Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan mantan suami
Setelah sidang perceraian diputuskan, dan sesuai dengan yang Zia harapkan, Zia merasakan hidup tenang dan bahagia, meskipun hampir setiap hari, Zia harus ke psikolog, untuk menyembuhkan mentalnya.
Zia memutuskan untuk mengurus perusahaan milik keluarganya, karena bosan dirumah.
"Selamat siang bu Zia.." ucap sang karyawan.
"Selamat siang, bagaimana nin, apa sudah ada asisten untuk saya?" tanya Zia langsung.
"Sudah bu, saya kesini untuk mengabarkan kalo asisten untuk bu Zia, besok akan mulai bekerja," ucap sang HRD.
"Baik Nin, terima kasih," ucap Zia.
Lalu ia meninggalkan ruangan Zia.
Zia sedang fokus menatap layar laptop dan membuka satu persatu sebuah berkas, terdengar suara langkah kaki mendekatinya.
"Ada apa lagi Nin, apa soal asisten untuk ku?" ucap Zia, tanpa melihat siapa yang datang.
"Sibuk banget," ujar seorang laki-laki, yang suaranya sangat Zia kenal.
Lalu Zia menatap kearah suara itu, dan tersenyum menatapnya.
"Kak Arka, aku kira tadi Nindi," ucap Zia.
"Maaf ya, kak," ucap Zia, tidak enak.
"Tidak apa-apa, lagian kamu kenapa sibuk banget?" tanya Arka.
"Aku belum punya asisten kak, makanya sibuk sendiri," jawab Zia.
"Jangan sampai lupa, makan siang," ucap Arka.
Zia baru sadar, kalo ia belum makan siang, karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
"Nahkan, belum makan siang," tebak Arka.
Zia tersenyum memperlihatkan gigi putihnya.
"Ayo makan siang denganku," ajak Arka.
Zia tak langsung menjawab, karena pekerjaannya yang banyak, tidak bisa ia tinggalkan.
"Makan disini," ujar Arka.
"Makan disini?" ulang Zia.
"Iya, aku tau kamu sibuk, jadi aku bawa makanan untuk kamu, biar kita makan siang bersama," jawab Arka.
"Kak, kenapa merepotkan sekali," kata Zia tidak enak.
"Tidak merepotkan, makanya aku bawa makanan kesini," jawab Arka tersenyum.
Tok..
Arka membuka pintu ruangan kerja Zia.
"Ini pak makanannya," kata sang asisten Arka, memberikan dua kotak makanan.
"Baik, terima kasih," ucap Arka, lalu mengambil makanan itu.
Setelah sang asisten pergi, Arka mengajak Zia makan bersama.
"Kalo banyak pekerjaan, tidak sempat makan keluar, usahakan makan ditempat kerja kamu," ucap Arka.
"Lupa kak, biasanya kalo telat makan suka sakit perut, tapi tadi tidak merasakan sakit perut," jawab Zia.
"Jadi harus merasakan sakit perut dulu, baru makan?" ujar Arka, menatap Zia.
Zia hanya tersenyum, memperlihatkan gigi putihnya.
"Ayo makan," titah Arka.
Zia menikmati makanan yang Arka bawa, karena sebenarnya juga sedari tadi, Zia sudah merasakan lapar, tapi ia tahan, karena tanggung dengan pekerjaan.
"Pelan-pelan makannya," ucap Arka, yang melihat makan Zia terburu-buru.
"Maaf kak, laper soalnya," jawab Zia, tak menghiraukan Arka.
Arka hanya tersenyum mendengar ucapan Zia, ada rasa senang dalam benak Arka, karena Zia menghabiskan makanan yang ia bawa.
"Maaf.." ucap Arka, mengelap sisa makanan diatas bibir Zia.
Mata mereka bertemu.
"Maaf, ada sisa makanan diatas bibir kamu," ucap Arka.
"Ah, i-iya.." jawab Zia gugup.
"Maaf ya, aku makanannya jadi berantakan," lanjut Zia.
"Tidak apa-apa," jawab Arka tersenyum.
"Aku senang melihat kamu sudah ceria seperti ini, semoga selalu bahagia," lanjut Arka.
"Semoga, doa yang sama untuk kakak juga," ucap Zia.
Arka tersenyum.
"Kerjaan kamu masih banyak?" tanya Arka.
"Lumayan, mungkin akan pulang malam," jawab Zia.
"Aku harus bertanggung jawab dengan pekerjaanku, meskipun perusahaan ini milih ayahku," lanjut Zia.
"Aku setuju, tapi kamu jangan keterlaluan, biasa aja, jangan sampai luka hatimu sembuh, tapi fisikmu jadi sakit," ujar Arka.
"Iya kak, aku paham," jawab Zia.
