Menjadi wanita gemuk, selalu di hina oleh orang sekitarnya. Menjadi bahan olok-olokan bahkan dia mati dalam keadaan yang mengenaskan. Lengkap sekali hidupnya untuk dikatakan hancur.
Namanya Alena Arganta, seorang Putri dari Duke Arganta yang baik hati. Dia dibesarkan dengan kasih sayang yang melimpah. Hingga membuat sosok Alena yang baik justru mudah dimanfaatkan oleh orang-orang.
Di usianya yang ke 20 tahun dia menjadi seorang Putri Mahkota, dan menikah dengan Pangeran Mahkota saat usianya 24 tahun. Namun di balik kedok cinta sang Pangeran, tersirat siasat licik pria itu untuk menghancurkan keluarga Arganta.
Hingga kebaikan hati Alena akhirnya dimanfaatkan dengan mudah dengan iming-iming cinta, hingga membuat dia berhasil menjadi Raja dan memb*antai seluruh Arganta yang ada, termasuk istrinya sendiri, Alena Arganta.
Tak disangka, Alena yang mati di bawah pisau penggal, kini hidup kembali ke waktu di mana dia belum menjadi Putri Mahkota.
Akankah nasibnya berubah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Cemburu
Pagi itu juga, Mattias dan Alena akhirnya pindah ke kediaman Duke Mattias, meski di iringi banyak drama pada awalnya. Namun Duke Arganta justru terus mengancam Mattias bila sesuatu hal yang buruk terjadi pada Putrinya.
Itu adalah bentuk dari kepedulian seorang Ayah, tentu saja Mattias menyanggupi segalanya. Dia juga melihat Alena yang sangat teguh, dia sudah memutuskan dan akan tinggal bersama Mattias.
“Apa anda ingat dengan wanita yang bersama Duke Arganta, saat kita sampai waktu itu di ruang tamu Kediaman Duke Arganta?” Alena tertegun, dia hampir saja melupakan sosok wanita itu.
“Ya, apa anda mengenalnya?” Tanya Alena, Mattias menggelengkan kepalanya.
“Saya tidak kenal, namun saya sudah menyelidikinya. Dia adalah ibu kandung dari Elena, Ayah berencana untuk mengembalikan Elena pada tempat yang seharusnya. Namun mendengar cerita anda semalam, saya jadi memiliki ide lain.” Ucap Mattias, Alena terdiam.
“Apa yang sebenarnya anda pikirkan saat ini?” Tanya Alena, Mattias terkekeh.
“Segala sesuatu harus di tempatkan pada tempatnya bukan, sampah yang harus dibuang pada tempatnya juga. Bila tidak, sampah hanya akan menjadi beban saja.” Alena terdiam, apa yang sebenarnya tengah direncanakan sang suami kala itu? Alena merasa gundah dalam hatinya memikirkan hal tersebut.
“Namun sebelum itu, saya juga harus melakukan sesuatu yang berat.” Alena mengangkat alisnya bingung.
“Ayah mertua meminta saya untuk menyiapkan pernikahan saya sendiri, saya tidak begitu menyukai pesta. Namun saya akan berusaha dengan baik untuk membuat sebuah pesta yang tidak akan dilupakan oleh orang lain.” Alena terkekeh, tanpa sadar dia juga menantikannya. Begitulah percakapan kecil yang terjadi antara Mattias dan Alena saat mereka menaiki kereta kuda.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, pada akhirnya mereka sampai di kediaman Duke Mattias, suasananya sangat suram. Namun setelah membuka gerbang, suasana suram itu seketika sirna.
“Lihatlah! Apakah itu kereta yang membawa Duchess?” Teriak seorang Pelayan dengan bersemangat.
“Wah benar, ayo kita bawa bunga yang cantik untuk menyambut beliau!” Ucap yang lainnya, Alena melihat para pelayan yang berbondong-bondong datang membawa bunga.
Mattias tersenyum melihat ke-antusiasan para Pelayan dan juga Ksatria-nya. Pintu kereta kuda di buka dan Mattias turun duluan, seketika suasan berubah menjadi sunyi.
“Apa yang kalian lakukan?” Tanya Mattias dengan wajah super dinginnya.
“Tuan Duke, apa Duchess ada di dalam?” Tanya salah seorang Pelayan sepuh, Mattias mengangguk dan mengulurkan tangannya hingga Alena turun dari kereta kuda.
“Selamat datang Nyonya!” Serentak ucap semua orang, mereka menabur bunga di sekitar Alena. Seorang gadis kecil juga membuat buket kecil untuk Alena.
“Manisnya, terima kasih.” Ucap Alena menunduk hormat, semua orang tersipu dan menunduk memberikan penghormatan.
“Yang Mulia Nyonya Duchess, apa anda juga ingin melihat rumah baru anda? Saya bisa membantu anda berkeliling.” Ucap seorang gadis kecil dengan penuh semangat.
“Nyonya Duchess pasti lelah Lea, biarkan dia istirahat terlebih dahulu. Mari, saya sudah menyiapkan teh hangat untuk anda.” Ajak seorang wanita sepuh, Alena menatap Mattias yang seolah langsung tersisihkan.
“Tuan Duke, apa anda juga ingin minum teh bersama saya?” Ajak Alena, sontak saja warna kemerahan muncul di kedua pipi Mattias dan langsung mengangguk setuju.
