Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.
Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.
Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.
Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.
Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bandara
Enam tahun kemudian...
"Mommy... apa kita akan tinggal disini sekarang?."
Di bandara kota Brentwood, seorang wanita dengan setelan profesional yang feminim terlihat baru saja turun dari pesawat.
Tidak hanya memiliki kecantikan yang luar biasa, tetapi dia juga memiliki aura kuat yang memancar, mampu memberikan kesan bahwa dia bukan tipe orang yang bisa dianggap enteng. Wanita itu memancarkan aura yang anggun, kepercayaan diri terpancar dalam setiap langkahnya saat sepatu hak tingginya yang runcing menyentuh lantai.
Disalah satu tangannya, dia memegangi tas dari desainer terkenal dan tangannya yang lain memegangi sebuah tangan kecil yang mungil. Seorang gadis kecil yang sangat mirip dengan dirinya sedang berjalan disampingnya, bocah kecil itu melihat ke sekeliling tempat dengan rasa ingin tahu dan kegembiraan yang terpancar dimatanya.
Pipinya yang kemerahan dan senyumnya yang manis menghiasi wajah imutnya. Ibu dan anak perempuan itu menoleh saat mereka sedang berjalan di bandara, kehadiran mereka menarik perhatian beberapa orang yang berlalu lalang.
Wanita itu menunduk menatap putrinya dan tersenyum manis. "Kita tidak akan tinggal disini, sayang. Tapi Mommy harus mengurus beberapa hal di sini. Kita akan pergi dari kota ini setelah urusan Mommy selesai. Karena ini bukan tempat kita, kamu mengerti, sayang?."
Ya— wanita itu tidak lain adalah Arabella Brianna Catlin Hamilton dan putrinya— Stevia Catlin Hamilton. Bella akhirnya kembali ke kota Brentwood. Kota yang menyimpan banyak kenangan yang paling menyakitkan baginya.
Setelah Kenan Kevlar Narendra menghancurkan dunianya enam tahun yang lalu, Bella bertemu dengan ibunya. Itu semua terjadi secara tiba-tiba, tetapi Bella merasa senang karena sekarang dia memiliki tujuan baru.
Untuk menjatuhkan keluarga Narendra.
Apa yang baru saja Bella ketahui sungguh mengejutkan. Tetapi setelah merasakan pengalamannya ketika bagaimana Kenan membuangnya seperti sampah, dia mencemooh apa yang baru saja dia ketahui itu. 'Aku pikir buah apel jatuh tidak akan jauh dari pohonnya, ternyata Malvin Kevlar Narendra, ayah Kenan yang bertanggung jawab setelah menjebloskan ayahku, Justine Hamilton ke penjara.'
Sejak saat itu, Bella memutuskan masuk kedalam sekolah hukum. Lulus dari sana, Bella segera menjadi pengacara yang hebat dan kuat. Dia sekarang di kenal mampu memenangkan kasus-kasus yang terberat, bahkan kasus-kasus yang melibatkan pejabat korup yang ingin lolos dari kejahatannya.
Semua ini dia lakukan sebagai balas dendamnya. Dia kembali ke kota Brentwood dan ingin menghancurkan keluarga Narendra.
"Apa kita akan melawan seseorang, Mommy?." Sebuah suara yang lembut nan manis menyadarkan Bella dari pikiran gelapnya. Senyum tersungging di bibirnya saat menatap putrinya yang saat ini berusia lima tahun.
Bella mengulurkan tangannya dan membelai rambut Stevia. "Tidak, Mommy akan bekerja. Tugas Mommy adalah memperjuangkan orang-orang yang tidak bersalah di pengadilan dan memastikan orang-orang jahat masuk penjara." Balasnya.
Stevia tersenyum, matanya berbinar gembira dan terlihat bola mata hijau hazelnya. "Saat aku besar nanti, aku ingin menjadi pengacara yang hebat seperti Mommy." Katanya, lalu sedetik kemudian, Stevia mengernyitkan dahinya. "Meskipun sebenarnya aku juga ingin sekali mengetahui pekerjaan Daddy, supaya aku bisa memilih aku akan menjadi yang mana saat dewasa nanti."
