puteri, Nino mengatur pergerakannya, semakin cepat.
Keduanya semakin hanyut, menikmati kesenangan sesaat, Puteri yang semakin men*es*h membuat Nino hampir mencapai punc*knya, hingga akhirnya Nino mengatakan bahwa ia akan keluar.. Aaaaaaaaah.. Nino sudah sampai pada puncak keni*ma*an, Nino memuntahkan milik jago*nnya didalam lub*ng mahkota Puteri yang baru saja dibobol.
Puteri menangis, merasakan sakit yang luar biasa di area mahkotanya, darah per*w*nn menetes mengotori sofa beserta lelehan muntahan jagoan milik Nino.
Perih yang begitu menyakitkan, membuatnya sulit untuk berjalan. Setelah selesai dengan aktifitas itu, mereka pun segera membersihkan diri, Nino lalu mengantarkan Puteri pulang karena hari sudah semakin larut.
Kejadian itu terus berulang, membuat mereka kecanduan. Dan akhirnya Puteri pun merasakan kenikmatan berci*ta. Hingga setiap mereka bertemu, se*s menjadi prioritas dalam hubungan mereka layaknya suami istri.
Mereka tidak hanya melakukannya di rumah Nino, tapi juga di rumah Puteri, bahkan saking bebasnya kehidupan Puteri sekarang, ia bisa berhari-hari tidak pulang hanya untuk bisa bersama Nino.
Waktu demi waktu berlalu, hingga suatu hari Puteri merasa ada yang aneh dengan tubuhnya.