Ketika cinta hanya sebatas saling menguntungkan, apa masih bisa di sebut sebuah cinta?
Yulita, terpaksa menerima pernikahan dimana dia menjadi wanita kedua bagi suaminya, pernikahan yang hanya berlangsung hingga dia bisa memberikan keturunan untuk pasangan Chirs dan Corline.
Ingin menolak, tapi dia seolah di jual oleh Ayahnya sendiri. Ketika dengan suka rela sang Ayah menyerahkannya pada seorang pria beristri untuk menjadi wanita kedua.
Pernikahan tidak akan berjalan begitu sulit, jika saja Yulita tidak menyimpan harapan terlalu besar pada suaminya. Dia yang berharap bisa mendapatkan sedikit saja rasa peduli dan cinta dari suaminya.
Namun, pada akhirnya semuanya hanya angan semu yang tak akan pernah bisa terwujud. Selamanya dia hanya wanita kedua.
"Aku rela mengandung dan melahirkan anakmu, tapi apa tidak bisa sedikit saja kau peduli padaku?" -Yulita-
"Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu!" -Chris-
Dan ternyata, mencintai tetap menjadi luka bagi Yulita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilema
"Minum dulu susunya"
Yulita yang sedang duduk bersandar di tempat tidur, langsung menoleh pada suaminya yang datang membawa segelas susu. Terkadang melihat perhatiannya yang seperti ini, maka Yulita selalu merasa tersentuh akan sikapnya.
"Terima kasih"
Chris duduk di pinggir tempat tidur, menatap istrinya dengan lembut. Yulita sedang minum susu hamil yang dia buatkan.
"Habiskan"
Yulita menggeleng pelan, dia menyimpan gelas yang masih berisi setengah dari susu ibu hamil itu. "Tidak bisa, aku mual"
Chris naik ke atas tempat tidur dan duduk disampingnya, mengelus perut Yulita dengan tiba-tiba. Membuat Yulita terdiam dengan getaran aneh dalam dirinya. Apalagi dia yang tiba-tiba membungkukkan tubuhnya, mengecup perut rata Yulita.
"Sehat-sehat ya"
Tangan Yulita terangkat tanpa sadar, ingin mengelus kepala suaminya yang sekarang berada di perutnya. Tapi, dia langsung tersadar dan menurunkan kembali tangannya.
Chris kembali menatapnya, mengelus kepalanya dengan lembut, lalu memberikan kecupan di kening Yulita. Membuatnya terdiam dengan jantung yang berdegup kencang.
Tanpa sadar Yulita mendorong dada Chris untuk sedikit menjauh darinya. Membuat suaminya itu sangat terkejut dengan sikapnya.
"Kenapa?"
Yulita terdiam dengan bingung, entah harus menjawab apa. Karena sebenarnya dia hanya gugup dengan apa yang Chris lakukan padanya.
"Tidak papa, aku ingin tidur. Kamu juga tidurlah"
Chris menatap istrinya yang mulai berbaring dengan memunggungi dirinya. Chris menghela nafas pelan, dia bisa sedikit saja mengerti kenapa Yulita masih begitu menjaga jarak darinya, karena semua yang pernah dia lakukan padanya, bukanlah hal yang mudah di maafkan apalagi untuk dilupakan. Chris sudah terlalu kejam pada Yulita, apalagi dengan kata-kata kasarnya.
Aku akan menunggu sampai kamu bisa menerimaku. Aku akan memperbaiki semua yang pernah aku lakukan padamu, semua luka yang kamu terima akibat perbuatan dan perkataanku.
Chris ikut membaringkan tubuhnya, beringsut mendekati istrinya. Memeluknya dengan erat, merasakan rasa hangat yang nyaman saat dia memeluk Yulita seperti ini.
Sementara Yulita hanya diam, dia belum tertidur. Menatap tangan kekar suaminya yang melingkar di perutnya, bahkan tangan Chris sedikit mengelus perut ratanya.
Ya Tuhan, apa ini? Kenapa dia semakin aneh. Jika dia terus seperti ini, bagaimana aku bisa melupakannya, apalagi sampai harus meninggalkannya di masa depan.
Yulita semakin dilema dengan dirinya sendiri. Bahkan dia tidak tahu harus melakukan apa, ketika dia tetap harus meninggalkan pria yang dia cintai suatu saat nanti. Karena dia tetap akan menjadi wanita kedua sampai kapan pun, Yulita tidak bodoh, Chris memperlakukannya sperti ini, karena ada anaknya di dalam kandungan Yulita.
Kesalahpahaman yang entah bisa mereka berdua luruskan atau tidak, atau mungkin hanya akan terlambat menyadari sampai perpisahan yang menyadarkan.
*
"Kamu mau kemana?" tanya Chris saat melihat istrinya sudah rapi pagi ini.
"Kerja" jawab Yulita sambil menoleh sekilas pada Chris yang masih berada di atas tempat tidur. "Aku tidak bisa terus libur, orang-orang akan curiga"
Chris langsung turun dari tempat tidur, menatap Yulita dengan tajam. "Bekerja? Kamu lupa jika kamu sedang hamil? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada kehamilanmu?"
