BADANMU ITU KAYAK GAPURA DESA!
Itulah kalimat yang sering di dengar Berryl, seorang wanita karir bertubuh gemuk yang selalu berpenampilan sederhana dan nerd.
Ia selalu tak beruntung dalam kehidupan sosialnya. Wanita itu acap kali mengalami pembullyan dan pengkhianatan.
Dihina, direndahkan dalam lingkungan kerja, bahkan difitnah oleh orang yang ia percaya. Parahnya, keluarga sang suami ikut memperlakukan nya dengan semena-mena.
Pada akhirnya, Berryl berusaha bangkit, ia bertekad akan membalas semua perlakuan buruk yang ia dapat.
Akankah Berryl berhasil membalas mereka semua?
Hallo Readers, saya ingin menginfokan bahwa novel PEMBALASAN ISTRI GENDUT merupakan novel yang pernah saya rilis di akun saya yang lain dengan nama pena Zindvl. Novel ini sudah saya hapus di akun lama dan saya rilis kembali di akun baru saya dengan nama pena Dae_Hwa yang memiliki makna mutiara yang berkilau. Saya harap di akun baru ini, saya dapat berkilau bak mutiara yang indah ✨
Mohon dukungannya 👊🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIG 12
Berryl berdecak kagum ketika masuk di sebuah pusat olahraga CX Gym yang di desain minimalis kontemporer, membuatnya tampil mewah dan stylish. Jika saat di luar tadi dia di suguhi dengan warna hitam yang elegan, namun berbeda ketika dia memasuki area gym dengan nuansa yang berbeda dan jauh lebih terang. Nuansa kayu yang begitu kental pada bagian interiornya. Mulai dari dinding, lantai, bahkan perabotan menggunakan warna senada dengan corak serat kayu yang khas. Di tambah lagi bentuk geometris yang tegas yang memberikan kesan modern. Tak heran jika tempat ini di juluki pusat olahraga ekslusif.
Berryl melangkahkan kakinya menuju kasir pusat olahraga CX Gym. Wanita bertubuh gemuk itu menyodorkan kartu nama exclusive pemberian Calix.
Gadis bertubuh ramping dengan bibir mungil itu menatap Berryl. "Ibu Berryl?"
Ibuuuuuuuuu~~~. batin Berryl meraung-raung.
"Iya benar, saya Berryl." Berryl tersenyum ramah.
"Untuk keruangan Tuan Calix, ibu boleh ke lantai lima. Tapi sekedar info, untuk naik kesana tidak bisa menggunakan lift, melainkan melalui tangga darurat. Karena lift tidak ada tombol angka lima." Kasir bernama Utami menjelaskan dengan sopan.
"Hah? T-tapi bisa kan pakai lift ke lantai empat, terus lanjut menggunakan tangga darurat ke lantai lima?" tanya Berryl.
"Tidak bisa, Bu Berryl. Karna di lantai satu sampai lantai empat tidak ada akses menuju tangga darurat." Utami tersenyum ramah.
Mendengar penjelasan Utami, Berryl sudah merasa lelah duluan sebelum menaiki tangga. Wanita itu kembali tersenyum ramah pada Utami, kemudian dengan gontai melangkahkan kakinya menuju tangga darurat.
Suasana yang sunyi cukup membuat Berryl ciut hingga dia tergesa-gesa melangkahkan kaki besarnya menaiki tangga. Nyaris saja dia tersungkur, untung saja wanita itu berpegang kuat pada railing tangga.
"Mau langsing gini banget Ya Allah ....!" Berryl meraung hingga suaranya menggema.
Sementara Calix yang memantau dari cctv hanya tertawa mendengar kicauan Berryl.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sudah satu jam Berryl berlari di atas treadmill. Nafasnya sudah terengah-engah, wajahnya pun merah bak kepiting rebus. Calix mematikan alat treadmill tersebut dan meminta Berryl beristirahat selama lima belas menit.
Calix menyodorkan air mineral yang berkualitas tinggi pada Berryl yang tengah duduk di lantai. Wanita itu lekas menyambar dan menghabiskan minuman tersebut dengan satu kali nafas.
"Capek?" Calix memicingkan sebelah matanya.
"Pak-he na-nyhaak," jawab Berryl dengan nafasnya yang terengah-engah.
Calix tertawa terpingkal-pingkal, kemudian kembali bersikap dingin. "Lemah!"
Berryl berdecak kesal lalu tiba-tiba menunjukkan senyum manisnya. "Tolong bimbing aku lebih keras lagi, yang Mulia."
Calix tersenyum tipis, tangannya mengacak rambut Berryl yang sudah basah. Pria tampan itu hampir tertawa melihat wajah masam Berryl.
Setelah lima belas menit berlalu, Calix meminta Berryl untuk naik ke sepeda statis dan berlatih selama tiga puluh menit. Kemudian di lanjut dengan zumba yang langsung di bantu dengan instruktur handal selama enam puluh menit.
Setelah selesai berlatih zumba, Berryl berbaring di atas matras dengan nafas tersengal. Calix kembali mendekati wanita itu dengan sebotol air mineral di tangannya yang langsung di teguk habis oleh Berryl.
"Masih sanggup?" tanya Calix.
"Kau meremehkan aku? Tentu saja aku masih sanggup," jawab Berryl dengan nafas yang mulai teratur kembali.
"Kau cukup hebat," puji Calix.
"Itu karena sebelumnya aku memang sering olahraga. Tapi entah lah, sepertinya mau seribu kalipun aku berolahraga dalam sehari, itu tidak akan menurunkan bobot ku ini," keluh Berryl pesimis.
