Selama tiga tahun ini, Hilda Mahira selalu merasa tertekan oleh ibu mertuanya dengan desakan harus segera memiliki anak. Jika tidak segera hamil, maka ia harus menerima begitu saja suaminya untuk menikah lagi dan memiliki keturunan.
Dimas sebagai suami Hilda tentunya juga keberatan dengan saran sang ibu karena ia begitu mencintai istrinya.
Namun seiring berjalannya waktu, Ia dipertemukan lagi dengan seorang wanita yang pernah menjadi kekasihnya dulu. Dan kini wanita itu menjadi sekretaris pribadinya.
Cinta Lama Bersemi Kembali. Begitu lebih tepatnya. Karena diam diam, Dimas mulai menjalin hubungan lagi dengan Novia mantan kekasihnya. Bahkan hubungan mereka sudah melampaui batas.
Disaat semua permasalahan terjadi, rahim Hilda justru mulai tumbuh sebuah kehidupan. Bersamaan dengan itu juga, Novia juga tengah mengandung anak Dimas.
Senang bercampur sedih. Apa yang akan terjadi di kehidupan Hilda selanjutnya?
Yuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mari Kita Rujuk
Sejak itu, Dimas dan bu Mayang tak lagi datang ke rumah sakit. Mereka tak tau Bagaimana keadaan dan Dimana Novia tinggal. Karena setelah menjatuhkan talak dan membayar semua biaya rumah sakit, Dimas memutus semua kontak yang berhubungan dengan Novia.
Pernah sekali waktu itu di siang hari Novia datang ke rumah, namun tanpa sepengetahuan Dimas, Bu Mayang mengusirnya dengan kasar hingga Novia dan bayinya terjatuh dan tersungkur di lantai teras rumahnya.
Novia benar benar bingung. Ia tak tau kemana lagi harus melangkah. Kembali ke rumah Dimas tak mungkin terjadi. Pulang ke apartemen Agung juga tak mungkin ia lakukan karena Agung jelas secara gamblang menolak kehadirannya. Bahkan Agung langsung memutuskan hubungan sebagai kekasih gelapnya.
Sebenarnya Novia pernah memiliki rumah, namun rumah itu sudah ia jual untuk membayar Agung waktu ia berambisi untuk menghabisi Hilda. Tanpa berpikir akhir dari semua perbuatan akan kembali sendiri kepadanya.
"Aaahhhhhh...." Novia berteriak histeris. Teriakan yang menggema di pesisir lautan hingga menembus air laut yang tenang itu seolah ikut bergetar merasakan kesedihan Novia.
"Semua ini gara-gara kamu. Dasar anak cacat! Hidupku hancur karena kamu anak sialan! Aaaahhhhhhh..."
Novia sangat membenci bayinya. Ia bahkan ingin sekali menghabisi bayu itu sekarang juga. Namun entah mengapa jauh dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam Novia tak tega untuk melakukannya.
Bahkan untuk sekedar membuangnya saja ia gak sampai hati untuk melakukannya. Sejahat apapun Novia, ternyata Naluri seorang ibu tak dapat di hilangkan dari jiwa seorang wanita yang telah memiliki anak.
Akhirnya dengan sangat terpaksa, Novia memutuskan untuk membesarkan anaknya seorang diri. Meski tanpa cinta dan kasih sayang, Setidaknya bayi itu bisa tumbuh besar dan bisa melakukan semuanya sendiri.
Novia memiliki tujuan untuk membuat bayi itu hidup mandiri dan tak bergantung pada orang lain. Karena tak semua orang akan bisa menerima keadaan fisiknya suatu saat nanti.
...****************...
Sementara itu, Hilda hidup dengan nyaman tanpa gangguan dari Dimas. Saat ini, ia bahkan sudah bisa pergi seorang diri tanpa harus di temani seorang pengawal suruh Reyhan. Yang tanpa ia ketahui, Dimas sedang merencanakan sesuatu untuk mendapatkannya kembali.
Hilda sedang berkeliling mencari perlengkapan untuk bayinya yang diperkirakan berjenis kelamin laki-laki. Setelah mendapatkan semua yang ia inginkan, Hilda pun segera memesan taksi lewat online.
Tak berapa lama kemudian taksi itu datang. Hilda segera masuk ke dalam dan memberitahu alamat tempat tinggalnya. Supir itu hanya mengangguk saja. Meskipun Hilda sempat merasa aneh dengan supir taksi ber masker itu, namun ia tak terlalu menghiraukan.
Hingga semua kecurigaan itu muncul saat supir tak mengikuti arah petunjuk rumah yang ia berikan.
"Pak, saya rasa bapak sudah melaju terlalu jauh. Sebaiknya Bapak putar balik saja ya. Sepertinya di depan sana ada arah putar balik."
Supir itu tak menghiraukan perkataan Hilda. Ia malah mengemudikan mobilnya semakin cepat.
"Pak Berhenti! Saya turun disini saja."
"Saya bilang berhenti! Kalau tidak, saya lompat loh!"