Yulita tersenyum tipis, memang hanya ini yang dikhawatirkan oleh suaminya. Anak dalam kandungannya. Jadi, Yulita harus banyak menyadarkan diri, jika dia tidak boleh berharap suaminya akan lebih perhatian padanya karena alasan lain, bukan karena calon anaknya.
"Tenang saja, aku tidak akan terlalu capek. Dan lagi pula dia baik padaku, tidak rewel lagi sejak semalam" ucap Yulita sambil mengelus perutnya.
Ada debaran hangat yang tidak bisa dijelaskan setiap Yulita mengelus perutnya sendiri. Ikatan batin antara dirinya dan calon anaknya ini, sudah terasa begitu kuat. Hal yang membuat Yulita selalu merasa bimbang jika harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami istri ini.
"Sebaiknya kamu berhenti bekerja saja" ucap Chris.
Yulita langsung menggeleng cepat. "Tidak, aku akan ambil cuti setelah kehamilan aku sudah cukup besar. Lagian aku bisa memakai pakaian yang longgar jika perutku sudah mulai membesar"
"Tidak! Tidak bisa, kau harus berhenti"
Yulita menghela nafas pelan, perdebatan pasti akan dimulai sekarang. "Tuan, aku akan menjaga anak kamu dengan baik. Jadi, tidak perlu khawatir. Aku bisa bekerja, dan menjaga diri"
Chris terdiam mendengar ucapan Yulita barusan, melihat istrinya yang langsung pergi keluar kamar. Chris mengusap wajah kasar, terduduk di pinggir tempat tidur.
"Sial, kenapa dia mengatakan hal itu. Dan dia masih memanggilku, Tuan"
Ada perasaan tidak suka dengan ucapan Yulita barusan. Chris tidak suka dengan ucapan 'anak kamu' seolah Yulita tidak mau mengakui jika anak dalam perutnya juga anaknya. Dan panggilan dia pada Chris yang masih seformal itu.
Yulita mengendarai mobilnya dengan air mata berlinang, sebenarnya dia juga merasa sakit ketika harus mengatakan anaknya sendiri sebagai 'anak kamu' pada Chris. Seharusnya dia bisa mengatakan 'anak kita', tapi jelas dia tidak berani, karena tahu jika suatu saat Yulita akan pergi dari kehidupan Chris.
"Maafkan Ibu ya Nak, karena sudah mengatakan itu. Kamu adalah anak Ibu, tetap anak Ibu sampai kapanpun"
Yulita mengusap air matanya dan sedikit membenarkan makeup nya ketika dia sudah sampai di parkiran Perusahaan. Setelah lebih tenang dan bisa lebih baik, Yulita keluar dari dalam mobil.
Ketika berada di Lobby, Ririn datang menghampirinya. "Yul, kamu kenapa masuk bekerja? Baik-baik saja 'kan?"
Yulita mengangguk pelan, meski tetap ada helaan nafas berat. "Aku baik-baik saja, aku juga tidak mungkin terus tidak masuk bekerja"
Ririn mendekatkan dirinya pada Yulita dan berbisik padanya. "Tuan Chris mengizinkan kamu berangkat kerja emangnya?"
Mereka masuk ke dalam lift, Yulita menggeleng pelan. "Tidak, dia takut anaknya kenapa-napa kalau aku bekerja. Padahal aku kerja juga tidak banyak menggunakan tenaga, memang aku kerja apaan coba, cuma duduk diam di depan komputer aja"
Ririn tersenyum, dia merangkul lengan sahabatnya itu. Di dalam lift ini hanya ada mereka berdua. "Mungkin karena dia khawatir sama kamu, Yul. Lagian aku melihat dia cukup tulus dalam perhatiannya"
"Dia hanya khawatir pada anaknya, bukan padaku, Rin. Karena selamanya aku hanya wanita kedua baginya. Dia tidak akan pernah bisa menganggap aku seorang istri yang selayaknya"
Ririn menghela nafas pelan, dia ikut merasa sedih dengan posisi sahabatnya ini. Tapi, inilah takdir yang sudah dia pilih, sebuah keputusan yang dia pilih sendiri. Dan menyesalinya, tidak akan mengubah apapun. Semuanya sudah terjadi.
"Sabar Yul, aku tahu kamu akan lebih kuat dari ini. Kamu pasti bisa melewati semuanya. Tetap teguh pada pendirian kamu, pada perjanjian awal. Pergi, setelah perjanjian selesai"
Yulita hanya diam saja, karena sebenarnya dia juga tidak tahu apa bisa melakukan itu setelah dia melahirkan anaknya? Dia semakin dilema dengan semuanya.
Bersambung
Jangankan Yulita, gue aja dilema ini😭😭
Kudu yak Yulita manggil sayang , sementara perasaan yng ada blm terungkap kan eeeaaaa 🤭🤭
Mungkin juga perasaan mu bersambut