Fiandra tak menyangka jika dirinya akan berjodoh dengan seorang dosen yang selalu memarahinya bernama Ilham. Mereka di paksa menikah dan menjalani pernikahan, meskipun keduanya menolak. Keinginan kedua orang tua Fiandra dan Ilham begitu kuat untuk menikahkan mereka, hingga mereka melakukan satu cara, untuk menjebak keduanya agar bisa menikah... bagaimana kisah mereka? akankah cinta hadir di tengah permusuhan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curiga
Baru saja keluar dari pintu tiba-tiba seseorang memanggilnya "Fi!" Dia pun menoleh dan menunggu Ratu untuk menghampirinya.
"Lo mau kemana Fi, buru-buru gitu?" tanya Ratu.
"Ke bengkel, yuk lo antar gue!"
"Ih nanti dulu lah, gue masih pengen lihat pak Ilham , masih kangen gitu."
Wajah Fiandra seketika berubah. "Ih ngapain sih, pak Ilham itu sudah ada bininya tau!"
"Hah! kok lo tau, Fi?" tanya Ratu raut wajahnya kaget sekaligus kecewa.
"Ya tahu lah, tadi gue lihat ada cincin di jari manisnya. Jangan-jangan pas pulang kemaren pak Ilham menikah. Gue juga lihat di lehernya ada tanda kecup kecup gitu."
Bibir Ratu mencebik. "Serius loh, Fi?" tanyanya dengan ekspresi sedih.
"Ya seriuslah. Sudah mending lo, move on deh. Jangan gangguin laki orang ya, ntar lo di bilang pelakor.
" Masa' sih, secepat itu pak Ilham lakunya. Padahal gue sudah berniat untuk mengungkapkan perasaan gue lewat surat ini, Fi," ucap Ratu dengan sedih sambil menunjukkan sepucuk surat.
Fiandra meraih kertas surat itu lalu membacanya. Antara dia dan Ratu memang tidak ada rahasia.
Bola matanya bergerak memindai tulisan Ratu yang rapi bak semut berjejer. Namun bola matanya terbelalak ketika melihat secara gamblang Ratu mengungkapkan perasaan Cintanya pada Ilham .
[ Jujur sejak melihat bapak saya sudah suka sama bapak. Bapak mau gak jadi imam saya, saya bersedia berhenti kuliah dan jadi istri yang baik untuk bapak.] Potongan kalimat itu membuat dada Fi sesak, membuat emosinya mendidih, ia langsung merobek kertas itu.
"Yah Fi! kenapa lo koyak sih!" Marah Ratu sambil merampas kertas itu lagi.
Fiandra memalingkan wajahnya. Sementara Ratu melihatnya dengan ekspresi heran. "Fi kok sepertinya lo yang cemburu sih?"
"Gue gak suka saja kalo lo suka sama pak Ilham. Apa lagi dia sudah menikah," jawab Fiandra sambil melangkah cepat.
Ratu yang sama polosnya itu mengejar sahabatnya. "Iya sih, pantesan saja pak Ilham gak pernah tertarik sama mahasiswinya, mungkin karena dia sudah punya calon istri kali, ya."
"Iya makanya lo move on, yuk kita pulang! gak usah lo harapkan si Ilham lagi."
Sebagai sahabat Fiandra jadi tak tega untuk berterus terang, karena dia tahu Ratu memang suka dengan Ilham suaminya sejak lama. Dia pun berusaha membujuk Ratu agar tak lagi berharap pada Ilham .
Mereka memutuskan untuk pulang, Ratu bermaksud mengantar Fiandra ke bengkel tempatnya bekerja.
Sepanjang perjalanan itu Ratu tampak sedih. Fiandra pun tak tahu bagaimana harus membujuk sahabat. Dia juga tidak bermaksud merebut Ilham. Karena semua terjadi begitu saja.
Di perjalanan tiba-tiba ponsel Fi bergetar. Dia langsung merogoh tasnya untuk mendapatkan benda pipih itu.
Wajahnya memucat seketika ketika melihat nama yang muncul di layar. Dua ragu untuk menjawab. Hingga ponsel itu pun terus bergetar.
"Dari siapa? " tanya Ratu, dengan rasa ingin tahu karena heran melihat sikap sahabatnya itu.
Fiandra langsung menyambut telpon itu menghindari pertanyaan sahabatnya. "Halo," jawabnya datar.
