Menikah karena kecelakaan? Akay tak pernah membayangkan hidupnya berubah setelah menabrak nenek Aylin—dan menerima syarat gila: menikahi cucunya yang suka tawuran dan balapan liar.
Perjanjiannya jelas: jika Akay menceraikan Aylin, ia harus bayar seratus miliar. Tapi jika Aylin yang minta cerai, seluruh warisan neneknya jadi milik Akay.
Setelah sang nenek meninggal, Aylin kabur. Ia hidup bebas di jalanan, menantang maut di lintasan balap ilegal. Tapi takdir mempertemukan mereka lagi—dan Aylin menawar hidup masing-masing meski tetap menikah.
Namun Akay punya rencana lain. Saat bahaya mengintai dan perasaan mulai tumbuh, keduanya harus memilih: bertahan dalam pernikahan pura-pura, atau menghadapi kenyataan bahwa mungkin... cinta datang dari arah yang tak pernah mereka duga.
Akankah pernikahan ini tetap menjadi perjanjian konyol? Atau berubah menjadi cinta yang berani menerobos batas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Sejak Kapan?
Akay menatap Yoga dingin. "Aku masih normal," jawabnya santai, tapi sorot matanya mengisyaratkan bahwa ia tidak sedang ingin bercanda.
Namun, Yoga tidak menyerah begitu saja. Tatapannya semakin jail. "Jadi… sekarang kamu sudah punya pacar?"
Akay mengangkat sebelah alisnya. "Istri."
Yoga terbatuk. "Hah?!" Ia tertawa tak percaya. "Nggak mungkin! Kapan kamu nikah? Kok tahu-tahu sudah punya istri dan ada bekas gigitan di leher? Jangan bilang udah kawin duluan sebelum nikah?"
Akay menyeringai tipis, menepuk bahu Yoga dengan cukup keras hingga pria itu sedikit terhuyung. "Jangan kebanyakan ngurusin hidup orang, Yoga. Hidupmu sendiri aja masih berantakan. Sampai sekarang masih jomblo, ‘kan?"
Yoga langsung cemberut. "Nggak usah nyinggung bagian itu, dong... Sesama jomblo nggak boleh saling membully."
Akay meliriknya sekilas, lalu menyunggingkan senyum tipis. "Sorry, gue udah sold out, nggak jomblo lagi."
Tanpa menunggu respons, ia melanjutkan langkah menuju ruangannya, meninggalkan Yoga yang masih berdiri dengan ekspresi keki.
Bagi karyawan lain, kabar itu jatuh seperti petir di siang bolong. Orang-orang yang mendengarnya seolah tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan Akay. Pria itu bukan tipe yang suka bercanda, apalagi bicara hal-hal yang tak perlu.
Beberapa hanya bisa melongo, mencoba mencerna kebenaran dari pernyataan yang terasa begitu mustahil. Seumur-umur, Akay tak pernah terlihat dekat dengan wanita mana pun, bahkan sekadar memberi perhatian kecil pun rasanya jarang. Lalu tiba-tiba, tanpa aba-aba, ia mengaku sudah menikah?
Bisik-bisik langsung menyebar. Beberapa orang saling pandang dengan ekspresi bingung, ada yang diam-diam tersenyum penasaran, sementara yang lain berusaha mencari celah untuk menggali lebih dalam.
"Serius? Bukan cuma kontrak bisnis, 'kan?" gumam seseorang.
"Mana mungkin Tuan Akay main-main soal ini?" sahut yang lain.
Tapi ada juga yang meragukan. "Tapi... kok nggak pernah ada gosip sebelumnya?"
Tak ada yang bisa memastikan jawaban. Yang jelas, sejak pengakuan itu keluar dari mulut Akay, rasa ingin tahu orang-orang tentang siapa wanita yang berhasil menaklukkan pria sedingin itu semakin membuncah.
"Beneran udah nikah?"
"Sejak kapan? Kok nggak ada kabar sama sekali?"
"Gila sih, tapi ini pertama kalinya dia muncul dengan 'jejak' begitu."
"Aku penasaran, siapa gadis yang bisa tahan sama pria bermulut pedas seperti dia? Meski tampan, kaya, dan mapan, kalau mulutnya kayak mercon, siapa yang kuat?"