Meski banyak yang menyukai Alena di tempat itu, namun ada seorang wanita yang nampaknya tidak senang dengan kedatangan Alena. Dia adalah putri dari seorang Count bernama Aurel.
Alena dapat melihat raut tidak suka itu dalam satu kali tatap, sebagai seorang Putri dari keluarga Count, menjadi seorang pelayan di kediaman Duke bukanlah sesuatu yang pantas, kecuali ada sebuah hal yang dia inginkan.
Alena dengan sudut matanya terus memperhatikan Aurel, wanita itu terus memperhatikan suaminya dengan tatapan yang menjijikan. Alena mengepalkan tangannya, dia juga wanita. Bila suaminya ditatap seperti itu, tentu saja dia akan merasa jengkel.
‘Akan ku beri dia pelajaran!” Gertak Alena dalam hati, entah sejak kapan dia menjadi wanita pendendam. Namun dia memang sangat tidak suka dengan tatapan wanita itu pada suaminya.
Alena akhirnya tinggal di kediaman itu, dia mendapatkan kamar yang begitu luas dan nyaman. Ruang kerja yang juga nyaman, serta pelayan baru yang sangat ramah.
Dua hari berlalu, dan Alena tinggal di kediaman itu dengan banyak kegiatan baru. Dia juga kini tahu apa saja kegiatan yang sering dilakukan oleh Mattias.
Seperti berlatih pedang saat siang hari, berolahraga bersama para Ksatria di pagi hari. Dan juga melakukan pekerjaannya setelah sore hari. Alena juga tahu bila pria itu terus mempersiapkan pernikahannya dengan sangat teliti. Bahkan kabarnya, beberapa permata sengaja didatangkan dari luar Negeri untuk acara pernikahan tersebut.
Alena melihat Aurel di sana, dia tengah memperhatikan suaminya juga. Alena mengepalkan tangannya, dia ingin menjambak rambut wanita itu rasanya.
“Mattias?” Panggil Alena, Mattias yang siang itu tengah melakukan latihan pedang tersenyum saat melihat sang Istri di sana.
“Ada apa?” Tanya Mattias langsung berlari ke tempat Alena, Alena tertegun melihat keringat yang membanjiri tubuh suaminya yang bertelanjang dada.
“Bisakah anda mengenakan pakaian saat berlatih, ini musim dingin tahu!” Gerutu Alena kesal, Mattias tertegun. Dia agak aneh melihat wajah masam sang Istri.
“Em, begini terasa lebih nyaman. Namun, karena ini permintaan langsung dari Istriku, aku akan melakukannya.” Ucap Mattias, dia meminta salah seorang Ksatria mengambil bajunya.
“Apa ada sesuatu Alena?” Tanya Mattias, dia tidak suka melihat wajah Alena yang masam dan jutek terhadapnya seperti sekarang.
“Aku ingin dia menjadi Pelayan ku, apa boleh?” Tanya Alena menunjuk Aurel, Mattias nampak berpikir sejenak.
“Kepala pelayan, memangnya siapa pelayan itu?” Tanya Mattias, Alena seolah tersambar petir di siang bolong. Jadi pria itu tak sadar diperhatikan selama ini oleh gadis itu.
“Dia adalah Putri dari Count Nil, dia sudah bekerja kurang lebih selama 1 tahun di sini.” Jawab Kepada pelayan, Alena kian tertegun. Dengan waktu yang begitu lama, Mattias bahkan tidak memperdulikan tatapan penuh damba dari seorang gadis cantik seperti Aurel. Sebenarnya Mattias itu orang seperti apa? Pikir Alena.
“Aneh, sebagai seorang Putri Count untuk apa dia bekerja di sini. Aku merasa tidak suka dengan tatapan Pelayan itu, dibandingkan dengan membiarkan dia di samping Alena. Aku lebih setuju dia di pecat saja!” Gertak Mattias yang tiba-tiba tersadar bila wanita itu terus saja menatapnya.
“Tunggu! Jangan lakukan itu. Bisakah anda membiarkan dia tetap di sini dan jadikan dia sebagai pelayan ku saja?” Mohon Alena, Mattias mengangkat bahunya.
“Semua pelayan di sini berada di bawah kendali anda Alena, lakukanlah apapun yang anda inginkan di kediaman ini.” Ucap Mattias, Alena terkekeh dan mengangguk.
“Terima kasih banyak, Mattias.” Alena tersenyum lembut, dia akhirnya mendekati Aurel.
“Kamu, yang di sana! Ikut aku ke ruangan ku sekarang juga!” Pinta Alena, wanita itu nampak berdecak kesal dan menuruti keinginan Alena.
“Katakan gendut! Apa yang kau inginkan?” Tanya Aurel tidak sopan, mereka memang memiliki masa lalu yang tidak enak di katakan.
“Anda tidak sopan sekali!” Gertak seorang pelayan senior, dia juga nampak mengepalkan tangannya. Alena mengangkat tangannya, meminta Pelayan itu untuk tenang.
“Untunglah anda masih mengingat saya, namun sepertinya anda harus lebih menghormati saya kedepannya. Mulai sekarang kau akan menjadi Pelayan ku! Segala perintahku adalah mutlak mulai saat ini.” Ucap Alena Aurel nampak terperanjat
“Kau gila ya! Aku tak akan pernah sudi. Aku akan melaporkan ini pada Tuan Duke!” Gertaknya, Alena membiarkan wanita itu setelahnya.