Jantung Bella berdebar. Dia berdehem sebelum akhirnya tersenyum canggung. "Mommy sudah memberitahu kamu tentang Daddy. Sayang, Daddy kamu—"
"Iya, Mommy. Aku tau. Daddy ada diatas sana." Kata Stevia menunjuk keatas dan menekuk bibirnya sebal. "Aku berharap Mommy menikah dan mencarikan ayah baru dikota ini."
"Mommy akan memikirkan itu, sayang." Balas Bella dengan cepat untuk mengganti topik pembicaraan diantara mereka.
Namun, jauh dilubuk hatinya, dia tahu hal itu tidak akan pernah terjadi. Hatinya sekarang gelap dan dia sengaja menutup diri dari apapun yang melibatkan cinta.
'Aku sudah cukup membiarkan seseorang menyakiti dan memanfaaatkanku dan aku bersumpah tidak akan pernah jatuh cinta lagi.' Batin Bella.
Sementara itu, sebuah pesawat pribadi tak lama mendarat di landasan bandara. Saat itu Kenan Kevlar Narendra telah meninggalkan bandara melewati bagian VIP, namun tiba-tiba dia melihat punggung seorang wanita yang nampak familiar baginya. Seketika dia menghentikan langkah kakinya.
Kenan menyipitkan matanya untuk melihat dengan baik-baik. Rambut hitamnya yang panjang, bergelombang dan tergerai menari-nari tertiup angin sepoi-sepoi.
Sebelum Kenan dapat melihat wajah wanita itu, sebuah taksi berhenti didepannya dan dia masuk kedalam bersama dengan seorang gadis kecil.
"Tuan, apakah anda memerlukan sesuatu?."
Kenan tersadar dari lamunannya ketika suara asistennya terdengar ditelinga nya. Lelaki itu mengernyitkan dahinya, menggelengkan kepalanya. "Jam berapa ada rapat di departemen hukum?."
Farel Gerviano melihat arlojinya. "Tiga puluh menit lagi, Tuan."
Mereka berjalan menuju konvoi mobil hitam yang menunggu dan Kenan duduk di kursi belakang pada mobil yang terparkir di tengah. Farel mengikutinya, tetapi dia duduk di kursi penumpang depan.
"Siapa direktur hukum yang baru? Apa kau sudah mengetahuinya?." Tanya Kenan saat mobil mulai berjalan keluar dari kawasan bandara.
Farel tersenyum. "Para pendukung Zenith berhasil mencari seorang wanita yang merupakan salah satu pengacara paling kuat di negara ini. Dia terkenal dengan caranya menangani dan memenangkan kasus."
Kenan mengernyitkan dahinya, tetapi dia tetap diam. Meskipun Kenan menghindari pekerjaan jika yang menanganinya perempuan, bagaimana pun caranya. Tetapi dia membutuhkan seseorang untuk memperbaiki kekacauan yang telah dilakukan oleh direktur hukum sebelumnya pada korporasi.
"Lalu bagaimana dengan pencarian mu?." Tanya Kenan mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Sayangnya, sampai saat ini... kami masih belum mendapatkan petunjuk apa pun." Jawab Farel. Mau tak mau dia ikut merasa kasihan pada Kenan. Meskipun atasannya itu pandai dalam pekerjaannya dan bisa melakukan apa pun yang tidak bisa orang lain lakukan, Kenan tetap tidak dapat menemukan orang yang selama ini dia cari selama enam tahun lamanya.
***
Tiga puluh menit kemudian, Kenan dan timnya akhirnya telah tiba di perusahaan dan mereka langsung pergi menuju ruang konferensi, tempat Kenan akan mengadakan rapat dan bertemu dengan tim kuasa hukumnya.
Mereka harus berkenalan dengan direktur hukum yang baru sebelum dia memulai pekerjaannya. Namun, begitu Kenan membuka pintu yang menjulang tinggi itu dan masuk kedalam ruang konferensi, langkahnya berhenti dan dia diam membeku ketika kedua matanya melihat seorang wanita yang juga menatap kearahnya dengan senyuman yang sopan.
"Senang bertemu dengan anda, Tuan Kenan Kevlar Narendra. Saya Arabella Brianna Catlin Hamilton, direktur hukum anda yang baru." Kata wanita itu memperkenalkan diri.
