Jian Feng, seorang anak haram dari keluarga bejat, dipaksa menikahi Lin Xue, gadis cantik namun cacat dan sekarat.
Dipertemukan oleh takdir pahit dan dibuang oleh keluarga mereka sendiri, Jian Feng menemukan satu-satunya alasan untuk hidup: menyelamatkan Lin Xue. Ketika penyakit istrinya memburuk, Jian Feng, yang menyimpan bakat terpendam, harus bangkit dalam kultivasi. Ia berjanji: akan menemukan obat, atau ia akan menuntut darah dari setiap orang yang telah membuang mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21- Pelarian Berdarah dan Dendam Sejati(Arc 1 End)
Jian Feng tertawa, tawa yang semakin serak dan putus asa. Ia tahu bahwa meskipun ia berada di puncak Jiwa Sejati, pertarungan melawan ribuan kultivator yang didukung oleh Kepala Sekte Jiwa Sejati adalah bunuh diri.
Ia menatap Lin Xue yang terlindungi dalam gelembung petir, dan kemudian ke pedangnya. Keputusan harus segera dibuat: Mundur sekarang, atau mati sia-sia.
Jian Feng meraung, memanggil kembali seluruh Monster Petir yang tersisa di sekelilingnya. Mereka menembakkan energi ke punggungnya, mengisi kembali Qi-nya untuk satu serangan terakhir yang brutal.
TEKNIK PETIR: BADAI CILIK PENGHANCUR!
Jian Feng memutar tubuhnya, menciptakan tornado petir yang terkonsentrasi di sekitarnya. Tornado itu menyapu bersih tiga ribu pasukan Sekte Api Merah di dekatnya. Jeritan dan bau daging hangus memenuhi udara.
BOOM!
Jian Feng membersihkan jalan menuju gerbang belakang tempat Hon Fei dan Tabib Sekte berada. Niatnya kini adalah membalas penghinaan, menghilangkan ancaman langsung, dan memastikan Hon Dai merasakan kehilangan yang sama.
Ia melesat, meninggalkan jejak petir di tanah yang terbakar.
"HENTIKAN DIA!" teriak Hon Dai, panik melihat arah serangan Jian Feng.
Hon Fei, yang baru sadar dari pingsan dan sedang dirawat oleh Tabib Sekte, melihat Jian Feng melesat ke arahnya. Ia berusaha merangkak mundur, wajahnya dipenuhi ketakutan absolut.
WUUUSH!
Jian Feng tiba dalam sekejap. Ia mengabaikan serangan para Tabib dan mencekik Hon Fei dengan satu tangan. Cekikan Qi Petir membuat Hon Fei tak bisa bersuara.
"Kau pikir kau bisa menjual istriku?" raung Jian Feng, matanya memancarkan kegilaan murni.
"T-tidak! Jangan! Ayah! To—"
KRAKK!
Jian Feng tidak memberinya kesempatan. Ia meremas leher Hon Fei hingga hancur. Kemudian, ia mengambil pedang petirnya, yang kini berkilat-kilat, dan menusuk jantung Hon Fei, lalu memutar pedang itu dengan kejam, memastikan tidak ada lagi sisa kehidupan. Dendam kecil telah dibayar lunas.
"Satu nyawa untuk penghinaan istriku." bisik Jian Feng dingin, melepaskan mayat Hon Fei yang tak bernyawa.
Para Tabib Sekte dan penjaga yang tersisa di belakang tercengang, tak berani bergerak.
"HON FEI!" raung Hon Dai. Dia melihat pemandangan itu dari kejauhan. Kehilangan putranya, satu-satunya pewaris, dalam sekejap mata. Amarahnya meluap, melampaui batas rasionalitas. Api di sekelilingnya membesar tak terkendali.
Jian Feng, dengan tubuh terluka parah, melompat ke arah Lin Xue yang masih terbaring dalam gelembung pelindung. Ia dengan hati-hati menarik Lin Xue ke pelukannya, merobek gelembung itu dan memasukkannya kembali ke punggungnya. Ia bahkan tak peduli pada luka tusukan di punggungnya sendiri.
Di Alam Bawah Sadar:
Feng tertawa histeris. "Kerja bagus! Bunuh mereka semua! Kau tidak bisa berhenti sekarang!"
Jian Feng mengabaikannya, fokusnya kini hanya satu: Melarikan diri.
Hon Dai melesat, api merah membungkusnya. Dia kini adalah api yang berjalan. "IBLIS PETIR! AKAN KU BUNUH KAU! AKAN KU KEJAR KAU SAMPAI KE UJUNG ALAM SEMESTA!"
Jian Feng tahu dia tidak punya waktu. Ia menguras sisa Qi Petirnya dan menggunakan Langkah Kilat terkuatnya.
BLAZZZT!
Jian Feng menghilang dari pandangan, meninggalkan alun-alun Sekte Api Merah yang kini penuh dengan mayat, kehancuran, dan raungan kebencian dari Hon Dai yang membuat bumi bergetar.
Jian Feng berlari tanpa henti, Lin Xue di punggungnya. Ia harus menjauh sejauh mungkin dari Kota Sungai Besi. Tubuhnya sakit, Qi Petirnya kacau, dan luka tusukan di punggungnya mengeluarkan darah yang membasahi pakaian Lin Xue.
Ia berhasil melarikan diri, tetapi kini ia telah menarik dendam abadi dari salah satu sekte terkuat di wilayah itu. Kehidupan Hon Fei telah dibayar dengan harga yang mahal.
Jian Feng tahu, pengembaraannya baru saja berubah menjadi pelarian yang tak kenal lelah.