Anaya Devaloka (21), seorang gadis muda yang terpaksa menjadi ibu susu bayi bernama Elnan Kavindra demi melunasi hutang ayah tirinya dan membiayai pengobatan mamanya.
Richard Kavindra (29), seorang CEO muda nan tampan dan terkenal playboy. Ia menyukai gadis seksi yang bertubuh langsing. Namun, ketika ia melihat Naya, semua tipe gadis idealnya seakan tak berlaku sama sekali. Ia terjebak pada pesona ibu susu baby Elnan anaknya.
Akankah Richard mampu meluluhkan hati Naya? dan bisakah Naya tetap teguh pada hatinya tanpa tergoda oleh Richard?
Follow Ig : @yoyotaa_
Dilarang keras untuk menjadikan cerita saya jadi konten!!!!!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Lagi Lagi Serangga
Hari ini adalah hari pertama tanpa Helen. Hari ini juga, Naya harus menemani Richard sarapan dan melayaninya seperti Helen.
Richard sudah bersiap dengan kemeja berwarna cokelat dengan dasi panjang yang belum terpasang. Biasanya mamanya lah yang membuat ikatan dasi itu. Richard sedikit kesusahan tanpa adanya sang mama.
"Huh! Kenapa sih mama harus ke Paris? Bikin aku jadi repot sendiri," kesal Richard sambil mencoba memasang dasi yang tidak pernah ia coba.
Saking kesalnya, ia pun memanggil Naya.
"NAYA," panggil Richard dengan keras.
Untungnya teriakan Richard tidak membuat Elnan terbangun dari tidurnya. Naya segera menuju kamar Richard yang sudah terbuka lebar pintunya.
"Cepat kesini! Bantu aku memasangkan dasi!" perintah Richard.
Naya mendekat ke Richard lalu mencoba memasangkan dasi Richard. Tubuh Naya terlalu mungil, ia pun kesusahan untuk memasangkannya.
"Kalau kesusahan bilang." Richard langsung menunduk agar Naya bisa dengan mudah meraih dasi tersebut.
Tak ada ucapan yang keluar dari mulut Naya membuat Richard gemas sendiri. Apalagi wajah Naya terlihat begitu serius saat memasangkan dasi untuknya. Richard jadi ingin menggodanya. Ia menaruh kedua tangannya memegang pinggang Naya. Naya masih belum menyadari itu saking seriusnya.
Hihi, kalau begini tiap hari. Rasanya aku mau kalau disuruh cepat-cepat nikah oleh mama. Apalagi melihat wajah seriusnya itu, bibirnya yang terus menutup membuatku ingin menciumnya lagi dan lagi.
Acara memasangkan dasi selesai. Ketika Naya hendak pergi, ia baru sadar bahwa ada tangan yang melingkar di pinggangnya.
Sial! Cari-cari kesempatan terus dia.
"Sudah selesai Tuan. Anda bisa melepaskan tangan Anda."
"Kalau aku tidak mau?"
Baru ditinggal belum genap sehari oleh Helen, Richard sudah mulai meresahkan bagi Naya. Ia harus memperbanyak stok kesabaran untuk menghadapi tingkah laku Richard yang seenaknya.
"Ooek... oek... oek...," suara tangis Elnan terdengar hingga ke kamar Richard. Naya menginjak kaki Richard yang belum memakai sepatu karena terburu-buru takut tangis Elnan semakin kencang.
"Aw...." Richard merintih kesakitan.
"Is, selalu saja anakku yang diutamakan," gerutu Richard.
Richard pun mengusap kakinya kemudian memakai sepatu kerjanya. Setelah itu, ia pergi ke kamar Elnan. Sayangnya, pintu kamar Elnan dikunci dari dalam. Sudah jelas bahwa Naya sedang menyusui Elnan di dalam kamar.
"Nay, buka pintunya. Aku mau masuk."
"Tunggu sampai baby El kenyang dulu Tuan," jawab Naya sambil berteriak.
Akhirnya Richard pun menunggu di depan pintu kamar Elnan. Tak lama kemudian pintu terbuka dengan Naya yang keluar menggendong Elnan.
"Ayo temani aku sarapan." Naya pun mengangguk.
"Sini biar aku yang gendong," pinta Richard. Naya pun menyerahkan Elnan ke gendongan Richard. Elnan tampak diam dan anteng.
Setibanya di meja makan, semua menu sarapan sudah tersedia. Hanya saja, Richard belum menyentuh sama sekali sarapannya. Ia malah asik bermain dengan Elnan. Seketika Naya tersenyum melihatnya. Meskipun Richard sebagai ayahnya Elnan selalu sibuk dengan pekerjaannya, tapi di kala senggang Richard selalu perhatian dan memberi kasih sayang pada Elnan. Yang sampai sekarang Naya pertanyakan adalah keberadaan ibu dari bayi mungil itu. Apakah mereka bercerai? Ataukah ibunya Elnan meninggal? Atau bahkan ada alasan lain yang mengharuskan ibunya Elnan untuk meninggalkan anaknya? Entahlah, Naya tidak berani lagi bertanya. Setelah melihat ekspresi wajah Helen kala ditanya di pertemuan pertama mereka.
