Akhir diskusi di majelis ta'lim yang dipimpin oleh Guru Besar Gus Mukhlas ternyata awal dari perjalanan cinta Asrul di negeri akhirat.
Siti Adawiyah adalah jodoh yang telah ditakdirkan bersama Asrul. Namun dalam diri Siti Adawiyah terdapat unsur aura Iblis yang menyebabkan dirinya harus dibunuh.
Berhasilkah Asrul menghapus unsur aura Iblis dari diri Siti Adawiyah? Apakah cinta mereka akan berakhir bahagia? Ikuti cerita ini setiap bab dan senantiasa berinteraksi untuk mendapatkan pengalaman membaca yang menyenangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hendro Palembang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Latar Belakang Bion
Asrul memberikan sebuah kotak yang berisi pil suplemen kepada Surti. "Berikan pil suplemen ini kepada penasehat kerajaan."
"Baik Panglima."
Surti menyerahkan sebuah kotak kepada Bion. "Tuan, Panglima menitipkan barang ini untukmu. Hari ini Panglima tidak bisa menerima tamu."
Bion menerima kotak kayu itu. "Owh, kalau begitu saya akan datang lain kali."
Surti meninggalkan mereka yang juga telah pergi meninggalkan istana negeri akhirat.
Asrul kembali kena serangan penyakit radang dingin karena dia telah mengeluarkan tenaga dalam yang terlalu besar. Seluruh tubuhnya mulai terbentuk kristal es dan salju. Walaupun batu Bara masih menyala, itu tidak membantu untuk menghangatkan tubuh Asrul.
Siti Adawiyah berusaha menyelamatkan Asrul dengan tenang. Dia memindahkan tungku batu Bara itu lebih dekat ke tubuh Asrul. Perlahan-lahan tubuh Asrul berangsur-angsur pulih, namun Asrul masih belum sadarkan diri.
Karena terlalu lama menunggu Asrul sadarkan diri, Siti Adawiyah tertidur di pangkuan Asrul. Tidak lama setelah Siti Adawiyah tertidur, Asrul terbangun dan mendapati kepala Siti Adawiyah pada pangkuannya.
Siti Adawiyah terbangun ketika Asrul menarik pakaiannya yang tertindih kepala Siti Adawiyah.
"Panglima sudah bangun?"
Siti Adawiyah menyentuh dahi Asrul, didapatinya suhu tubuh Asrul sudah normal.
"Tahukah Panglima? Kemarin aku sangat khawatir terhadap Panglima. Tubuh Panglima sangat dingin seperti es. Aku menjaga Panglima hingga tertidur. Bahkan aku bermimpi bahwa aku dijatuhkan oleh ayahku ke dalam gudang." Asrul diam saja, tidak menanggapi perkataan Siti Adawiyah.
Lalu Asrul berkata. "Apakah engkau tidak ada pekerjaan?"
Siti Adawiyah menjawab. "Ada Panglima, kini aku sedang bekerja. Apakah Panglima sudah lupa bahwa Panglima memberikan tugas kepadaku untuk menjaga batu Bara ini tetap menyala?"
Asrul tersenyum. "Jika aku sedang disini, engkau tidak perlu menjaganya. Tahukah kamu sudah berapa lama engkau tinggal disini?"
Siti Adawiyah menjawab. "Aku sudah sembilan hari tinggal disini. Apakah Panglima sudah lupa?"
Asrul melanjutkan. "Berarti besok engkau sudah sepuluh hari tinggal disini. Mana liontinku?"
Suasana mendadak sunyi. Lalu Asrul berkata lagi. "Besok, engkau harus menyerahkan liontin itu kepadaku. Jika tidak, maka aku harus menyerahkan dirimu kepada Jenderal Umar. Mungkin engkau akan lebih baik jika kuserahkan kepadanya."
Siti Adawiyah tidak menjawab apa-apa, lalu dia meninggalkan Asrul dan langsung mencari liontin tersebut.
"Surti, apakah engkau mengetahui liontinku?"
Surti menjawab. "Tentu saja aku tahu. Engkau selalu memandanginya setiap malam."
Siti Adawiyah tetap mencarinya. "Sekarang aku tidak mengetahui dimana liontinku itu."
Surti mengangkat kedua bahunya. "Kalau begitu aku tidak mengetahui dimana liontin kamu. Kelihatannya liontin itu bukan perhiasan yang berharga. Kenapa engkau begitu mencemaskannya?"
Beberapa saat kemudian Bianca masuk kedalam kamar Siti Adawiyah. Surti menegurnya. "Bianca. Kenapa engkau kemari? Bukankah aku telah memerintahkan kamu untuk melayani tamu di aula utama?"
Bianca menjawab. "Tuan Zeus telah datang. Beliau adalah pengurus takdir seluruh makhluk yang berada di alam dunia. Panglima telah memerintahkan kepadaku untuk meninggalkan mereka."
Siti Adawiyah merespon perkataan Bianca. "Apakah Tuan Zeus tidak berasal dari alam dunia?"
