Kesalahan satu malam membuat Meisya harus menanggung akibatnya seorang diri. Kekasih yang seharusnya bertanggung jawab atas kehamilannya, malah mengabaikan dan mengira kehamilan Meisya sebagai lelucon.
Meisya yang ketahuan hamil, justru diusir oleh keluarganya dan terpaksa membesarkan anaknya seorang diri. Dia dituntut untuk hidup mandiri dan kuat demi anaknya.
Sampai akhirnya, takdir mempertemukan Meisya dan Ello, mantan kekasih sekaligus ayah dari anaknya. Akankah Meisya bersedia mengungkapkan kebenaran tentang anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesalahan Semalam Bab 25
Kehadiran Ello yang secara tiba-tiba muncul di hadapan Meisya benar-benar menjadi kejutan yang luar biasa untuk wanita itu. Bertahun-tahun berpisah, rasa kecewa dan sakit itu masih sangat mendominasi perasaan Meisya. Bahkan, untuk menelan ludah pun rasanya begitu sulit.
Meisya sudah pergi jauh meninggalkan kenangan bersama Ello, tapi dengan sangat tidak terduga dia justru bertemu dengannya di negara ini. Ingin sekali Meisya menyalahkan takdir yang terlalu cepat mempertemukannya dengan Ello. Meisya benar-benar belum siap berhadapan dengan Ello di saat kesuksesan itu belum ada dalam genggamannya.
Namun, perasaan Meisya itu sangat berbanding terbalik dengan apa yang Ello rasakan saat ini. Laki-laki itu malah merasa lega dan bahagia bisa bertemu dengan Meisya saat ini. Ya meskipun dia juga harus mengalami syok karena mendengar Meisya mengungkapkan cinta pada orang lain. Rasa cemburu itu masih membakar hatinya.
“Meisya!” Ello melambaikan tangan di depan wajah sang mantan yang masih belum percaya dengan penglihatannya sendiri.
Meisya yang akhirnya tersadar, sampai tak bisa berkata-kata. Dia sangat sadar jika hubungannya dengan Ello sudah berakhir meskipun bekasnya masih ada.
“Aku cari kamu ke mana-mana, Sya. Aku kangen banget sama kamu,” ucap Ello dengan mata berkaca-kaca.
Ada banyak hal yang ingin laki-laki itu tanyakan pada Meisya, tapi saat berhadapan langsung, semua pertanyaan itu tiba-tiba lenyap begitu saja.
“Untuk apa?” tanya Meisya dengan suara yang terdengar lirih seolah tanpa tenaga. Wanita itu berusaha melepaskan tangannya yang sejak tadi dipegang oleh Ello.
Satu pertanyaan itu berhasil membuat Ello menarik napas dalam-dalam. Dia seolah sedang ditampar kenyataan bahwa semuanya telah berubah sejak empat tahun lalu. Hubungan mereka sudah berakhir dan tidak ada gunanya juga Ello mencari Meisya dan merindukannya.
“Aku ... aku kangen kamu, Sya. Kamu masih ingat janji aku, ‘kan? Aku akan datang dan cari kamu lagi setelah aku lulus dan sukses. Sekarang aku tepati janji aku, Sya!” jawab Ello.
Meisya tersenyum kecut. “Lalu? Buat apa? Buat apa kamu cari aku? Kita sudah lama putus dan hidup masing-masing. Kita sudah nggak ada hubungan apa-apa lagi kalau kamu lupa!” Wanita itu lalu melangkah pergi meninggalkan Ello.
Tak ingin kehilangan jejak, Ello segera menyusul Meisya. “Sya, aku masih sayang banget sama kamu, Sya. Aku pengen obrolin semuanya,” kata Ello sambil mengekori Meisya.
“Nggak ada lagi yang perlu diobrolin. Aku nggak mau kenal sama kamu lagi,” balas Meisya sambil terus berjalan.
