A Royal Runaway Princess

"He'll live," ucap Rania Armstrong ke keponakannya yang menatap sendu ke arah Grady.

"Apa Oom Junjun dan Oom Vampir Satu sudah dapat informasi siapa yang menabrak Grady, tante?" tanya Amira.

"Masih dicari dan untuk kali ini jangan berharap pagi satelit Jang ya ... Sementara," jawab Rania sambil memeluk bahu Amira.

"Grady tidak salah tante. Dia kan cuma ngawal aku," keluh Amira.

"Itu tante juga tahu. Kan Daddymu sudah bilang kalau selama kemarin kamu kabur ke New York dan keliling Amerika juga sama Grady. Jadi tante tahu lah kamu gimana sama dia." Rania menatap Amira. "Kamu serius naksir Grady?"

"Grady baik."

Rania menyipitkan matanya. "Amira, kamu baru 21 mau 22. Grady umur berapa? 30?"

"Terus kenapa tante? Kan Opa Tomat dan Oma Deya juga jauh jaraknya."

Rania menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu. Daddy kamu apa nggak ngereog kamu naksir kepala keamanan Konjen Belgia?"

"Yang jelas dia green flag tante. Aku sudah bertemu dengan kedua orangtuanya dan mereka juga sangat baik. Aku bisa menilai orang yang pura-pura dan penjilat sama orang yang apa adanya. Keluarga Grady adalah khas keluarga Belgia Amerika yang masih memegang teguh family value dengan didikan mirip dengan keluarga kita."

Rania hanya tersenyum. Amira sangatlah mirip dengan Arsyanendra kalau sudah keluar keras kepalanya dan biasanya sulit dibelokkan. Bedanya, Arsya masih terkadang bilang pikir-pikir dulu, Amira kebalikannya. Maju dulu baru berpikir. Akira terkadang masih ada Arsyanya tapi Amira ... Definisi putri badung.

"Dokter Bianchi, Your Highness ..."

Kedua wanita itu menoloeh dan melihat dokter Bellevue yang menangani Grady keluar dari ICU.

"Bagimana Grady, Dok?" tanya Amira tidak sabar.

"Satu hal yang pasti, Puji Tuhan, Mr Daugherty tidak lumpuh."

Amira langsung tampak lega.

"Hanya saja, cidera di kepalanya yang cukup mengkhawatirkan. Sempat ada pendarahan di dalam dan kami berhasil mengeluarkan darah yang menggumpal tapi apakah Mr Daugherty mengalami amnesia atau tidak, kami harus menunggu sampai Mr Daugherty bangun."

Bahu Amira pun langsung melorot dan wajahnya menjadi super cemas karena khawatir jika Grady amnesia dan bisa melupakan semua yang sudah mereka lewati.

"Tapi kemungkinan dia tidak amnesia juga bisa kan?" tanya Rania. "Apa perlu saya membawa Dokter Billy Gallagher kemari?"

Dokter itu tersenyum. "Dokter neurologis yang sedang naik daun. Dia adik anda bukan ?"

"Kebetulan iya. Bagaimana?" Rania tersenyum manis.

"Sepertinya tidak perlu, Dokter Bianchi."

"Oh baiklah. Aku hanya menawarkan dan dengan sekali telepon, pasti Billy akan terbang kemari."

Amira menoleh ke arah Rania. "Apa Oom Billy mau terbang dari London kemari jika terjadi sesuatu pada Grady?"

"Hei, kita sebagai dokter pasti akan berusaha yang terbaik. Sementara kita percayakan dulu dokter disini. Bila Billy diperlukan, pasti dia akan datang," jawab Rania. "Kalau sampai tidak datang, pabrik aspirinnya aku ambil alih !"

Amira melongo. Bukannya itu pabrik keluarga ya?

Chris Armstrong, Leonardo Rossi, Richard Carrington, para Emir dan Billy Gallagher berhasil mengakuisisi pabrik aspirin milik Bayer yang mengalami penurunan. Para keluarga sangat mendukung para ipar untuk membelinya karena mereka semua membutuhkan!

***

Matthew dan Anna tiba ke rumah sakit setelah menutup ranch nya dan melihat para anggota keluarga Amira sudah disana termasuk dua agen FBI yang memakai tag namanya.

"Princess Amira !" panggil Anna dan Amira langsung memeluk Anna erat. Kedua wanita itu saling menangis dan Rania, Rylee, Park Joon-seo dan Pasha Park bisa melihat kedekatan mereka.

