🎉Bebas Promo
Diharapkan bijak dalam memilih bacaan sesuai umur ya🤗🤗🤗
Seks bagi seorang Satria bukanlah hal yang tabu, tapi menikah? Tak pernah sedikitpun terlintas di benaknya akan menjalin komitmen dengan seorang wanita dalam sebuah ikatan pernikahan.
Dia yang selalu memandang rendah derajat perempuan harus dihadapkan dengan kenyataan pahit bahwa dirinya telah dijodohkan dengan cucu dari sabahat kakeknya.
Akankah pernikahan harmonis yang diimpikan semua pasangan akan terwujud di kehidupan pernikahannya kelak?
Ini bukanlah cerita CEO kejam, dingin, dan mencintai dalam diam, karena ini adalah sebuah cerita cinta yang manis dengan Ektra Bumbu Komedi.
Heppy Reading... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyebalkan
"Cil,ayo kita nikah secepatnya!"
Mendengar ajakan menikah yang tiba-tiba dari pria menyebalkan itu, tanpa babibu lagi Kimy langsung beranjak dari tempat duduknya, kemudian berlari keluar ruangan Satria, tanpa kata pamit.
"Cil!" teriak Satria melihat perempuan yang diajak menikah itu tiba-tiba kabur.
"Lah lagian elu gebleg, ngajak nikah kayak ngajak gelut, kagak ada romantis-romantisnya," sindir Nita yang hampir tertawa melihat kejadian lamaran yang begitu langka tadi.
Satria tak menghiraukan ucapan Nita dia langsung berlari menyusul calon istrinya yang kabur. Ternyata nasib baik sedang menghampirinya, dilihatnya Kimy dengan wajah tegang sedang menunggu di depan lift.
"Kikiiiiiim!" panggil Satria seolah sedang memanggil seorang bocah kecil.
"Ih gak keren banget sih, masa baru kabur bentar langsung ketangkep lagi." Kimy memukul-mukul kepalanya yang sedang menunggu pintu lift terbuka.
"Dedek Kikim mau kabur kemana?" ejek Satria sambil memiringkan tubuhnya dan bersandar di dinding tepat Kimy berlari.
"Berenti panggil aku Kikim! Nama aku Kimora tau!" bentak gadis berkuncir kuda tersebut.
"Elu tuh ya, lagi marah aja kagak ada serem-seremnya tau. Bukannya takut gue malah pengen ketawa liatnya." Satria tersenyum melihat tingkah calon istrinya yang dianggapnya lucu.
"Kamu nyebelin tau gak sih?"
"Emang!"
"Tuh kan. Ih rese deh." Kimy menghunuskan tatapan matanya yang tajam ke arah Satria.
"Kimy?" Suara tua yang begitu familiar di telinganya berhasil membuatnya menoleh.
Benar saja, ternyata Sang Pembuat Masalah yang tak lain adalah Wiratmaja yang memanggilnya.
"Kakek?" ucap Satria dan Kimy kompak.
Wira tersenyum melihat keduanya. "Kalian emang jodoh, liat belum apa-apa kalian udah kompak gitu."
"Ih najis!" cicit Kimy walaupun masih terdengar jelas oleh kedua orang yang ada di hadapannya itu
"Heh, elo ngomong apa tadi?" Satria terlihat kesal mendengar cicitan Kimy.
"Kakak dengernya apa?"
"Ini bocah, bener-bener—"
"Sudah, sudah! Ayo ke ruangan Satria, Kakek sengaja datang kesini untuk menyambut kedatangan kamu." Wira berjalan terlebih dahulu menuju ruangan cucunya.
"Aku gak mau. Aku mau pulang aja, mending gagal wisuda tahun ini daripada harus kerja sama cowok Ramah kayak dia!" Tatapan penuh kebencian tersuguh dari mata berbulu mata lentik itu.
"Ramah?" Wira bingung, baru kali ini ada perempuan menyebut cucu kebanggaannya itu pria ramah.
"Maksudnya, Rajin—emmm." Satria menutup mulut calon istrinya dan kembali menggiringnya menuju ruangannya.
"Kalau orang tua nyuruh itu turutin! Mau lu dikutuk jadi cangkir?" Dengan tangan yang masih menutup mulut Kimy.
Kimy meronta, tapi tenaga Satria jauh lebih besar dibanding dirinya, dengan langkah terseret akhirnya Kimy sampai kembali ke ruangan yang lebih menyeramkan daripada kandang singa itu.
