Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.
Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epis. 12 Kemarahan Alfandy
Matahari sudah membagikan sinarnya kepada alam semesta , cahayanya sudah memasuki setiap celah yang ada di semua rumah. Tapi di kamar utama ini cahaya matahari tidak bisa menembusnya karena masih tertutupi tirai putih yang cukup tebal.
Mia tersentak dari tidurnya ketika samar-samar dia melihat jam weker yang sedang di genggamnya menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh menit. Dia ingat jam digital itu berbunyi berkali-kali tapi juga di matilkan berkali-kali.
“Telat lagi,” gumannya seraya berlari menuju kamar mandi.
Seperti biasa, Mia selalu tampil sederhana, bahkan dengan hanya memakai bedak baby dan liptin sudah cukup membuatnya cantik. Mia menuruni tangga dengan terburu-buru. Sepertinya dia akan melewatkan sarapannya lagi kali ini. Namun Mia memperlambat langkahnya ketika melihat Alfandi sedang duduk di ruang tengah sambil mengerjakan sesuatu dengan laptopnya di temani dengan segelas kopi hitam.
“Mas Donny nggak ke kantor?”, Mia melihat jam berwarna putih yang melingkar di lengan kirinya. Menyadari orang yang sedari tadi di tunggunya sudah muncul membuat Alfandi mengalihkan pandangan pada Mia. Dia juga melihat jam Rolex yang melingkar de lengan kirinya.
“Tuan Sakit.” Mia hanya membuat bentuk huruf o di bibirnya membuat Alfandi semakin kesal. “Dasar istri tidak berperasaan, suaminya sakit bukannya khawatir malah tampak tidak perduli,” batinnya geram.
“Saya akan mengantar anda Nyonya!” Mia sontak membelalakkan matanya karena heran.
“Tidak perlu,” tolaknya sambil berjalan lebih cepat karena ojek online yang di pesannya sudah menunggu sejak tadi.
“Ini perintah Tuan Donny Nyonya!” Mia mengehntikan langkanhnya dan membalikkan badannya, memberi tatapan tajam pada sekertaris suaminya. Tapi Alfandy malah memberi tatapan yang jauh lebih tajam membuat Mia jadi sedikit merinding.
“Silahkan Nyonya.” Mia dengan kesal membuka pintu mobil di kursi depan samping mengemudi dan menutupnya dengan keras sehingga menghasilkan dentuman yang cukup memekakan telinga sementara Alfandy menutup pintu kursi penumpang yang tadi di bukanya untuk Mia dengan pelan tanpa sedikitpun terpengaruh dengan tingkah istri Tuannya itu.
Pagi ini untuk pertama kalinya Mia berangkat ke kantor di antar oleh Alfandy setelah tadi sempat menolak dengan keras, tapi pada akhirnya Mia mengalah setelah salah satu penjaga keamanan mengatakan ojek online yang di pesan Mia sudah pergi karena menunggu terlalu lama. Mia yang terburu-buru akhirnya mengalah dari pada harus memesan ojek online lagi pasti akan memakan waktu sedangkan saat ini dia sudah benar-benarr terlambat.
Mia yang sudah kesal di buat semakin kesal dengan Alfandy. Dia mengemudikan mobil dengan sangat pelan, bahkan sepeda pun bisa mendahului mereka.
“Kamu sengaja bawa mobilnya pelan, kamu tahu kan aku sudah terlambat masuk kantor”. Mia sudah tidak bisa lagi menahan kekesalannya, kalau tahu begini lebih baik dia menunggu beberapa menit untuk memesan ojek online lagi.
“Alfandy…!!!” teriak Mia ketika Alfandy sama sekali tidak memberinya respon. Alfandi meminggirkan mobilnya. Dia kembali menatap Mia dengan tatapan yang tajam setelah mobil itu terpakir dan kembali sukses membuat Mia merinding. Mia yang melihat gelagat aneh Alfandy segera membuka pintu mobil bermaksud ingin keluar dan naik taksi saja. Tapi sayangnya pintunya di tutup Alfandy dan Mia tidak bisa melakukan apapun.