"Iya, sih. Kalau aja dia nggak setajam silet pas ngomong, pasti banyak yang naksir."
Namun, tak ada yang berani menanyakan langsung pada Akay, karena semua orang tahu betapa tajamnya mulut pria itu jika sudah dibuat kesal.
Beberapa Menit Kemudian
Akay mengetuk pintu ruangan Zayn Nugroho dengan sikap tegap. Setelah mendengar suara dari dalam yang mempersilakan masuk, ia pun melangkah masuk dengan tenang, sedikit menundukkan kepala sebagai tanda hormat.
"Tuan," sapanya singkat.
Zayn, yang sedang duduk di belakang meja dengan setumpuk dokumen di hadapannya, mengangkat wajah dan menatap Akay sekilas sebelum tersenyum kecil. "Bagaimana kabarmu, Akay? Tiga bulan di luar kota, pasti melelahkan."
"Baik, Tuan. Hanya sedikit sibuk," jawab Akay dengan nada formalnya.
Namun, sebelum percakapan berlanjut, pintu kembali terbuka, dan Yoga masuk dengan membawa dokumen di tangannya. Begitu melihat Akay berdiri di hadapan Zayn, mata pria itu langsung berbinar jail.
"Bos, lihat leher Akay!" seru Yoga dengan nada dramatis. "Dia baru digigit vampir! Entah vampir mana yang menggigitnya. Aku takut kalau vampirnya nggak jelas gendernya!"
Zayn yang tadinya tenang akhirnya ikut memerhatikan leher Akay. Matanya menyipit sesaat sebelum akhirnya menatap Akay dengan ekspresi datar. "Kenapa lehermu?" tanyanya tenang.
Akay, yang sudah bisa menebak arah pembicaraan ini, hanya melirik tajam ke arah Yoga sebelum menjawab, "Digigit istri, Tuan."
Yoga langsung meledak dalam tawa. "Hahaha! Sepertinya kepala kamu kejedot pintu mobil pas mau masuk kantor tadi. Halu banget punya istri!"
Akay menoleh dengan tatapan dinginnya yang bisa membuat orang lain merinding, tetapi Yoga justru semakin terhibur.
Zayn, yang tidak tertarik dengan candaan tidak produktif, hanya menghela napas panjang. "Yoga, fokus bekerja."
"Iya, Bos," sahut Yoga cepat, mengangkat tangan seolah menyerah. Namun, senyuman jailnya masih tertinggal saat ia meletakkan dokumen di meja Zayn sebelum melangkah keluar ruangan.
Begitu hanya tinggal mereka berdua, Akay segera melaporkan semua pekerjaannya selama tiga bulan terakhir dengan profesional. Zayn mendengarkan dengan tenang, sesekali mengangguk sambil membaca dokumen yang diberikan Akay.
Setelah urusan selesai, Akay berbalik hendak pergi. Tangannya hampir menyentuh gagang pintu ketika suara Zayn tiba-tiba terdengar.
"Akay."
Akay berhenti, menoleh dengan ekspresi serius.
"Wanita lebih suka diperlakukan lembut dan senang dipuji," ucap Zayn dengan nada datarnya. Setelah itu, ia kembali fokus pada pekerjaannya, seolah tidak pernah mengatakan apa pun.
Akay menatapnya beberapa detik, lalu menyeringai tipis. "Saya bukan tipe pria yang suka berbasa-basi, Tuan."
Zayn tidak menanggapi, hanya melirik sekilas sebelum kembali membaca dokumen.
Akay akhirnya membuka pintu dan melangkah keluar, tapi kata-kata Zayn masih terngiang di kepalanya. Tanpa sadar, sudut bibirnya terangkat kecil sebelum akhirnya ia kembali memasang ekspresi dinginnya dan melanjutkan langkahnya.
Setelah pintu tertutup, Zayn menghela napas pelan. Matanya menatap kosong ke arah dokumen di mejanya sebelum bibirnya melengkung tipis.
"Om Andi mulutnya pedas, sampai harus menjebak Tante Kanaya dengan drama agar bisa menikahinya..." Ia berhenti sejenak, lalu menggeleng kecil. "Dan kau, Akay..."
Senyuman samar muncul di wajahnya, sulit diartikan—entah mengejek, mengingat sesuatu, atau justru menantikan sesuatu yang menarik.