"Halo Fi. Kamu dimana?" tanya suara seberang telpon yang tak lain adalah Ilham.
"Lagi di jalan, sama Ratu."
"Kenapa gak sama aku aja sih? Kan aku bisa antar kamu, biar tahu tempat kerja kanu dimana.."
"Hehe iya, tapi sudah terlanjur." jawab Fiandra gugup karena Ratu terlihat mengawasinya.
"Ya sudah kamu share lokasinya nanti makan siang aku susul. Kita makan siang sama-sama."
Fiandra kembali kebingungan."Hmm gak usah, Pak, ehh...Yang, " sahutnya dengan tergagap sambil melirik Ratu.
Ratu memicingkan matanya menatap sahabatnya itu dengan curiga. "Pak?" liriknya.
"Loh kenapa?" tanya Ilham dengan nada sedikit kecewa.
Fi menggigit bibirnya, berusaha keras menyembunyikan kegugupannya. "Hmm anu Pak ehh Yang, ku gak dijinkan makan di luar sama bos. Biasalah, biar gak makan waktu," jawabnya dengan suara yang agak tergagap, memandang Ratih melalui sudut matanya." Oke Pak.. eh Yang nanti sore saja kamu jemput aku!"
Blup Fiandra langsung memutus sambungan telponnya.
"Siapa Fi?" tanya Ratu dengan tatapan curiga.
"Hehe pacar gue," jawab Fi cengegesan.
"Kok lo manggilnya, Pak sih?"
bola mata Fiandra secara reflek terbelalak. seketika ia jadi salah tingkah. "Ehm tadi kan mata kuliah matematika ya, yang ngajar pak Ilham, tapi tegangnya sampai sekarang L, gue kayak ke distract gitu, salah mulu gua jadinya.
Ratu memandang dengan ekspresi yang bercampur antara keheranan dan rasa curiga. "Pacar? sejak kapan lo punya pacar?"
"Hehe sejak gue balik kampung kemaren," jawab Fi gugup. "Kenapa memangnya, gua gak boleh punya pacar?" tanyanya balik.
"Eh gak sih, gue heran aja, kok kebetulan banget. Lo libur kemarin dapat pacar Pak Ilham libur kemarin dapat istri, ehhm. "
"Ah kebetulan saja kali!" tukas Fi sambil menepuk bahu Ratu. Saat yang bersamaan mereka tiba di bengkel. Dengan cepat Fi turun dari mobil. "Dah gue duluan ya! Thanks atas tumpangannya.
" Oke, gue cabut dulu, ya!" Ratu melambaikan tangannya seiring Fi yang berlari kecil ke bengkel. "Kok aku curiga ya sama, Fi? sepertinya ada sesuatu yang dia sembunyikan, tapi apa ya?" Ratu bergumam beberapa saat bergeming. "Ah aku selidiki saja." Kemudian dia menginjak pedal gas lalu meluncur meninggalkan tempat tersebut.
Fi memasuki bengkel, suara mesin dan bau oli menyambut kedatangannya. Tanpa buang waktu, dia langsung menuju ruang ganti untuk memakai pakaian montir yang telah terkena percikan oli dan noda hitam. Baru beberapa langkah masuk, Bang Jali, sang bos, dengan wajah tidak senang sudah menegurnya. "Fi, kamu terlambat lagi? Ini kan sudah kesekian kalinya loh!"
"Maaf, Bang. Tadi saya ada kuliah."
"Pokonya saya gak mau tahu! Sebelum kerjaan kamu selesai, kamu gak boleh pulang!'
" Iye Bang!"
Fi segera berlari kecil menuju truk yang sudah menunggu untuk diperbaiki. Dia membungkuk rendah dan mulai merangkak masuk ke bawah truk. Sambil berbaring pada papan seluncur, Fi mulai membongkar bagian dalam truk dengan tangannya yang mahir. Setiap gerakannya cekatan, meski ruang sempit di bawah truk membuatnya harus ekstra hati-hati untuk tidak menimbulkan kesalahan. Konsentrasi penuh tergambar dari kerutan di dahinya, menunjukkan dedikasi dan ketekunan yang tinggi dalam bekerja.
apa kabar dengan duo enyak udah dapat belum berburu para duda 😍 semoga dapat ya nyak 😂😂😂😂