Aurora terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berada di dunia asing yang begitu indah, penuh dengan keajaiban dan dikelilingi oleh pria-pria tampan yang bukan manusia biasa. Saat berjalan menelusuri tempat itu, ia menemukan sehelai bulu yang begitu indah dan berkilauan.
Keinginannya untuk menemukan pemilik bulu tersebut membawanya pada seorang siluman burung tampan yang penuh misteri. Namun, pertemuan itu bukan sekadar kebetulan—bulu tersebut ternyata adalah kunci dari takdir yang akan mengubah kehidupan Aurora di dunia siluman, membuatnya terlibat dalam rahasia besar yang menghubungkan dirinya dengan dunia yang baru saja ia masuki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pemilik bulu yg sesungguhnya
Aurora mengikuti pria misterius itu dengan langkah ragu, tetapi saat suara langkah para siluman semakin mendekat, ia tahu tidak ada pilihan lain. Pria itu bergerak cepat namun tetap tenang, seolah sudah terbiasa menyelinap tanpa ketahuan. Mereka melewati pepohonan rimbun dan jalan setapak yang tertutup oleh dedaunan, hingga akhirnya tiba di sebuah danau berkilauan yang tersembunyi di balik hutan.
Aurora terengah-engah, mencoba memahami situasi. "Siapa kau sebenarnya?" tanyanya dengan suara bergetar.
Pria itu menoleh, sorot matanya tetap tajam namun kini lebih lembut. "Namaku Raviel," katanya. "Aku adalah siluman burung Garuda Emas, dan bulu yang kau temukan itu milikku."
Aurora membelalakkan mata. "Jadi ... kenapa semua siluman tadi mengejarku? Apa yang terjadi?"
Raviel menghela napas, lalu menatap danau dengan ekspresi serius. "Bulu itu bukan bulu biasa. Itu adalah bulu kehormatan, simbol kekuatan para Garuda yang hanya bisa jatuh jika pemiliknya mengalami sesuatu yang besar—seperti kehilangan kekuatan, atau ditakdirkan untuk sesuatu yang lebih besar."
Aurora semakin bingung. "Tapi ... kenapa aku yang menemukannya?"
Raviel menatapnya dalam-dalam. "Itulah yang harus kita cari tahu."
Tiba-tiba, terdengar suara gemerisik dari balik pepohonan. Aurora langsung tegang, tetapi Raviel dengan cepat menarik tangannya dan berbisik, "Jangan bergerak."
Dari balik dedaunan, muncul sosok-sosok yang lebih menyeramkan dari sebelumnya. Mereka bukan hanya siluman biasa—mereka adalah pemburu siluman, makhluk yang mengincar kekuatan Garuda.
Aurora merasakan jantungnya hampir melompat dari dadanya.
Kini, ia sadar bahwa keberadaannya di dunia ini bukan kebetulan. Dan bulu itu ... bukan hanya sekadar bulu indah. Itu adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih berbahaya.
Aurora menahan napas saat para pemburu siluman muncul dari balik pepohonan. Mata mereka bersinar tajam dalam kegelapan, dan aura mereka terasa dingin, penuh niat jahat. Mereka mengenakan jubah hitam dengan lambang burung bercakar di dada—lambang kelompok pemburu yang terkenal kejam di dunia siluman.
"Serahkan gadis itu," salah satu dari mereka berkata dengan suara dingin. "Dia memiliki sesuatu yang bukan miliknya."
Aurora merasakan jemarinya gemetar, tetapi sebelum dia bisa bereaksi, Raviel melangkah ke depan, melindunginya. Sorot matanya penuh ketenangan, tetapi ada ketegangan yang jelas terasa di udara.
"Bulu itu memilihnya," kata Raviel tegas. "Dia berada di bawah perlindunganku sekarang."
Para pemburu tertawa sinis. "Kau tahu apa artinya itu, bukan? Jika dia memiliki bulu kehormatanmu, maka kau telah kehilangan hak atasnya. Kau tidak lebih dari siluman yang jatuh sekarang, Raviel."
Aurora melihat rahang Raviel mengeras, tetapi pria itu tetap berdiri tegak.
"Jika kalian menginginkannya," Raviel berkata pelan, "kalian harus melewati aku dulu."
Seketika, suasana berubah mencekam. Para pemburu mulai bergerak mengitari mereka, aura mereka semakin pekat.
Aurora merasakan tubuhnya menegang. Ini bukan lagi sekadar pelarian—ini adalah pertarungan hidup dan mati.
Dan entah bagaimana, ia merasa bahwa dirinya bukan lagi hanya seorang gadis biasa di dunia ini. Ada sesuatu dalam dirinya yang perlahan mulai terbangun.
Aurora bisa merasakan ketegangan di udara semakin menebal. Para pemburu siluman mengelilingi mereka dengan tatapan penuh ancaman. Tangannya mencengkeram bulu emas itu lebih erat, meskipun ia sendiri tidak mengerti mengapa benda itu begitu penting.
Raviel tetap berdiri tegak di depannya, tubuhnya mulai memancarkan cahaya keemasan samar. "Aku tidak akan membiarkan kalian menyentuhnya," suaranya terdengar tenang, namun penuh ancaman.
Salah satu pemburu tertawa dingin. "Siluman yang jatuh berani menantang kami? Kau bukan lagi Garuda yang kuat, Raviel. Tanpa bulumu, kau hanyalah bayangan dari dirimu yang dulu!"
Aurora melihat perubahan pada wajah Raviel—tatapan marah bercampur dengan luka lama yang sepertinya baru tersentuh.
Tiba-tiba, tanpa peringatan, salah satu pemburu melesat maju dengan kecepatan mengerikan. Aurora nyaris tidak bisa melihat gerakannya, tapi sebelum serangan itu mengenainya, Raviel bergerak lebih cepat. Dengan satu gerakan tangannya, sayap emas yang samar muncul di punggungnya, menciptakan tameng cahaya yang menahan serangan itu.
Braak!
Benturan dahsyat terjadi, membuat tanah di sekitar mereka bergetar. Aurora tersentak mundur, matanya membelalak. Raviel masih memiliki kekuatan—meskipun sebagian telah hilang.
Namun, para pemburu tidak menyerah. Mereka mulai menyerang dari berbagai arah, memaksa Raviel untuk bertarung dengan kecepatan luar biasa. Cahaya emas dan bayangan hitam bertabrakan di udara, menciptakan percikan energi yang menggetarkan hutan.
Aurora bisa merasakan tubuhnya gemetar, tetapi saat ia melihat Raviel bertarung sendirian, ada sesuatu di dalam dirinya yang bergolak.
Aku tidak bisa hanya diam di sini!
Tanpa berpikir panjang, ia merasakan ada energi hangat yang mengalir dari bulu emas di tangannya. Jantungnya berdebar kencang, dan tiba-tiba, tubuhnya terasa lebih ringan, lebih hangat. Cahaya keemasan samar mulai muncul di sekelilingnya.
Para pemburu terhenti sesaat, menatapnya dengan keterkejutan.
"Mustahil!" salah satu dari mereka berbisik. "Dia ... bereaksi terhadap bulu itu?"
Aurora tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya, tetapi satu hal yang pasti—ia bukan gadis biasa. Dan kini, ia harus menemukan kebenaran tentang siapa dirinya sebenarnya.