"Kalian udah saling akrab ya? Gak disangka kamu bisa langsung deket sama cucu Kakek." Wira tersenyum palsu ke arah Kimy.
"Siapa yang akrab? Ogah aku akrab sama orang kayak gitu," cibir Kimy.
Satria mengepalkan tangannya seolah meninju udara.
Sedang Wira sedang memerankan peran orang tua polos yang tak tahu apa-apa.
"Sebenernya aku udah lama aku mau ketemu Kakek, emmm—" Kimy ragu melanjutkannya.
"Mau ketemu Kakek? Kenapa? Apa yang mau kamu bahas? Soal mas kawin? Uang seserahan? Atau—"
"Ih, bukan itu. Sebelumnya aku mau tanya ke Kakek apa Kakek yakin kalau dia itu beneran cucu Kakek?" Sebuah pertanyaan konyol yang membuat kedua orang di hadapannya bingung.
"Sialnya memang iya, laki-laki yang kamu bilang ramah itu adalah cucu satu-satunya yang Kakek punya," Wira seolah menyesal memiliki cucu seperti Satria, walaupun pada kenyataannya dia sangat menyesal tidak bisa mendidik laki-laki yang entah sejak kapan sudah beranjak itu dengan sebaik-baiknya.
"Kakek udah ngelakuin tes DNA dulu sama orang itu? Kok aku gak yakin dia itu cucu Kakek, siapa tau waktu bayi dia itu ketuker di rumah sakit kayak di sinetron-sinetron azab," ucap Kimy dengan polosnya, dengan wajah tanpa rasa berdosa.
Satria langsung bergerak dan memiting leher calon istrinya, tanpa memperdulikan Kimy yang langsung menjerit saat untuk kesekian kalinya Satria menyentuh dirinya.
"IBUUUUU!" Lagi-lagi ibunya yang dia panggil.
"Ini bibir minta disosor kayaknya sama gue!" Satria menakut-nakuti Kimy dengan berpura-pura seolah akan mencium dirinya.
"KAKAAAAAK! AMPUUUN!" Jeritan Kimy memekakkan telinga.
Wira hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sepasang calon suami istri itu.
"Awas lo ngomong asal mangap aja, gue—" Satria tak melanjutkan ucapannya.
Kimy menganggukan kepalanya dengan cepat. "Cepet lepasin, badan aku merinding semua ini."
Benar saja, Satria pun dapat melihat jelas bulu-bulu halus di pipi Titisan Barbie itu berdiri. Benar-benar aneh, atau memang dirinya yang terlalu banyak memiliki aura negatif?
Kimy langsung meneguk cangkir yang berisi kopi milik Satria saking gugupnya.
"Itu kopi gue Kikim! Noh jus elu!"
"Aku gak liat, terlalu gugup. Liat bulu-bulu aku masih merinding."
"Kopi tadi kan udah gue minum tadi, itu sama aja elu juga abis nyium bibir gue." Satria seperti memiliki mainan baru yang begitu mengasikkan. "Cieee, Kikim udah berani cium-cium!" godanya lagi.
"Enggak, aku gak nyium kamu."
"Itu buktinya elu minum di gelas bekas bibir gue, jadi sama aja lah."
"Enggak!"
"Sama Cil, sini gue praktekin deh." Satria mencondongkan tubuhnya ke arah Kimy.
Dan akhirnya tangis Kimy pun kembali pecah, karena ulah Satria yang terus menggodanya.
Entah pernikahan macam apa yang terjadi nanti, karena sepertinya dua orang yang seperti air dan minyak itu tak akan pernah menyatu. Wira tak memperdulikan masalah itu, karena yang jadi prioritasnya sekarang adalah bagaimana mempersatukan keduanya secepat mungkin.
Kimy si Gadis Manja yang hidupnya masih bergantung pada orang lain pasti akan menggantungkan hidupnya kepada Satria setelah ia menikah, pun Satria yang sebenarnya memiliki rasa peduli yang tinggi dengan orang lain pasti tak akan mungkin mengabaikan Kimy begitu saja, pikir Wira.
Dia berharap cinta akan menghampiri mereka secara perlahan bahkan tanpa mereka sadari kedatangannya, hingga akhirnya sebuah tali tak kasat mata akan mengikat hati keduanya.
...Jangan lupa tinggalkan jejakmu, reader yang tak se Soleha diriku.. 🤭🤭...