“Apa yang kamu lakukan, kamu jangan lupa kalau aku adalah istri dari Tuanmu”, mengingatkan Alfandy akan posisinya, namun sesuai dugaan Mia pria itu malah tersenyum sinis.
“Apa ada istri yang tidak perduli ketika suaminya sakit”, ujar Alfandy terdengar kesal. “Walaupun itu hanya perjanjian sementara, tidak bisakah anda perduli sedikit saja pada Tuan”, lanjutnya. Mia membuka mulutnya kecil, sedikit terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya.
Jadi sekertaris kesayangan suaminya ini marah karena Mia tidak perduli pada Tuannya. Hei, bukan kah banyak pelayan yang mengurusnya, Mia tebak dia bahkan punya dokter pribadi. Atau mungkin wanita yang kemarin sangat mesra dengannya bisa mengurusnya.
“Baiklah kalau anda tidak perduli dengan Tuan, tapi bisakah anda tidak membuatnya marah” lanjut Alfnady masih dengan suara yang terdengar kesal.
“Beban Tuan sudah sangat berat untuk mengurus perusahaan sebesar itu, saya harap anda tidak menambah bebannya lagi dengan bertindak semau anda”, lanjutnya lagi. Mia sedikit mengerti, sakitnya Donny mungkin di pengaruhi oleh pertengkaran mereka semalam. Tapi dari mana pria ini tahu sedangkan dia tidak ada di rumah itu semalam dan juga saat mereka bertengkar Mia tidak melihat siapapun di rumah itu.
Ah, itu tidak penting bagaimana caranya dia tahu yang terpenting sekarang adalah bagai mana caranya sampai ke kantor.
“Aku mengerti, sekarang tolong antar aku ke kantor atau turunkan aku disini,” katanya mengalah dengan suara rendah, tapi Alfandy malah menganggap kalau istri Tuannya ini sedang mempermainkan emosinya.
Laki-laki itu mengepalkan tangannya. Dengan perasaan yang sangat kesal dia menginjak gas dan mulai melajukan mobilnya. Mungkin jika jalanan tidak sepadat ini dia akan melajukan mobil dengan kecepatan tinggi untuk memberi pelajaran pada istri Tuannya itu.
“Saya harap anda tidak akan membuat masalah dengan Tuan lagi Nyonya,” katanya penuh penekanan, matanya menatap lurus jalan yang ada di depannya. Mia hanya mendesah berusaha tidak perduli dengan apa yang di katakan laki-laki itu.
“Anda tentu tidak ingin sahabat anda kehilangan pekerjaan yang sangat di sukainya itukan?” Mia langsung membalikkan kepalanya menatap tajam pada Alfandy.
“Apa maksud kamu?” tanyanya menahan emosi yang sudah sejak tadi ingin di luapkannya. Laki-laki itu menaikkan sudut bibirnya sangat tipis, dia tahu kelemahan Mia hanya satu, yaitu adalah Fiona.
“Fiona adalah salah satu staf Accounting di kantor pusat Oliver Group,” katanya membuat Mia semakin menatapnya tajam seolah-olah ingin mencabik-cabik laki-laki itu.
“Sangat gampang bagi saya untuk mebuatnya kehilangan pekerjaan, dan setelah dia keluar dari Oliver Group saya pastikan tidak akan ada satupun Perusahaan yang akan menerimanya bekerja.” Mia menarik kemeja Alfandy yang baru saja menghentikan mobilnya tepat di depan pintu utama sebuah gedung berlantai lima tempat dimana Mia bekerja. “Jangan pernah menyentuh Fiona atau aku akan melakukan sesuatu yang tidak pernah kamu bayangkan.” Matanya berkilat penuh amarah. Tidak ada yang akan dia ijinkan menyakiti sahabat yang sangat di sayanginya itu.
Mia membanting pintu mobil sedan mewah itu dengan kasar. Wajahnya merah padam. Dia merasa emosi yang sangat membuncah. Sekertasris suaminya benar-benar membuatnya marah. Sementara Alfandy kembali melajukan mobilnya dengan wajah datarnya. Dia berharap ancamannya dapat membuat Mia lebih bersikap dewasa dan tidak membuat masalah yang akan membuat Donny pusing sampai sakit walaupun hanya sedikit sakit kepala.