Ini bukan tentang harga diri lagi, ini hanya tentang mencintai tanpa dicintai.
Aruna nekat menjebak calon Kakak iparnya di malam sebelum hari pernikahan mereka. Semuanya dia lakukan hanya karena cinta, namun selain itu ada hal yang dia perjuangkan.
Semuanya berhasil, dia bisa menikah dengan pria yang dia inginkan. Namun, sepertinya dia lupa jika Johan sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Yang dia cintai adalah Kakaknya, bukan Aruna. Hal itu yang harus dia ingat, hingga dia hanya mengalami sebuah kehidupan pernikahan yang penuh luka dan siksaan. Dendam yang Johan punya atas pernikahannya yang gagal bersama wanita yang dia cintai, membuat dia melampiaskan semuanya pada Aruna. Perempuan yang menjadi istrinya sekarang.
"Kau hanya masuk dalam pernikahan semu yang akan semakin menyiksamu" -Johan-
"Jika perlu terluka untuk mencintaimu, aku rela" -Aruna-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Pergi!
Sudah hampir satu minggu Johan tidak kembali ke rumah. Dia hanya terus mengurus masalah di Perusahaan. Ayahnya juga sudah ikut turun tangan dan merasa terkejut karena hal ini bisa terjadi. Padahal dia tahu jika Johan adalah orang yang cukup teliti. Tapi kenapa dia bisa kecolongan dan sekarang saham Perusahaan yang terus menurun.
Tidak sempat untuk pulang ke rumah, Johan hanya berdiam di Kantor. Tidur, mandi, dan makan disana. Hari ini harus melakukan rapat dengan beberapa petinggi Perusahaan dan juga para pemegang saham. Johan sudah menyiapkan diri untuk menghadapi semua ini. Meski dia saja masih belum tahu siapa yang telah melakukan ini.
"Jadi, bagaimana ini? Kita sedang meluncurkan proyek baru, tapi jika data Perusahaan telah bocor, maka semuanya akan kacau"
"Kita ganti saja pemimpin jika begitu, saya rasa Tuan Johan tidak cocok menjadi seorang pemimpin"
Ayah yang berada disana sebagai Pak Ketua yang memiliki posisi paling tinggi dari semua orang yang berada disana. "Kita berikan waktu untuk Johan memperbaiki ini semua. Karena saya yakin jika ini memang murni ada seseorang yang dekat dengan Johan dan sengaja ingin menghancurkannya. Bukan murni atas kesalahan Johan sendiri"
"Tapi Pak Ketua, ini sudah tidak benar. Hal seperti ini baru pertama kali terjadi di Perusahaan kita. Ini adalah hal fatal yang baru terjadi sejak Perusahaan berdiri"
"Saya tahu, tapi mari kita dengarkan dulu penjelasan dari Johan. Sebaiknya beri dia waktu sedikit lagi untuk menyelesaikan semuanya. Jika dia tidak bisa menyelesaikan ini dalam waktu satu minggu ini. Maka saya tidak akan menolak jika dia harus diturunkan dari jabatan"
Dan tidak ada yang membantah lagi ucapan Ayah. Semua orang terdiam dan mendengarkan penjelasan Johan untuk mencoba mengembalikan saham dan data yang sudah diretas.
Setelah rapat selesai, Johan dan Arvin kembali ke ruangannya. Johan menjatuhkan dirinya di sofa, memijat pelipisnya yang terasa begitu pening.
"Jo, aku pesan makanan dulu ya. Kau tidak benar jika terus mengabaikan kesehatanmu. Meski ini adalah situasi yang tidak mudah, tapi setidaknya kau harus memikirkan kesehatan juga"
"Aku harus menyelesaikan ini dulu, harus terus berusaha masuk kembali ke data Perusahaan"
Seharian Johan hanya terus berkutik di balik layar komputer. Hingga hari sudah mulai malam, ketika Arvin masuk ke dalam ruangan dengan tergesa-gesa, sama sekali tidak membuat Johan beralih fokus dari layar komputer di depannya.
"Jo, lihat ini" ucap Arvin, dia memberikan ponselnya, menunjukan sebuah rekaman suara yang di kirim oleh sebuah akun website yang tidak dikenal. "Ini sedang ramai di sosial media sekarang. Coba kau dengarkan suaranya"
Johan mengambil ponsel milik Arvin, lalu dia memutar rekaman suara itu. Mendengarkan dengan seksama dengan Arvin. Johan menatap Arvin dengan kening berkerut tajam.
"Ya, aku memang bukan anak kandung Ayah. Papaku adalah Erwan, pengusaha yang jatuh bangkrut karena Ayahnya Johan. Dan saat Ayah meninggal karena bunuh diri, aku baru saja hadir dalam kandungan Ibu. Beruntung karena Ibu bertemu Ayah kamu dan bisa menikah dengan cepat. Hingga aku bisa lahir dengan seorang Ayah, meski sebenarnya dia bukan Ayah kandungku. Dan untuk peretasan data Perusahaan, itu adalah hal yang memang sudah aku rencanakan sejak awal. Bukannya kau sudah pernah mendengar pembicaraan aku dan Mama, jika kita mendekati Johan memang untuk menghancurkannya"
"Kenapa Kak Jesika tega sekali? Padahal itu belum tentu kesalahan Kak Jo dan Ayahnya"
"Semua rasa sakit yang Mama dan aku lalui, harus dirasakan oleh Johan dan keluarganya juga! Jika kau tidak membuat pernikahan itu gagal, maka aku tidak akan mengulur waktu sampai sekarang untuk menghancurkan Johan!"