"Suapi aku!" pinta Richard.
Benar-benar memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Naya pun mengikuti saja perintah Richard. Sampai sarapan habis Richard masih menggendong Elnan. Ia berdiri dan membawa Elnan keluar rumah. Sesampainya di luar, Richard memberikan Elnan pada Naya lagi.
"Papa kerja dulu ya sayang. Baik-baik di rumah," pamit Richard pada Elnan kemudian mengecup pipi kanan, pipi kiri, dan dahi Elnan dilanjutkan dengan mengecup bibir Naya.
Richard sudah berjalan menjauh saat Naya terdiam beberapa saat. Lagi dan lagi Richard berhasil mencuri ciuman Naya.
"Ais, bibirku sudah tidak suci lagi. Mau dimandikan kembang tujuh rupa pun tetap saja tidak akan suci seperti semula. Tuan Richard benar-benar keterlaluan," kesal Naya.
Melihat Naya yang berjalan sambil mengerucutkan bibirnya, membuat Nani penasaran.
"Kenapa Nay? Sepertinya kau terlihat kesal?" tanya Nani.
"Tadi ada serangga yang mencium bibirku. Sampai aku ingin memusnahkannya detik ini juga."
"Ya ampun Nay, cuma karena serangga kau sampai sekesal ini?" Nani menggelengkan kepalanya heran.
Kau tidak tahu saja serangga mana yang aku maksud Kak. Kau pasti akan tercengang mendengarnya.
"Aku titip El dulu ya, aku kebelet pipis nih." Naya mengalihkan Elnan pada Nani. Lalu pergi ke kamar mandi yang ada di lantai bawah.
***
Sementara di kantor,
Richard sedang melakukan pengecekan proposal kerjasama yang masuk ke perusahaanya. Ia pun memanggil sekretaris barunya yang bernama Leon.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?"
"Coba kau periksa data-data dari perusahaan ini. Aku sepertinya menemukan adanya kejanggalan di dalamnya."
"Baik Tuan, akan segera saya laksanakan."
"Bagus, silakan kembali."
Seperti yang kalian tahu awalnya sekretaris Richard itu perempuan yang bernama Isabel. Namun karena Richard tidak mau melihat perempuan itu terus memakai pakaian yang minim di perusahaan, akhirnya ia mencari sekretaris baru yaitu Leon.
Pintu ruangan Richard tiba-tiba terbuka tanpa permisi. Orang tersebut langsung duduk di sofa sebelum dipersilahkan oleh sang pemilik ruangan.
"Jauh-jauh datang kesini. Pasti ada hal penting yang ingin kau sampaikan Lex. Coba ceritakan."
"Ini mengenai kecelakaan itu. Aku menemukan hal janggal setelah berbulan-bulan melakukan penyelidikan. Ku harap kau jangan terpancing emosi."
Bagaimana mungkin ia tidak terpancing emosi? Mendengar kata kecelakaan saja sudah mampu membuat dada Richard berdenyut nyeri. Seakan kecelakaan itu terputar kembali di ingatannya.
"Menurut hasil penyelidikan, sepertinya ada seseorang yang sengaja menyabotase mobilmu. Kemungkinan terbesarnya orang tersebut adalah musuh mu, Rich. Kau harus hati-hati ke depannya. Pelakunya masih belum dipastikan siapa orangnya. Tapi, perlahan-lahan pasti semuanya akan terungkap."
"Sampai aku tahu siapa orangnya. Mati kau di tanganku!"
Aura kemarahan Richard terpancar di kedua bola matanya. Alex yang melihatnya pun sedikit ketakutan. Pancaran kesedihan dan kemarahan itu bercampur menjadi satu yaitu dendam.
Alex hanya berharap, Richard tidak gegabah nantinya ketika pelakunya sudah bisa ditemukan.
"Ada satu hal lagi yang ingin aku sampaikan. Sepertinya aku menyerah untuk mendapatkan Naya."
"Baguslah, dengan begitu aku bisa bebas mendekatinya," ucap Richard.
"Cih, bilangnya dia tidak sesuai kriteria mu," ledek Alex.
Richard tak menanggapi ucapan Alex. Karena ia pun tak tahu bagaimana menanggapinya. Kriteria itu seolah menghilang begitu saja ketika di dekat Naya. Seperti inikah yang dinamakan cinta itu buta?
***
Hai semuanya,
Salam hangat dariku ya.
Terima kasih sudah membaca ceritaku sampai di bab ini. Semoga kalian menyukainya.
Jangan lupa berikan like dan vote nya teman-teman.
Kalian bisa juga memberikan dukungan untuk yoyo dengan menonton iklan yang ada di kolom pemberian hadiah.
jangan lupa mampir juga di karyaku ya,🙏🏻