Telah Terbit Cetak Bersama Platinum Publisher X NovelToon ~
"Aku menyerah karena suamiku memilih
menciptakan cap jari diatas surat gugatan perpisahan demi mengucap akad dengan wanita lain,"
Dikta Nadira, seorang Motivator Pernikahan yang menikah dengan sosok Dosen Sosiologi bernama Robby Dreantama.
Pernikahan mereka yang terjadi akibat sebuah kesepakatan berujung kecewa disaat mereka sadar bahwa Noda Merah telah tercipta diatas buku nikah mereka dan Dikta memilih diam.
Dikhianati, bahkan melihat suaminya bercinta dengan wanita lain dihadapannya benar-benar menghancurkan hidup Dikta. Sehingga sampai pada kata Talak itu keluar.
Dikta menganggap akan menemukan jalan baru dalam kehidupannya malah kehilangan pijakan hidupnya, namun satu yang menjadi masalah, disaat mereka resmi berpisah fakta mempertegas bahwa Dikta tengah mengandung anak dari Robby.
Robby yang enggan mengakuinya membuat Dikta kembali merasa terpukul dan bertekad membuka lembaran baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 04. Talak Ditengah Hamil
Dikta berjalan keluar dari kamar membawa tasnya tanpa memperdulikan.semua guratan batinnya, hatinya sudah cukup hancur dikhianati selama lima tahun pernikahannya.
Lima tahun dia menutupi aib suaminya yang masih menjalin asmara dengan kekasihnya sedangkan Dikta, masih tetap melakukan kewajibannya sebagai seorang istri, namun bukannya cinta melainkan pukulan batin yang dia dapati.
"Kalau Abang ga bisa nerima anak ini, biarin adek aja yang pergi dari sini," ujar Dikta meraih engsel pintu rumahnya.
Air matanya jatuh bercucuran, hatinya hancur sedemikian rupa, sebegitu buruknya kah takdir Allah padanya, Dikta ingin pasrah namun menyerah bukanlah pilihan.
"Kenapa dengan Mbak Dikta?" tanya Aurel pada Robby menyusuinya kedalam kamar.
"Dikta hamil, dek," jawab Robby frustrasi dan duduk di tepi ranjang.
"Hah?" Mata Glenca membulat. "Aku gak mau tahu, pokoknya kamu harus talak Mbak Dikta hari ini juga, apapun keadaannya aku gamau nunggu lagi."
"Tapi-"
"Aku ga peduli, kamu pilih aku atau Mbak Dikta?" potong Glenca yang membuat Robby terdiam.
"Oke! Oke! Kalau itu mau kamu!" teriak Robby mengiyakan.
Robby berjalan keluar dari dalam kamar menyusul Dikta yang masih ada di pekarangan rumah, Dikta berdiri dengan tangisnya saat Robby datang dan memegang kedua bahunya.
"Kau tahu kan? Aku tidak akan pernah mengakui anak itu, dan kau sendiri yang ingin pergi, maka dari itu, Dikta-"
Hembusan angin di siang yang mendung di bulan suci Ramadhan itu menjadi saksi dua insan Allah yang akan berpecah lebur, Robby tidak melanjutkan kalimatnya karena kelu oleh wajah sedih Dikta yang kini berada dalam titik terendahnya.
Glenca berdiri dibelakang Robby dengan tatapan sinis dan tangan dilipat menanti ucapan talak dari Robby yang tak kunjung keluar.
"Cepat! Talak dia!" desak Glenca pada Robby.
Tangan Robby bergetar, hembusan angin semilir serasa menusuk kulit dan sanubari sebelum bibir Robby bergetar dan siap mengucapkan kalimatnya.
"Dikta-"
"ABANG TALAK KAMU!"
Jleb!
Air mata Dikta luruh membasahi pipinya, dia masih bisa tersenyum sesak manakala dia sadar dia harus kuat di situasi seperti ini, kini ada sosok Pria yang sudah menalak istrinya yang sedang hamil, betapa beratnya bagi sosok Dikta nanti untuk bertahan tanpa seorang suami tapi walaupun Dikta melanjutkan pernikahan ini tentunya itu akan menjadi tekanan batin bagi Dikta.
"Baik, Terimakasih, sepertinya lebih baik begini, My mental health is more important than anything," ujar Dikta mengusap air matanya dan masih sempat tersenyum tegar.
(Arti: Kesehatan mental ku lebih penting dari apapun)
Dikta menepis kedua tangan Robby yang ada di bahunya kemudianya berjalan ke arah Glenca yang masih berdiri dengan kedua tangannya dilipat, Glenca tersenyum sinis kepada Dikta.
"Selamat, selamat karena sudah membuat satu orang istri kehilangan suaminya, jika aku jadi kau, aku akan meninggalkan sosok Robby Dreantama, jika dalam pernikahan pertamanya saja sudah gagal, apakah kau yakin pernikahan kalian nanti akan baik-baik saja?" ujar Dikta kepada Glenca.
"Yakin, karena rumah yang kalian tempati selama lima tahun ini sebenarnya adalah rumah yang dibangun untukku dan sebentar lagi akan aku tempati," jelas Glenca tersenyum penuh kemenangan.
"Dan rumah yang kau tempati yang katanya dibangun untukmu, sudah diisi kenangan oleh istri sah, selama lima tahun," jawab Dikta tidak kalah menohok.
Dikta berjalan meninggalkan mereka berdua dengan membawa tasnya, calon anaknya dan riwayat hidupnya, air matanya kembali jatuh, melainkan bukan air mata kesedihan tanpa tanda bahwa Dikta siap membuka lembar baru dalam kehidupannya.
•
•
•
TBC
Apakah Menalak Orang Hamil itu diperbolehkan? Jadi begini kakak-kakak dari yang Author baca itu diperbolehkan yah dalam islam.
Karena Rasulullah SAW pernah bersabda. "Silakan talak istrimu dalam kondisi suci atau ketika sedang hamil," (HR: Ahmad dan Muslim)
sehat dan semangat terus ya
hihihi, biasanya manggil kak atau mak..
tapi berhubung authornya lebih muda dan ternyata cowok pula, maka aku panggil dek othor saja yah, hehe..
ceritanya bagus, tapi menurutku alurnya terlalu to the point banget..
kurang panjang dan halus dikiiiit aja..
emang wajar sih, kalau cowok ngarang itu umumnya selalu to the point dan gak bertele-tele, karena mereka tercipta dominan akal (logika)..
nah kalo authornya cewek, gaya bahasanya bakalan sedikit panjang bahkan ada yg sangat bertele-tele, karena cewek dominan perasaan..
tapi, overall novel ini bagus banget..
mana diselipin ilmu2 agama yg sangat bagus dan tentunya menanbah menambah ilmu agama kita para reader Muslim..
bagi non Muslim pun, bisa jadi tambahan pengetahuan jg..
keren banget dah pokoknya..
semoga sehat selalu ya dek..
tetap semangat berkarya dan semoga sukses selalu dimanapun dan dalam kondisi apapun..
barokallahu fiik.. 🙏🏻