NovelToon NovelToon
Pendekar Pemburu Yang Diburu

Pendekar Pemburu Yang Diburu

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Petualangan / Tamat / Contest
Popularitas:8M
Nilai: 4.6
Nama Author: Baryodo Aman

Demi untuk membalaskan dendam kepada orang - orang yang telah menghancurkan kebahagiaannya, sehingga seorang remaja pria berpetualang untuk mencari sebuah sekte yang akan di jadikan tempatnya mendalami ilmu bela diri.

Akhirnya dia bertemu dengan seorang pendekar serta sekte untuk tempatnya bernaung.

Karena kejeniusannya, dia dengan cepat bisa menjadi seorang pendekar yang kuat.

Akhirnya dia mulai memburu setiap murid sekte yang telah menghancurkan desa dan keluarganya serta setiap murid sekte aliran hitam lainnya.

Hal itu pula yang membuat dirinya juga di buru oleh sekte aliran Hitam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baryodo Aman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. Di Hadang Perampok

Letak sekte Bambu Kuning berada di wilayah kerajaan Qi yang hanya 20 kilo meter dari laut.

Sedangkan letak sekte Bunga Persik di wilayah kerajaan Wei, dan itu berarti posisinya berada di sebelah barat dari sekte Bambu Kuning.

Kedua sekte itu akan berjalan untuk menujuh kearah barat daya dimana tempat ibu kota Kekaisaran berada.

Utusan perwakilan dari sekte mereka masing - masing, akhirnya memulaikan perjalanan untuk menuju ke ibu kota Kekaisaran.

Dari sekte Bambu Kuning ada empat orang dalam rombongan tersebut, yaitu Ketua Sekte Yao Han, tetua pertama Ying Zhao, Duan Jun dan juga Ma Guang.

Patriak Yao Han sendiri yang memimpin rombangannya untuk pergi ke ibu kota Kekaisaran, karena dia juga ingin bertemu dengan Kaisar Zhou Muwang.

Mereka menempuh perjalanan itu dengan menggunakan kuda, agar bisa tiba di ibu kota Kekaisaran, hanya memakan beberapa hari saja, karena jika perjalanan di lakukan dengan berjalan kaki, akan memakan waktu hingga 12 hari.

Setelah seharian penuh mereka melakukan perjalanan, akhirnya mereka tiba di suatu desa, dan karena hari sudah mulai gelap, mereka akan beristirahat dahulu sebelum melanjutkan lagi perjalanannya.

" Selamat datang tuan - tuan...!!! Ada yang bisa saya bantu...???." Ucap pelayan penginapan itu, menyambut ke empat orang yang masuk.

" Apakah masih ada 3 kamar yang tersisa untuk kami...???." Ucap Patriak Yao Han menanggapi pertanyaan sang pelayan.

" Masih ada tuan. Jika ingin memesannya, silakan membayar di kasir biaya sewanya terlebih dahulu." Ucap pelayan sambil mengarahkan tangan dan pandangannya kearah tempat kasir berada.

" Silakan tuan - tuan." Ucap pelayan itu lagi sambil berjalan menuntun mereka berempat untuk menuju ke arah kasir.

" Baiklah." Ucap Patriak.

Mereka lalu berjalan mengikuti pelayan itu untuk menuju ke kasir.

Setelah membayar biaya sewa kamar, mereka lalu di antar menuju ke kamar yang telah di sewa tersebut.

Penginapan itu jugalah yang pernah di pakai dulu oleh Xia Jiao untuk menginap.

Patriak dan tetua Ying Zhao masing - masing menempati satu kamar, sehingga satu kamar yang tersisa di gunakan oleh Ma Guang dan Duan Jun.

Pagi hari pun tiba, rombongan mereka kembali melanjutkan perjalanan lagi.

Tidak lama kemudian, mereka telah tiba di satu desa lagi.

Setelah tepat berada di depan sebuah penginapan, Ma Guang kembali dapat mengingat tepat itu.

Dirinya langsung menghentikan kudanya serta segera melompat turun.

Patriak serta kedua orang lainnya langsung menghentikan juga kuda mereka serta langsung berpaling untuk melihat ke arah Ma Guang.

" Apa yang akan anak itu perbuat." Gumam Patriak dalam hatinya.

" Hei, Ma Guang...!!! Apa yang ingin kamu lakukan...???." Ucap Duan Jun mendahului kedua orang tua yang juga ingin mengetahui apa yang akan di lakukan oleh remaja itu.

Remaja yang baru berusia 16 tahun itu langsung bergerak masuk kedalam penginapan tersebut.

Setelah sampai di dalam penginapan itu, mata Ma Guang langsung melihat ke arah meja kasir.

Namun wajah orang yang berada di kasir tersebut, bukan lagi wajah orang yang sama, sewaktu dia dan Xia Jiao mampir di penginapan itu dahulu.

" selamat datang tuan muda. Ada yang bisa saya bantu...???." Ucap pelayan menyambut kedatangan Ma Guang.

Ma Guang tetap diam dan tidak menanggapi apa yang pelayan itu tanyakan.

Remaja itu tetap terus melangkah menuju ke arah meja kasir.

" Pak tua...dimana kasir yang menjaga tempat ini...???." Ucap Ma Guang bertanya kepada orang yang berada di kasir itu dengan nada yang tidak bersahabat.

" Sayalah kasir di penginapan ini." Ucap pria itu menanggapi pertanyaan anak muda di depannya.

" Bukan...kamu bukan orang yang aku cari." Ucap Ma Guang menanggapi jawaban dari kasir itu.

" Sekitar tujuh bulan yang lalu, aku pernah menginap di tempat ini, sehingga bertemu dengan orang tersebut." Ucap Ma Guang lagi.

