Setelah 3 tahun berpisah, takdir kembali mempertemukan Rexi dengan cinta pertamanya, Rania, yang kini tengah dilanda ujian dalam prahara rumah tangganya bersama sang suami, Raffael Senzio.
Dari pertemuan itu, Rexi mulai menyelidiki kehidupan Rania, wanita yang masih bertahta kuat di dalam hatinya. Melihat ada kesempatan, akhirnya Rexi memutuskan untuk merebut kembali cinta pertamanya.
Sementara di sisi lain, ada Raffael yang berusaha keras memperbaiki hubungannya bersama Rania dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka.
Akankah cinta pertama mendapatkan kesempatan kedua? atau Rania akan memberikan kesempatan itu pada suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Mendapatkan Restu.
Jack masuk ke dalam sebuah apartemen luas dengan fasilitas yang begitu mewah dan lengkap milik Rexi yang memang sudah Rexi beli dari ketika ia masih menjalin hubungan asmara dengan Rania. Jack mencari keberadaan Rexi karena ada hal penting yang ingin ia sampaikan pada tuannya itu.
Jack melangkah menuju balkon apartemen saat melihat Rexi tengah duduk di sana, menikmati angin malam dengan tangan yang menari nari memainkan ponselnya, sementara tangannya yang lain memegang rokok yang menyala.
"Selamat malam, Tuan," sapa Jack seraya memperlihatkan sesuatu pada Rexi. "Dia menghubunginya, Tuan."
Rexi sekilas melirik layar ponsel yang Jack perlihatkan—di sana tertera jejak dari seluruh aktivitas sebuah nomor telepon.
"Kau mendengar pembicaraan mereka?" tanya Rexi, dan Jack mengangguk.
"Dia meminta bantuan Rett untuk membatalkan perceraiannya dengan Nona Rania, Tuan."
Rexi tersenyum dingin. Benarkan seperti dugaannya, Raffael akan tetap berusaha untuk bisa kembali bersama dengan Rania. Bahkan si kunyuk itu meminta bantuan pada orang yang selama ini menjadi dalang atas perpisahannya dengan Rania.
"Biarkan saja," jawab Rexi singkat.
"Tapi, Tuan..." Jack menghentikan ucapannya saat Rexi mengangkat tangannya.
"Aku tidak punya waktu untuk meladeni mereka saat ini, Jack. Fokusku sekarang adalah ingin bisa secepatnya menikahi Rania. Kau bisa mengurus mereka, kan?" tanya Rexi pada asistennya itu.
Rexi tidak ingin lagi menunda. Ia ingin segera bisa menikah dengan Rania. Ia tidak memiliki rencana kembali ke negaranya sebelum ada ikatan resmi, bernama pernikahan, ada di antara Rania dan dirinya.
"Baik, Tuan." Jack langsung mengangguk. Meski masih ada yang ingin ia sampaikan kepada Rexi saat mendengar niat tuannya itu yang ingin secepat mungkin menikah dengan Nona Rania. Padahal Nona Rania belum ada satu hari menyandang status sebagai janda.
"Masih ada yang ingin kau katakan, Jack?"
Suara Rexi membuyarkan lamunan Jack dan sedikit membuat Jack terkejut.
"Tidak ada, Tuan. Saya akan memantau gerak gerik mereka dan memastikan apa yang mereka rencanakan gagal." Setelahnya Jack permisi. Ia keluar dari apartemen Rexi, baru kemudian Jack melangkah menuju unit apartment miliknya sendiri. Karena tidak mungkin bagi Jack untuk bisa menginap di tempat Rexi, atasannya itu begitu menjaga privasi, bahkan kamarnya sendiri tidak boleh ada yang memasuki, sekalipun keluarga atau saudaranya.
Rexi menggeser layar ponselnya, senyum lembut terukir di wajahnya saat melihat foto-foto Rania yang tersimpan rapi di galeri. Ia tidak pernah menghapus satu pun foto yang memuat kenangan mereka bersama, seolah-olah ingin menyimpan setiap momen berharga itu selamanya. Dengan jari yang lembut, Rexi menyentuh wajah Rania di layar, hatinya dipenuhi dengan kerinduan dan cinta yang tak pernah pudar.
*
*
*
Di antalia, Rania baru saja selesai bicara dengan Mommy Hena. Ibunya itu tak berhenti menitikkan air mata saat Rania membuka cerita tentang bagaimana rumah tangga yang selama ini ia jalani bersama Raffael.