Surti menjelaskan. "Dahulunya Tuan Zeus adalah makhluk yang berada di alam dunia. Beliau berguru kepada seseorang yang juga berasal dari alam dunia, bernama Hallaj. Berpuluh tahun beliau berguru, akhirnya beliau menjadi makhluk abadi setelah berkholwat sepanjang hidupnya."
Siti Adawiyah menyimpulkan cerita dari Surti. "Berarti semua yang berada di negeri akhirat ini berasal dari alam dunia. Benarkah?"
Surti membenarkan kesimpulan dari Siti Adawiyah. "Bisa dikatakan seperti itu. Namun perlu diketahui bahwa usia di alam dunia sangat singkat, bisa dikatakan tidak ada perbedaan usia. Setelah memasuki negeri akhirat barulah bisa ditentukan perbedaan usia."
Siti Adawiyah kembali berkomentar. "Sepertinya di negeri akhirat ini setiap orang memperebutkan bagian masing-masing. Bahkan pengurus bagian iklim juga diperebutkan."
Bianca menyela. "Ada satu yang tidak ada yang memperebutkannya. Pengurus takdir makhluk alam dunia. Bahkan semua berusaha menghindar."
Surti menambahkan. "Sungguh Tuan Zeus sangat bijaksana. Beliau bersedia menanggung tanggungjawab sebesar itu demi keberlangsungan hidup makhluk di alam dunia."
Sementara itu di aula utama, para pejabat eselon atas sedang membahas soal latar belakang penasehat kerajaan Pulau Es Utara, Bion.
Asrul bertanya kepada Zeus mengenai latar belakang penasehat kerajaan, Bion.
"Tuan Zeus, tolong ceritakan latar belakang Bion, penasehat kerajaan Pulau Es Utara."
Zeus merapikan pakaiannya, lalu dengan serius mulai menceritakan latar belakang Bion.
"Sebenarnya saya sedikit bingung untuk menceritakan latar belakang Bion. Beliau terlihat seperti orang yang misterius. Ketika peristiwa menyebarnya aliran ajaran Iblis, kerajaan Negeri Akhirat melakukan razia besar-besaran di seluruh dataran, bahkan hingga ke seluruh samudera. Ketika pelaksanaan razia dilakukan di Pulau Es Utara, Aazar, ayahnya Bion adalah salah satu pengikut ajaran Iblis. Saat itu usia Bion baru sepuluh tahun, tetapi jiwa patriotisme telah tertanam dalam dirinya. Bion sendiri yang melaporkan kepada raja Pulau Es Utara yang pada saat itu diberi wewenang untuk melakukan razia di kawasan Pulau Es Utara bahwa Aazar ayahnya Bion adalah penganut ajaran Iblis. Akibatnya raja Pulau Es Utara memutuskan untuk membunuh seluruh anggota keluarga Aazar termasuk Bion. Namun Salamah, putri satu-satunya raja Pulau Es Utara meminta kepada ayahnya untuk tidak membunuh Bion dan memaafkannya. Permintaan putri Salamah dikabulkan oleh raja dan Bion diangkat menjadi pejabat di kerajaan Pulau Es Utara. Setelah ayahnya putri Salamah wafat, kepemimpinan kerajaan Pulau Es Utara diambil alih oleh putri Salamah dan Bion diangkat sebagai penasehat kerajaan Pulau Es Utara. Demikianlah Panglima, latar belakang Bion."
Asrul kembali bertanya mengenai perkataan Zeus di awal ceritanya. "Kenapa engkau mengatakan bahwa Bion orangnya misterius?"
Zeus terdiam sejenak, lalu dia menjelaskan. "Seperti yang saya ceritakan tadi, seluruh anggota keluarga Bion dibunuh oleh pemerintahan kerajaan Pulau Es Utara, yang merupakan mandat dari kerajaan Negeri Akhirat. Bukankah ada kemungkinan besar kalau Bion menyimpan dendam atas kematian seluruh anggota keluarganya, walaupun hal itu disebabkan oleh dirinya sendiri yang melaporkan bahwa ayahnya adalah seorang pengikut ajaran Iblis?. Sementara sepengetahuan saya Bion orangnya sangat cerdas. Seluruh aktifitas kerajaan Pulau Es Utara adalah dibawah komando Bion, walaupun berdasarkan hukum kerajaan Pulau Es Utara seluruh tindakannya adalah atas nama ratu Pulau Es Utara."
Asrul mengangguk. "Ya, benar. Makanya sejak awal aku selalu berpesan kepada teman-teman Jenderal negeri akhirat agar waspada terhadap tindakan Bion. Satu lagi yang ingin saya tanyakan mengenai Pulau Es Utara. Mengapa ketika saya menghadapi Lucifer beberapa hari yang lalu, Lucifer mengatakan bahwa pengawal ratu Pulau Es Utara adalah seorang pengkhianat. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Bagaimana latar belakang pengawal ratu?"