"Itu ibunya Grady ?" bisik Pasha ke ayahnya.

"Iya, boy." Park Joon-seo menatap putranya yang jauh lebih tinggi darinya. "Pasha, Appa itu bingung sama kamu deh. Appa cuma 184, Eomma kamu cuma 168, kenapa kamu bisa 196 sendiri sih?"

"Kalau kata Eomma, waktu hamil aku ngidam kacang panjang," jawab Pasha cuek membuat Park Joon-seo menyipitkan matanya. "Appa, bisa jadi kita keturunan tinggi-tinggi dari Opa juga bisa lho."

"Tidak ada hubungannya sama kacang panjang, Pasha !" ucap Park Joon-seo.

Rylee cekikikan. "Torin juga lebih tinggi dari aku. Padahal masih junior high school."

"Iya lho. Pasha, Dom, Shaqeer itu bakat tinggi semua." Park Joon-seo sampai tidak habis pikir generasi ke delapan banyak yang jangkung-jangkung.

"Selamat siang. Maaf mengganggu, agen. Saya Matthew Daugherty, ayah Grady. Bagaimana? Apakah anda semua sudah mendapatkan informasi siapa yang menabrak putra saya ?" Matthew Daugherty menghampiri kedua agen FBI itu.

"Sejujurnya, kami masih mencari mobil itu dan ..." Rylee menoleh saat merasakan getaran di dalam jaketnya. "Excuse me ... " Pria itu mengambil ponselnya. "Ya?"

Park Joon-seo menatap wajah iparnya dengan sorot mata bertanya-tanya. Matthew pun merasakan bahwa ada sesuatu dan dirinya tidak sabar.

"Kalian temukan dimana?" tanya Rylee heboh.

***

Amira, Anna dan Rania menoleh ke arah Rylee dan Park Joon-seo yang bergegas meninggalkan ruang ICU sementara Pasha mengajak Matthew untuk duduk di kursi tunggu.

"Mereka pada kemana, Pasha?" tanya Rania.

"Anak buah Oom Vampir mendapatkan mobil yang dipakai untuk menabrak Grady. Jadi tadi sama Appa langsung pergi guna mencari pelakunya," jawab Pasha.

"Kamu nggak kuliah?" tanya Amira ke Pasha yang mengambil kelas drama di Julliard karena remaja bongsor itu ingin menjadi aktor teater di Broadway. Bagi Pasha, Broadway mengingatkan pada Oma buyutnya, Rhea Giandra Blair. Omanya dulu adalah seorang pianis dan biasa manggung di Broadway. Pasha juga ingin napak tilas tapi memang bukan sebagai pianis meskipun dia juga jago memainkan alat musik piano, gitar dan celo, tapi Pasha lebih suka berakting.

"Hari ini aku bolos. Capek Mira, kemarin dua bulan berturut-turut aku sudah manggung drama dan cukup melelahkan ..." cengir Pasha yang memang jarang bolos kuliah tapi dia sudah cukup lelah menjadi Hamlet, Aragon dan Mr Darcy.

"Kita sekarang bagaimana princess?" tanya Anna.

"Sementara kita semua harus menunggu Grady sadar, Bibi Anne. Karena yang parah menurut dokter adalah cidera di kepalanya," jawab Amira sambil melihat Grady dari balik kaca jendela kamar ICU pria itu.

***

Antara Chinatown dan Bowery area Lower Manhattan

"Jadi mobilnya itu dibiarkan disini sejak dua hari lalu?" tanya Rylee ke Byron.

"Yes Boss. Para saksi mengira bahwa pengemudi itu akan makan di restauran sebelah sana karena biasanya mereka akan parkir disini." Byron, anak buah Rylee yang berkepala plontos dan berkulit hitam itu menunjukkan restauran China di seberang jalan.

Rylee melihat sekelilingnya begitu juga dengan Park Joon-seo yang mencari CCTV di sekitar bangunan.

"Tidak ada CCTV disini," ucap suami pengacara Nefa Blair itu.

"Siapa bilang Boss," cengir Byron. "Restauran di seberang punya rekaman CCTV nya dan cukup canggih."

Rylee dan Park Joon-seo menatap judes ke pria itu. "Kenapa kamu tidak bilang Botak!" omel Rylee gemas.

"Lha ini bilang boss," jawab Byron dengan wajah polos.

***

Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