Keduanya berbicara seputar pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, Zia terhibur dengan keberadaan Arka.
Tok.
Tok.
Ketukan pintu membuat mereka buyar.
"Ada apa, Nin?" tanya Zia.
"Bu, didepan ada pak Rangga, dia mencari ibu," ucap Nindi.
"Usir saja Nin, aku tidak mau bertemu dengannya," titah Zia.
"Sudah bu, tapi pak Rangga kekeh, ingin bertemu dengan ibu," ucap Nindi.
"Yasudah, aku akan keluar," jawab Zia.
"Kamu yakin?" tanya Arka.
"Aku harus nemuin dia, takutnya dia bertindak diperusahaan," jawab Zia.
Lalu Zia keluar bersama Nindi, dan disusul sama Arka, karena Arka tidak akan membiarkan Rangga menyakiti Zia.
"Ada apa kamu kesini, Rangga?" tanya Zia, langsung kepada intinya.
"Kembalikan uangku," pinta Rangga, terlihat wajahnya menahan amarah.
"Uang, uang apa yang kamu maksud?" tanya Zia bingung.
"Uang tabunganku, yang sudah kamu pindahkan ke rekening milkmu," jawab Rangga.
"Memang nya itu uang siapa, Rangga?" tanya Zia.
"Uangku, kembalikan sekarang juga!" bentak Rangga.
"Jangan meninggikan suara didepan wanita," Pekik Arka.
"Jadi ini, selingkuhan kamu, laki-laki ini yang sudah meracuni otakmu, agar kamu berpisah denganku," tuduh Rangga.
"Jaga mulutmu, aku tidak serendah dirimu, Rangga," jawab Zia.
"Ck, banyak alasan, kalo saja aku mempunyai bukti perselingkuhanmu dengan dia, sudah aku ajukan kemarin ke pengadilan," ucap Rangga.
"Sampai kapanpun kamu tidak akan menemukan bukti itu, karena kami tidak memiliki hubungan apapun," jawab Zia.
Lalu Zia menghela nafas, "Tapi kalo kamu berfikir kesana, ya terserah kamu," lanjut Zia.
"Dasar murahan!" hina Rangga.
Bugh..
Arka menonjok perut Rangga, karena sudah berani mengatakan hal kotor tentang Zia.
"Lo sendiri yang murah, bahkan ibu lo murahan, kerjaan ibu lo pelacur, malah ngatain Zia murahan, sadar diri," hardik Arka.
"Harusnya ngaca, kenapa Zia memutuskan bercerai dengan lo, kelakuan lo tidak mencerminkan sebagai suami," lanjut Arka.
"Sudah Arka, aku takut kamu kenapa-kenapa," bisik Zia.
Arka merapihkan kemejanya, yang tadi sempat berantakan karena menonjok Rangga.
"Uang tabunganmu, adalah milik perusahaan," ujar Zia.
"Jadi aku tidak akan mengembalikannya, bahkan uang itu tidak cukup, untuk menutupi sebagian uang yang sudah kau ambil," lanjut Zia.
"Itu uang tabunganku, bukan uang perusahaan," kekeh Rangga, dengan tidak sadar diri.
"Berapa uang yang sudah kau ambil selama menjabat diperusahaan ini?" tanya Zia.
Rangga tidak menjawab, karena ia lupa, saking banyaknya.
"Tidak bisa menjawabkan, karena uang yang sudah kau ambil sangat banyak," ujar Zia.
"Masih untung, kau tidak dimasukan kedalam penjara, karena aku tudak mau ribet, tapi kalo kau membuat ulah diperusahaan ini, aku akan melaporkanmu, jangan mengganggap ancamanku ini remeh," lanjut Zia.
"Jangan sombong Zia, mentang mentang sekarang sudah bercerai denganku, kamu pantas menghinaku," ujar Rangga tidak terima.
"Sombong itu harus kalo sama modelan manusia seperti kamu, dan juga kamu memang manusia rendah, hidup cuman numpang," jawab Zia.
"Kau.." tunjuk Rangga, tidak terima dihina oleh mantan istrinya.
"Tanganmu kotor dan juga bau, singkirkan, nanti aku terkena virus," ujar Zia.
Semua karyawan yang mendengar ucapan bosnya tertawa, dan merasa bangga.
"Sekarang pergi dari sini, aku tidak sudi melihat wajahmu lagi," usir Zia dengan tegas.
"Aku akan membalas semua perbuatanmu, yang kau lakukan hari ini," ancam Rangga.
"Aku tunggu.." jawab Zia tersenyum sinis.
Lalu Rangga meninggalkan perusahaan, dengan sumpah serapahnya untuk Zia.
***
bakal berusaha trs mengganggu hdp zia trs
cepat sembuh zia