Sesekali Meisya melirik arloji di pergelangan tangannya untuk melihat waktu. Dia sudah memiliki janji dengan Fabio untuk makan malam. Sementara Ello, dia terus mengekori Meisya.
“Ada, Sya. Ini soal kehamilan kamu!” kata Ello dengan suara yang lebih tinggi.
Ternyata, kata-kata itu mampu membuat langkah Meisya terhenti. Dada wanita itu mendadak berdebar dengan keras dan lututnya terasa lemas. Ingatannya mendadak kembali pada beberapa tahun yang lalu saat dia mengungkapkan kehamilannya pada laki-laki yang kini berdiri tepat di belakangnya.
“Beberapa waktu lalu, aku bertemu Kak Rendy,” ucap Ello.
Laki-laki itu berpindah posisi dan kini tepat di hadapan Meisya yang masih mematung dengan napas memburu.
“Aku pikir, yang kamu katakan waktu itu adalah gurauan,” kata Ello.
Terdengar helaan napas berat yang keluar dari mulut laki-laki itu. Dia sungguh menyesal tak mempercayai ucapan Meisya saat itu. “Maaf, Sya!”
Meisya tersenyum sinis dan akhirnya dia tertawa. Bukan karena dia bahagia Ello mengetahui kehamilannya, tapi dia menertawakan kebodohan Ello yang membuat hidupnya hancur.
“Kamu lebih percaya omongan Kak Rendy daripada omonganku?” cibir Meisya. “Aku bersyukur karena waktu itu kita putus!” sambungnya dengan tatapan benci pada Ello.
Ello tahu Meisya sangat kecewa dan marah, tapi dia juga lebih penasaran bagaimana kelanjutan kehamilan itu. “Maaf, Sya. Aku emang tollol dan nggak berguna. Maaf banget karena aku udah bikin hidup kamu sengsara. Apa yang bisa aku lakukan untuk menebus kesalahanku, Sya?”
Ello terlihat sangat menyesali perbuatannya. Akan tetapi, semua itu sudah tidak ada artinya lagi bagi Meisya.
“Itu bukan cuma salah kamu. Tapi salahku juga yang terlalu percaya sama mulut manis kamu. Kamu hanya perlu pergi dan jangan muncul di hadapanku lagi, mungkin itu bisa menebus kesalahanmu!” balas Meisya.
“Nggak mungkin, Sya. Aku akan melakukan apa pun buat menebus kekecewaan kamu selama ini. Aku benar-benar bodoh karena baru percaya sekarang, Sya. Kalau aja waktu itu kamu sedikit paksa aku buat ke periksa kehamilan. Aku pasti akan bertanggung jawab, Sya.”
Mendengar kata-kata Ello, rasanya Meisya ingin sekali menaampar laki-laki itu. Sayangnya, dia masih teringat kedua anak kembarnya. Dia masih sadar jika Ello adalah ayah biologis mereka.
“Jadi sekarang kamu nyalahin aku? Oke, nggak apa-apa. Ini emang salahku. Lagian, aku juga nggak mati meskipun nggak kamu nikahin. Jadi, buat apa lagi kamu muncul di hadapan aku? Kamu malah bikin aku nggak nyaman!” kata Meisya dengan sorot mata yang tajam.
Ello kembali teringat pada Zoey lewat tatapan mata Meisya itu. “Aku nggak nyalahin kamu, Sya. Aku cuma mau minta maaf sama kamu! Tolong katakan, di mana anak kita? Aku ingin memperbaiki kesalahanku sama kalian!”
Meisya menelan ludah dengan kasar. Dia sudah tahu apa yang Rendy sampaikan pada Ello, tapi tetap saja sulit mengakui jika dia keguguran padahal si kembar terlahir dengan sehat.
Meisya menarik napas dengan berat sebelum akhirnya berkata, “Aku menggugurkannya seperti yang Mama kamu bilang!”
***
Kembang kopinya jangan lupa 💋💋💋
tapi untuk kebodohannya luar biasa dan sangat luar biasa.
jempol terbalik buat Ello.