"Kau masih mencintai Rexi, Sayang?" Hena menatap putrinya. Dari yang Rania ceritakan, muncul satu pandangan bagi Hena bahwa putrinya masih menyimpan rasa untuk sang mantan kekasih. Rania hanya memaksa membuka hati pada pria lain termasuk Raffael, tanpa menyadari bahwa hatinya sendiri telah penuh dengan satu nama yang takkan bisa tergantikan.
Rania tidak menjawab. Ia diam dan menunduk, menghindari tatapan mata ibunya.
Melihat reaksi Rania, Hena menoleh pada sang suami, Agam Raksa yang juga ada di sana. Berkomunikasi lewatan tatapan mata; beginilah putri kita, sulit sekali untuk terbuka bahkan dengan orang tuanya sendiri. Rania selalu beranggapan bahwa apa yang ia inginkan tidak akan pernah atau tidak akan disetujui oleh kedua orang tuanya, apalagi tentang Rexi yang sebelumnya sudah pernah membuat keluarga Raksa marah.
"Kau ingin Daddy merestui kalian?" tanya Agam tiba-tiba yang membuat Rania langsung mengangkat wajahnya dengan netra yang langsung menatap sang ayah. Tatapan terkejut, namun penuh dengan harapan. Agam Raksa bisa melihat hal itu.
"Rexi sudah mengutarakan niatnya saat ia datang ke sini dan bertemu Daddy. Dia benar-benar memperlihatkan ketidak sabarannya, setelah panjang lebar menjelaskan tentang masa lalu pada Daddy dan membawa bukti perselingkuhan Raffael, dia langsung meminta izin untuk bisa meminangmu."
Ya, begitulah T-rex satu itu. Ia tipikal manusia yang grasak-grusuk, batin Rania seraya menutup matanya. Geram juga dengan Rexi yang tidak bisa pelan-pelan. Selalu bertindak tidak sabaran.
"Jadi, apakah kau ingin Daddy merestuimu?" tanya Agam lagi yang membuat Rania mengerutkan keningnya. Ia menatap sang ibu.
"Daddy tidak ingin melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, Sayang. Yang akan menjalaninya adalah kalian, kalianlah yang memutuskan. Daddy akan ikut apa yang putri Daddy mau." Agam tersenyum mengatakannya. Apalagi yang orang tua di dunia ini inginkan, selain kebahagiaan dari anak-anaknya.
Agam Raksa dan Hena Sanjaya langsung tersenyum saat melihat Rania yang akhirnya mengangguk. Dari dulu ia memang menginginkan restu itu ada untuk dirinya dan pria yang ia cinta.
"Tapi kau perlu mengingat hal ini, Sayang. Sekarang kau masih dalam tahap masa penantian setelah cerai. Dilarang melangsungkan perkawinan dalam batas waktu tertentu."
Rania mengangguk, ia mengerti hal yang dimaksudkan oleh daddynya. Masa iddah bagi seorang perempuan yang telah bercerai atau ditinggal mati oleh suaminya.
"Itu untuk memastikan garis keturunan atau nasab anak yang mungkin sedang dikandung oleh perempuan setelah perceraian. Masa ini memastikan bahwa tidak ada keraguan soal siapa ayah dari anak yang lahir nantinya, terutama jika kau sedang hamil, Sayang," jelas Agam pada putrinya.
Netra Rania sedikit melebar saat mendengar kata hamil, jantung wanita itu bahkan sampai berdegup kencang.
"Tapi, Rania bisa melakukan test kehamilan, Dad. Itu jauh lebih bisa memastikan semuanya agar jelas."
Agam dan Hena saling menatap, lalu kembali ke Rania dengan ekspresi yang semakin serius. "Itu mungkin ide yang bagus, Sayang," ucap Agam pada putrinya.
Rania mengangguk dengan senyum kecil yang kaku, tapi pikirannya sudah melayang jauh, ke mana-mana. "Hamil?" batin Rania mengulang kata itu. "Bagaimana caranya dia bisa hamil?" Rania menutup matanya.
Tidak pernah terlintas dipikiran Rania tentang hal ini, dan bisa saja kemungkinan ini membuat Rexi harus bersiap menghadapi kejutan yang tidak terduga nantinya.