Aku Anakmu

Dian terdiam berdiri di samping tempat tidur Melati, Yudi dan Dika di seberangnya. Mata Melati tertutup, nafasnya terlihat tenang, dan jarum infus menancap di tangan kirinya.

"nak jangan pergi lagi nak, please! Dian jangan pergi lagi, Dian tunggu ibu Dian!! " igau Melati sambil melambaikan tangannya.

"ma, mama, sadar ma, ada kok Dian disini, mama, buka matanya ma. " panggil Yudi.

"ayah kejar Dian ayah. " tangis Melati pecah dalam igauannya.

Dan mata Melati terbuka, pandangannya mencari sesuatu.

"nak." tangan Melati terulur pada Dian. Dian pun mendekat. Melati gegas memeluk erat, seakan takut akan kehilangan.

"jangan pergi lagi Dian, jangan, tolong kembalilah, beri kami kesempatan untuk menebus semua dosa dosa kami, terutama ayahmu, jangan biarkan kami mati dalam keadaan penuh dosa. " isak Melati terdengar memilukan.

Dian masih membisu, tak hendak membalas pelukan Melati. Dian menegakkan kembali tubuhnya Putra menghela nafas.

"kalau ada yang perlu kamu hukum seumur hidup, itu adalah saya Dian, saya yang bersalah sama kamu dan ibumu, saya yang telah meninggalkan kalian, jadi saya mohon, tolong, tolong kembalilah pada kami. " ucap Yudi, yang sudah berdiri dekat Dian.

Tiba tiba Yudi menekuk kedua lututnya, bersimpuh memegang tangan Dian.

"saya mohon, kembalilah pada kami, beri kami kesempatan untuk menebus semua dosa, tolonglah nak. " ucap Yudi sambil menangkupkan telapak tangan di dada. Dian dan Putra kaget, Putra berlari menghampiri.

"bangun pak, jangan lakukan itu, saya tak pantas mendapatkan itu, bangun pak. " pinta Dian, sambil memegang tangan Yudi, memintanya bangun.

"bahkan membunuh saya pun pantas kamu lakukan nak, untuk menebus semua dosa dosa saya. " ucap Yudi lirih.

Putra menatap mata indah Dian, bibir gadis itu terlihat bergetar.

"apa yang membuat kalian seperti ini? Bukankah hidup kalian tak kenapa kenapa sebelum tahu siapa saya? " tanya Dian lirih. Yudi merasakan palu godam menghantam dadanya.

"jangan pernah mengira kami tak mencarimu nak, berpuluh tahun malah kami mencari keberadaanmu, bahkan sebuah perusahaan sudah dibuat atas nama Diana, ketika ayahmu kembali ke kota, dan akan segera dikembalikan kepada kamu, jangan pergi lagi nak, hiduplah sesukamu di mana pun kamu nyaman, tapi kasih tahu kami, kabari kami keluargamu. " jawab Melati.

Dian hanya mengangguk, terlalu malas dia berkata kata.

"cepat sembuh bu. " hanya itu kata yang keluar dari mulutnya. Melati tersenyum dan mengangguk.

Yudi dan Dian duduk di ruang tamu kamar rawatan Melati.

"kamu hebat ya nak, bisa bekerja di perusahaan internasional gitu. " puji Yudi.

"hanya kebetulan pak, posisi yang kosong, sesuai dengan keahlian yang aku punya, jadi diterima. "

Yudi hanya tersenyum, sangat tidak gampang di terima di perusahaan itu, dia tahu banget standarisasinya. Tak peduli darimana kalian berasal, kalau kalian layak diterima, pasti kalian akan diterima.

"beri kami alamatmu di Turki, tante Melani ada disana, bersama suaminya yang seorang polisi. " kata Melati.

"iya bu. " jawab Dian, kali ini dia pasrah, sampai sejauh manapun dia pergi, ke belahan dunia manapun dia bersembunyi, luka dan kenangan itu akan tetap ada. Kenapa dia tak mencoba mengobatinya.

Dian dan Putra berada di rooftop rumah sakit ini, menatap gedung gedung yang seakan berlomba menggapai langit.

"aktifkan nomer lamamu Yan, jangan terus bersembunyi, kamu tak akan bisa, karena darahmu adalah darah pak Yudistira, yang namanya sekali pencarian di go*gle langsung muncul. " kata Putra.

Dian hanya tersenyum samar.

Benar sekali dan kali ini Dian pasrah.

Setelah pamit pada Melati dan Yudi, Dian kembali ke hotelnya, dengan diantar oleh Putra.

"sampai bertemu besok di ruang meeting ya Yan, ingat! Jangan pergi lagi. " pesan Putra.

Dian hanya tertawa garing.

Dan Dian pun menceritakan semua kepada kedua sahabatnya.

"Yan, emang sudah jalanmu begitu, tak baik juga memupuk dendam, bagaimana pun juga, beliau adalah ayah kandungmu, mungkin ibu juga gak suka kamu begini Yan. " papar Cica dan Zana.

"tapi kontrak kerjaku 2 tahun lo. "

"nggak apa apa, yang penting ayah kamu tahu kamu ada dimana, kamu aman, bisa bertemu kapanpun kalian mau. "

"jadi kamu lanjutin kontrak saja, sekalian cari ilmu dan pengalaman nanti kalau sudah jadi bos besar. " canda Zana.

Dian mengiyakan.

"benar juga ya, nanti aku bicarakan sama pak Yudi. " jawab Dian.

"papa kamu Yan. " sela Zana.

Wajah kedua sahabatnya terlihat sedih.

"senangnya ya Ca, Dian punya ayah yang begitu peduli, bahkan keluarga yang lainnya juga begitu menyayanginya, meski sudah lama tak bertemu, lah kita? Bertemu setiap hari berasa tak punya. " keluh Cica.

"sudah deh sob, kita akan tetap bersama selamanya. Titik! " balas Dian.

"kamu mau janji sama kami Yan? " tanya Cica.

"mau, apaan? "

"jangan pergi lagi, please! "

Dian terdiam.