"Itu karna kamu terlalu polos, Berryl. Bisa ku tebak, kamu juga pasti mengkonsumsi VIT C atas rekomendasi Kanaya bukan?" Calix tersenyum miring.
"Bagaimana kamu bisa tau?" tanya Berryl dengan kening yang berkerut.
"Nanti kau juga akan tau, tapi bukan sekarang. Sekarang waktunya kamu berolahraga," tutur Calix.
"Hey, beritahu aku! Aku sudah curiga sejak kita membahas pak Handoko tadi. Kau pasti tau kan siapa aku? Apa kau juga mengenal Kanaya? Apa hubunganmu dengan Kanaya? Apa kau mantan kekasihnya yang gagal move on?!" Berryl memberikan pertanyaan bertubi-tubi.
"Yang pasti aku membutuhkan tubuh indah mu untuk membalas dendamku juga," jawab Calix.
"Tu-tubuh? Wah, gaya bicara mu itu. Apa kau pria mesum?" Berryl menatap Calix dengan sinis sambil menutup dada dengan kedua tangannya.
Calix hanya tersenyum tipis dan mengangkat kedua bahunya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah menghabiskan enam jam berolahraga, Berryl berpamitan pulang. Wanita itu melangkah menuju tangga darurat dengan kaki yang bergetar. Calix yang mengekor di belakang, lekas menarik pergelangan tangan wanita gemuk itu.
"Mau lewat tangga?" Calix memicingkan matanya.
"Kan memang ini akses ke lantai satu," jawab Berryl.
"Setelah enam jam kau berolahraga, dan kau ingin ke lantai satu menggunakan tangga? Kau hanya akan tergelincir dan berguling sampai ke lantai satu, kemudian ... BUM! maka tempat olahraga terpopuler di kota ini akan lenyap dari google maps! Lihatlah lututmu yang bergetar itu. Ah! Mataku sampai sakit melihatnya," ejek Calix.
"Hey, kau pikir karena siapa lututku bergetar? Terus, memangnya ada jalan lain?!" Berryl mendengus kesal.
Bukannya menjawab, Calix hanya menunjuk sebuah pintu bewarna merah dengan ujung telunjuknya. Berryl semakin tidak mengerti, namun wanita gemuk itu melangkah mendekati pintu yang di tunjuk Calix dan membukanya. Sontak saja mata indah Berryl terbelalak ketika melihat sebuah Cargo Lift yang tersembunyi di belakang pintu.
Berryl mencebikkan bibirnya dan menatap tajam Calix. "Apa kau mengerjai aku? Ini gak lucu."
"Masuk lah terlebih dahulu kesana," perintah Calix.
Berryl lekas menurut dan di susul Calix yang masuk ke dalam lift cargo. Berryl memperhatikan sekeliling lift dan tak menemukan satupun tombol untuk menuju ke lantai lima. Hanya ada sebuah tombol untuk membawa mereka ke lantai satu. Calix segera menekan tombol angka satu dan kemudian menatap mata hazel Berryl yang begitu indah.
"Lift cargo ini sudah di setting sedemikian rupa. Hanya bisa membawa kita turun, tetapi tidak bisa membawa kita naik ke lantai lima. Setelah mendeteksi tak ada satupun orang di dalam lift ini, benda ini secara otomatis akan kembali naik ke lantai lima," jelas Calix.
"Cih! Menyusahkan!," cibir Berryl.
"Menaiki tangga itu juga merupakan cardio, sangat bagus untuk membakar lemak durjana mu itu." ejek Calix sambil mencubit perut Berryl yang berlemak.
"Tapi gak lantai lima juga, untung-untungan masih bisa hidup! Dan ... jauhkan tanganmu yang penuh dosa itu dari lemak ku yang indah ini." cicit Berryl.
Calix terkekeh. "Lihat saja, kau akan puas dengan hasilnya nanti."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Satu bulan kemudian.
Ibnu hari ini sangat tidak fokus dengan pekerjaannya, pria itu masih memikirkan dimana istrinya berada. Selain itu, ada hal lain yang sangat mengganggunya sejak pagi, yaitu Kanaya. Kanaya hari ini berpenampilan sangat seksi dan berhasil merebut seluruh fokusnya. Tampaknya Kanaya sengaja mondar-mandir di depan ruang kerja Ibnu untuk menarik perhatian suami dari sahabatnya itu.
Kanaya yang melintas di depan ruang kerja Ibnu sekilas mengintip pria yang tengah menatapnya dari dalam itu. Wanita cantik itu menghentikan langkah kakinya saat ponselnya bergetar.
Ibnu : mau bertemu di atap?
Kanaya dengan secepat kilat membalas pesan dari Ibnu.
Kanaya : ayo!
Di siang hari dengan panas yang sangat terik, dimana orang-orang tengah sibuk bekerja. Ibnu dan Kanaya lebih memilih bermesraan di atap kantor.
Dua orang dewasa itu saling berpelukan dan bercumbu, membelit dan mengecap lidah. Hingga suara-suara berisik lolos dari bibir mereka berdua.
"Apakah sudah ada kabar dari Berryl?" tanya Kanaya yang tangannya begitu aktif membuka gesper Ibnu dan menarik resleting celana pria yang nafasnya sudah memburu itu.
"Ini bukan waktunya membicarakan wanita berlemak itu kan." Bisik Ibnu yang mulai mendesah ketika Kanaya mengulum adik kecilnya yang sudah bangun.
Kedua orang dewasa yang sedang asyik beradegan panas itu sampai tak menyadari sepasang mata tajam tengah menatap mereka dengan kamera ponsel yang menyala.
Menjijikkan! geramnya dengan kilat mata yang menyala.
*
*
*
kyknya ga ada keterangannya... 😁😁