***
Hari sudah sore, Akay melangkah santai menuju apartemennya, jemarinya dengan ringan melonggarkan dasi di lehernya. Hari ini cukup melelahkan, dan satu-satunya hal yang ia harapkan adalah setidaknya apartemennya tidak berubah menjadi kapal pecah akibat ulah istri kecilnya.
Begitu pintu terbuka, alisnya langsung bertaut. Sepi. Tidak ada suara TV menyala, tidak ada benda-benda berantakan seperti yang ia bayangkan. Hanya keheningan yang menyambutnya.
"Bau Kencur?” panggilnya, suaranya bergema di dalam ruangan.
Tidak ada jawaban.
Ia melangkah lebih dalam, menoleh ke ruang tamu, dapur, bahkan lorong menuju kamar Aylin. Sunyi. Perasaan tidak enak mulai merayapi benaknya. Ia menekan gagang pintu kamar Aylin, membukanya lebar—kosong. Ia mengamati seluruh ruangan, tetapi tak menemukan tanda-tanda keberadaan istri kecilnya. Setelah melangkah ke balkon dan mengintip ke dalam kamar mandi, tatapannya semakin mengeras.
Tak ada satupun barang gadis itu yang tersisa.
Aylin pergi.
Dagu Akay mengencang, matanya menajam saat menyapu seluruh ruangan. “Dasar istri kecil pemberontak…” gumamnya, sudut bibirnya melengkung tipis, entah kesal atau justru tertantang.
Ia menghela napas panjang, lalu bersandar di ambang pintu sambil mengusap tengkuknya. Sepertinya ia harus bersiap untuk permainan kucing dan tikus kali ini.
***
Akay keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang masih basah, handuk tergantung di lehernya sementara jemarinya menyisir rambutnya yang basah. Pikirannya masih tertuju pada satu hal—istri kecilnya yang melarikan diri.
Sambil mengenakan pakaian, ia mengambil kunci mobil dan keluar dari apartemen dengan langkah tegap. Tidak butuh waktu lama, mobilnya melesat membelah jalanan kota, menuju alamat yang pernah diberikan Pak Sastro.
Setengah jam kemudian, ia tiba di sebuah rumah yang tampak berbeda dari bayangannya. Ia menurunkan kaca mobil saat berhenti di depan pos satpam.
Pria paruh baya yang bertugas di sana mengamati Akay beberapa detik sebelum ekspresinya berubah ramah. "Tuan Akay?"
Akay mengangguk tanpa banyak bicara. Satpam itu segera membuka pagar dan mempersilakannya masuk dengan sopan.
Sambil melajukan mobilnya perlahan, Akay menatap sekeliling. Setelah Aylin menikah dengannya, rupanya Nenek Ros telah mengirimkan fotonya kepada para pekerja rumah ini. Wanita tua itu benar-benar percaya bahwa cepat atau lambat ia akan kembali.
Mobilnya berhenti di depan rumah joglo yang tampak klasik dan tenang. Bukan rumah mewah dengan pilar tinggi atau gerbang megah, tapi rumah ini memiliki pesona tersendiri. Di sekelilingnya, berbagai pohon buah-buahan tumbuh rindang, taman bunga berjejer rapi, serta tanaman dapur yang tampaknya juga difungsikan sebagai tanaman obat.
Akay turun dari mobil, berdiri sejenak sambil mengedarkan pandangan. Udara di sini terasa berbeda—lebih segar, lebih damai.
Namun, matanya kemudian menyipit, ekspresinya dingin saat menatap rumah itu.
“Aylin, kau kira bisa lari dariku semudah ini?” gumamnya, sebelum akhirnya melangkah mendekati pintu depan.
...🌟...
..."Jika kata-kata adalah pedang, maka orang yang tidak banyak omong kosong adalah seorang ahli pedang yang tahu kapan harus menghunusnya."...
..."Ketajaman lidah adalah senjata, tetapi kebijaksanaan adalah perisainya."...
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
apa cuma halu ?
bener2 menguji jantung bacanya..
balap nya dapet,skill mafia nya TOP👍👍👍👍
sukses terus untuk Aylin dan Akay ke 2 ya kk💗💗💗💗💗
Dan ditunggu kisah masa lalu kakek Aylin yang bergelar intel legendaris 💪❤️
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