Johan terdiam mendengar suara rekaman suara itu. Dadanya bergemuruh penuh kemarahan. Ternyata selama ini, wanita yang paling dia cintai, yang paling dia sanjung, adalah orang yang paling ingin melihatnya hancur.
"Jo, sekarang aku bisa mengerti kenapa Aruna melakukan penjebakan padamu. Semuanya karena ini" ucap Arvin.
Johan memijat pelipisnya dengan rasa pening yang dia rasakan. Bahkan tidak tahu harus melakukan apa sekarang, seolah semuanya tiba-tiba blank seketika.
*
"Apa maksudnya ini Dok? Tidak mungkin 'kan?" ucap Aruna dengan mata yang berkaca-kaca melihat kertas hasil pemeriksaan yang berada di tangannya.
"Saya lebih terkejut lagi, kenapa ini bisa terjadi? Dalam keandaanmu yang seperti ini, kehamilan bukanlah hal yang baik"
Air mata Aruna mengalir membasahi kertas di tangannya. Bagaimana ini bisa terjadi, padahal dia hanya satu kali melakukan itu dan itu pun sudah berlalu sekitar dua bulan lalu.
"Tapi melakukan sekali apa bisa langsung hamil? Aku harus bagaimana sekarang?"
Bukan hanya tentang keadaan kesehatannya, tapi waktunya yang sudah habis untuk bersama Johan. Sementara dia malah mengetahui keadaan jika dirinya sedang hamil. Mual-mual yang dia pikir adalah efek dari kesehatannya, ternyata itu karena dia yang sedang hamil. Bagaimana ini? Apa yang harus dia lakukan?
"Kita lihat dulu bagaimana perkembangannya. Kamu sudah tidak bisa pergi dari sini lagi, kamu harus melakukan perawatan mulai hari ini"
Aruna menghela nafas pelan, bahkan dia saja masih terlalu terkejut dan bingung dengan keadaannya saat ini. Kehamilan yang terjadi di waktu yang tidak seharusnya. Aruna tidak pernah menginginkan ini.
"Aku akan kembali kesini setelah pulang sebenatar. Aku harus membereskan beberapa hal"
"Baiklah, tapi tidak ada lagi mengulur waktu. Waktu 3 bulan yang kamu minta, sudah habis. Sekarang waktunya fokus pada perawatan"
Aruna hanya mengangguk, pada akhirnya hari ini akan tiba juga. Dimana dia harus pergi dari kehidupan Johan, setelah waktu 3 bulan ini, bahkan dia tidak bisa mendapatkan hati suaminya. Apa semuanya sia-sia? Tidak. Aruna menganggap jika waktu itu sudah cukup untuknya bisa merasakan menjadi istri Johan. Bahkan sampai hadir nyawa lain di dalam perutnya saat ini.
Tanpa sadar tangannya mengelus perut ratanya itu. Usia kandungannya bahkan sudah hampir dua bulan. Dan Aruna benar-benar tidak menyadarinya.
"Jika kamu ditakdirkan untuk menemaniku, maka bertahanlah dan kita berjuang bersama"
Ketika Aruna sampai di rumah, dia langsung ke kamarnya. Sebuah koper yang sudah dia siapkan sejak semalam, beberapa pakaian dan juga barangnya yang tidak seberapa. Aruna memang tidak mempunyai banyak barang dan pakaian.
Aruna keluar kamar, menemui Mia dan Evi di ruang tengah. "Mia, Evi, terima kasih karena selama ini selalu ada untukku. Jangan lupakan aku ya. Dan hari ini aku akan pergi, waktu 3 bulan aku untuk bersama Kak Johan sudah habis. Aku harus menepati janji untuk meninggalkannya setelah ini. Dan ini ..."
Aruna memberikan dua amplop surat pada Mia. "Tolong berikan ini pada Kak Jo. Dan sampaikan ucapan terima kasih aku karena dia sudah memberikan waktu 3 bulan ini, dan minta maaf karena sudah pernah menjebak dia sampai harus masuk ke dalam pernikahan ini"
Mia mengambil surat itu dengan terisak, bahkan sudah tidak bisa menahan tangisannya sejak kemarin. "Nona, apa benar tidak ingin aku antar?"
Aruna menggeleng pelan, dia tersenyum pada Mia. "Aku akan pergi sendiri, doakan aku bisa kembali bertemu dengan kalian ya. Dan, tolong jaga Kak Jo. Jangan sampai dia terlambat makan, dan perhatikan kesehatannya. Aku tahu, saat ada masalah seperti ini, mungkin dia akan mengabaikan kesehatan. Tolong jaga dia ya, Mia, Evi"
"Iya Nona ... Hiks" ucap Evi dengan mengusap kasar air matanya.
"Aku pergi dulu, dan terima kasih untuk semuanya. Kalian tetap akan menjadi orang yang aku ingat atas kebaikannya sampai akhir hayat. Aku pergi"
Bersambung
Noh yang mau Aruna pergi, udah tuh. dia pergi sekarang. Silahkan berbahagai. wkwk
selamat ya Jo.... selamat menuai, yg slama ini kau tanam