" Maaf tuan muda, tetapi sekitar tujuh bulan yang lalu, memang penginapanKu aku yang selalu menjaganya, dan itu sudah berlangsung cukup lama." Jawab pria itu.

" Oh, jadi seperti itu yah...!!!." Ucap Ma Guang lagi.

" Baiklah kalau begitu, aku permisi dulu." Ucap Ma Guang sambil berbalik dan berjalan meninggalkan tempat itu.

Saat melangkah keluar, Ma Guang melihat tiga orang yang bersamanya sudah berdiri di depan pintu masuk penginapan itu dengan tatapan penuh selidik.

" Siapa yang sedang kamu cari...???." Ucap Patriak.

" Orang yang membuat aku berpisah dengan seseorang." Ucap Ma Guang dengan wajah yang penuh emosi.

" Kamu harus mengendalikan emosiMu." Ucap Patriak sambil berjalan menuju ke kuda mereka masing - masing.

" Baik Patriak...murid akan berupaya semampu yang murid bisa." Ucap Ma Guang dengan nada suara yang sudah normal.

" Murid mohon maaf karena sudah membuat Patriak dan lainnya merasa terganggu dengan apa yang murid lakukan." Sambungnya lagi sambil memberi hormat.

" Sudahlah...mari kita lanjutkan saja perjalanan kita." Ucap Patriak lagi.

Akhirnya mereka melanjutkan kembali perjalanan mereka.

Setelah melakukan perjalanan selama beberapa jam, akhirnya mereka tiba di pinggiran hutan yang besar dan lebat.

Saat mereka tiba di dalam hutan yang di penuhi pohon - pohon yang besar, tanpa mereka sadari, ada beberapa pasang mata yang sedang mengawasi mereka berempat.

Beberapa saat kemudian, melesat beberapa anak panah kearah mereka berempat.

" Awas ada serangan." Ucap Patriak.

Akhirnya ketiga orang yang lain langsung menajamkan persepsi mereka masing - masing, sehingga mereka melompat untuk menghindari dan menghalau setiap serangan anak panah yang menyerang mereka.

Namun tidak dengan tunggangan mereka.

Ke empat tunggangan mereka pun langsung berlari dan tidak lama kemudian roboh.

Mereka berempat lalu membentuk formasi yang saling menghadap ke empat penjuru mata angin sambil mencabut pedang mereka masing - masing dan juga Patriak yang menyiapkan tombaknya .

Serangan susulan pun terus berdatangan ke arah mereka yang juga langsung di halau oleh mereka berempat.

Setelah beberapa saat kemudian, beberapa sosok mulai bermunculan dari antara pepohonan.

" Ha ha ha ha ha ha...rupanya tidak mudah juga untuk melumpuhkan kelompok kalian ini." Ucap pemimpin kelompok tersebut.

" Siapa kalian...??? Mengapa menyerang dan menghalangi perjalanan kami...!!!???." Ucap Patriak.

" Kalian tidak perlu tau siapa kami. Cepat menyerah dan serahkan semua barang yang kalian bawa." Ucap pemimpin kelompok itu.

" Jika kalian bisa, datang dan ambil sendiri." Ucap Patriak.

" Baiklah, kalau begitu, bersiaplah untuk mati." Ucap pria itu lagi.

" Seraaaannnng...!!! Ucap pria itu memerintah orang - orang yang berada di belakangnya.

Mendengar perintah tersebut, secara serentak mereka langsung berlari menyerang kearah keempat orang itu.

Treng...treng...treng...treng

Bunyi suara pedang yang saling berbenturan.

Kekuatan kelompok penyerang tersebut yang paling rendah berada di tingkat ke 5 sampai tingkat ke 9 akhir pendekar tahap awal yang berjumlah 16 orang dan 2 orang pendekar ahli tingkat puncak yang sedikit lagi menjadi pendekar raja dan 2 orang pendekar ahli tingkat menengah serta pemimpin mereka berada di pendekar raja tahap menengah akhir yang sedikit lagi mencapai pendekar raja tahap puncak.

Patriak langsung menyambut setiap serangan dari kelompok itu dan dengan cepat melumpuhkan tiga orang dari mereka.

Sedangkan tetua Ying Zhao juga melakukan hal yang sama dengan Patriak mereka.

Berbeda dengan Ma Guang, dirinya masih tetap santai menghadapi serangan dari orang - orang tersebut dan juga sudah membunuh tiga orang dari mereka dengan cara memisahkan kepala dari badan mereka masing - masing.

~Bersambung~

1
eddy
luar biasa
Sakirun
super .. lanjutkan
@rt
udah tahu bininya pengkhianat, hrsnya kontrak darahnya sama elu guang...dasar tolol..🤮🤮
@rt
jurus langkah seribu 😜😜
@rt
lagi ngelamun jorok jd gak konsen 🤭🤭
@rt
sikat bleh.../Drool//Drool/
@rt
pake shareloc ? 🤔🤔🤭🤭
Muhammad Taufik
Luar biasa
Cak Eri
bosan jadinya
@rt
padahal nambah satu lagi juga gpp 🤭🤭
@rt
jurus andalan....langkah seribu 😜😜
@rt
apa ada yang berontak dibawah sana ? 🤔🤔😜
Sakirun
Luar biasa
@rt
wkwkwwk....ketahuan deh 😍😍😍
@rt
kayaknyabudah kebelet kultibasi ganda nih😍😍🤭🤭
@rt
jadi inget sama cerita to liong to...golok pembunuh naga..
@rt
api biru ya....jadi inget elpiji 🤭🤭
@rt
koq membunuh...mksdnya menyerang kaleee...🤔🤔
@rt
jeruk bali? 🤔🤔
@rt
waduh....waduh...nantinya jangan jadi akrab sama tante lux ya 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!