Hilda mencoba membuka pintu mobil. Tapi sepertinya pintu itu sudah di kunci dari depan. Merasa ada yang tak beres, Hilda langsung menarik topi dan masker sang supir.
"Mas.. dimas?"
"Hai Hilda sayang."
"Mas Dimas, kamu mau bawa aku kemana?
Dimas tak menghiraukan. Ia menghentikan mobilnya sejenak dan mengeluarkan sebuah sapu tangan kecil lalu di bekapkan pada Hilda yang membuat Hilda pingsan seketika.
"Diamana aku?" Hilda yang pingsan hampir 2jam akhirnya terbangun.
"Kamu sudah sadar?"
"Mas Dimas? Dimana aku?." Hilda menatap sekeliling.
"Tenang saja, kamu ada di rumah kita."
"Rumah kita?"
"Ya Ini adalah rumah milikmu. Rumah hadiah perpisahan kita dulu. Tapi tenang. Aku akan jadikan ini sebagai rumah impian kita. Rumah keluarga kecil kita."
"Mas, kita sudah berpisah. Dan kamu pun sudah berjanji untuk tidak menggangguku lagi dengan menandatangani surat perjanjian itu."
"Aku tak peduli lagi dengan surat itu."
"Kamu mengingkari perjanjian itu. Bagaimana kalau Novia masuk penjara?"
"Aku tidak peduli lagi dengannya. Aku bahkan sudah menceraikannya dengan talak 3. Kedepannya, soal Novia mau di penjara atau tidak Itu bukan lagi menjadi urusanku."
"Mas, kenapa?"
"Dia sudah menghianatiku. Dia juga baru saja melahirkan anak perempuan yang cacat"
"Apa? cacat? Maksut kamu?."
"Anak yang di lahirkan Novia kondisi kakinya tidak sempurna. Kakinya yang satu sangat aneh. Hiii.. aku jijik pada bayi itu. Tapi tenang saja Sayang. Aku tidak ada sangkut pautnya dengan Novia dan anak cacatnya itu. Aku hanya akan fokus menjagamu dan anak kita. Aku akan menyayangimu dan mencintaimu dengan tulus. Dan aku janji tidak akan pernah menghianatimu lagi. Mari kita rujuk."
Hilda menarik perlahan tangannya dari genggaman Dimas. Jujur, saat ini Hilda sangat merasakan ketakutan yang luar biasa. Apalagi ia merasa sikap Dimas sangat aneh. Ia melihat Dimas seperti seorang yang terkena gangguan mental.
Hilda bersikap tenang. Ia berusaha tak menyakiti laki laki itu agar tak terjadi hal yang buruk pada dirinya dan juga bayi yang ada dalam perutnya.
"Mas, Kita sudah pernah mengarungi rumah tangga selama tiga tahun. Dan selama itu juga rumah tangga kita penuh ujian dan cobaan. Terutama desakan memiliki anak. Aku bisa terima semua perlakuan ibu padaku. Tapi aku tidak bisa menerima penghianatanmu. Aku sudah pernah memberimu kesempatan waktu itu, tapi kamu memilih dia dan menceraikanku. Tahukah kamu? Sejak saat itu, aku memutuskan untuk mengubur dalam rasa cintaku padamu. Dan sejak saat itu juga, aku ingin hidup tenang tanpa memiliki rasa dendam."
"Hilda, maafkan aku. Aku tau aku salah. Aku tau aku sudah menyakitimu. Tapi aku sudah menyadarinya. Aku ingin kembali padamu. Aku baru sadar kalau ternyata kamu adalah satu satunya orang yang aku cintai adalah kamu."
"Maaf mas. Aku tidak bisa."
Mendengar jawaban Hilda yang tak sesuai dengan keinginannya membuat Dimas tersulut emosi. Ia langsung menggengam kedua tangan hilda dan mengunci nya hingga tak dapat bergerak.
"Mas Dimas, kamu mau apa?" Hilda mulai ketakutan.
Dimas tak menjawab. Ia malah berusaha mencium bibir Hilda secara paksa. Hilda yang terus mengelak membuat bibirnya tergigit oleh Dimas hingga terluka.
Sepertinya nafsu sudah memenuhi ubun ubun. Dimas yang tak bisa mengatasi pemberontakan Hilda pun mengambil tali yang memang sudah ia persiapkan sejak awal untuk mengikat Hilda.
Tangan yang terikat membuat Hilda tak bisa berbuat apa apa. Ia hanya menangis saat Dimas menyibakkan bajunya. Di ciuminya perut buncit Hilda penuh nafsu.
"Hai anakku, Papa sangat merindukanmu. Izinkan papa menjengukmu ya."
"Jangan! Ku mohon Jangan lakukan itu mas."
"Ini semua karena mu. Andai kamu mau ku ajak berdamai dan kembali dengan baik baik, aku tak akan melakukan ini. Maafkan aku sayang, aku harus melakukan cara ini untuk mendapatkanmu lagi."
.
.
.
semangat lanjuuttt 💪😘😍😍