Mata Kenan sedikit terbelalak, jantungnya berdebar kencang saat melihat wanita cantik yang selama ini dia cari dimana keberadaannya. Wanita itu benar-benar Bella, gadis yang pergi dan membawa hatinya bersamanya.
Rambut hitamnya yang halus tergerai, mengalir di bahunya dan dia terlihat cantik dengan mengenakan setelan feminim berwarna biru tua, juga terlihat profesional. Wanita itu terlihat sedikit berbeda dari penampilannya dimasa lalu,. tetapi dia tetap Bella, cinta pertamanya dan satu-satunya.
'Ternyata Bella yang sering dijuluki
Female Devil? Dia pengacara terkenal yang dibicarakan semua orang?.' Batin Kenan, berusaha pulih dari keterkejutan nya.
Setelah enam tahun, Kenan tidak menyangka jika mereka akan bertemu dengan seperti ini. Dia membayangkan reuni yang lebih sentimental dimana dia akan bisa langsung menarik Bella kedalam pelukannya dan memeluknya dengan begitu erat, bukan pertemuan dengan banyak orang penting dalam satu ruangan ini.
"Semua pergi. Saya ingin berbicara dengan Nona Bella sendirian." Perintahnya, suaranya serak karena emosi yang mengalir dalam dirinya.
Kenan sangat ingin berbicara dengan Bella, menanyakan banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya.
Namun, senyum sopan yang Bella tunjukan memudar. Pandangannya berubah dingin ketika menatap Kenan. "Menurut saya itu tidak perlu. Anda sudah terlambat dan saya harus menghadiri pertemuan lain. Jangan buang waktu orang lain hanya karena anda lebih berkuasa dengan semua harta kekayaan anda. Dan perlu diingat, anda membutuhkan kami, bukan sebaliknya. Bertindaklah sebagaimana mestinya, Tuan Kenan."
Kenan tertegun mendengar jawaban Bella. Meskipun wajahnya tidak menunjukan emosinya, Kenan bertanya-tanya bagaimana bisa Bella mengeluarkan kata-kata dingin dari mulutnya.
'Apa dia tidak mengenal ku?.' Batin Kenan. Hatinya terasa sakit melihat perubahan sikap Bella padanya.
Tetapi, tidak mungkin Bella melupakannya. Selain lebih jantan dan dominan dari sebelumnya, Kenan tidak banyak berubah. Tidak mungkin Bella melupakannya, terlebih mereka telah tumbuh bersama dari kecil kecuali jika Bella mengalami hilang ingatan.
Tatapan matanya yang jauh membuat Kenan merasa tidak nyaman.
Kenapa Bella bertingkah seolah mereka baru saja bertemu? Kenan merasa bingung dan jantungnya berdegup kencang, mengingatkannya dengan rasa sakit yang terus meneruskan ia rasakan selama enam tahun terakhir.
Sementara itu, direktur farma hukum Zenith Advokat berkedip cepat kearah Bella, mencoba memperingati Bella agar tidak bersikap kasar pada klien mereka yang terhormat.
Saat Bella mengabaikan isyarat berupa kedipan mata itu, Felix Stevenson mengepalkan tangannya dan berdehem. Dia menoleh kearah Kenan dan buka suara. "Maafkan saya, Tuan Kenan. Dia bukan berasal dari sini, jadi dia belum tau siapa anda—"
Kata-kata Felix terpotong ketika Kenan mengangkat sebelah tangannya. Bola mata biru langitnya bertatapan dengan bola mata hijau hazel milik Bella. Tak satupun dari mereka berdua yang memalingkan wajah.
Kenan mengamati Bella dan kerutan kecil menghiasi dahinya. Bella sepertinya menembaki belati kebencian kearahnya, terlihat dari tatapan tajamnya.
'Mengapa dia memilih perusahaan ini jika dia sangat membenci ku?.' Renung Kenan dalam hatinya.
Ketegangan terjadi didalam ruangan. Semua orang seakan menahan napas mereka, menunggu Kenan yang sepertinya akan memecat pengacara yang baru saja melontarkan kata-kata kasar padanya itu.
Namun nyatanya, Kenan tidak bereaksi terhadap sikap kasar Bella. Jauh dilubuk hatinya, Kenan sangat ingin berbicara dengan Bella, membawanya kedalam pelukannya. Tetapi Kenan tidak punya pilihan, untuk saat ini dia mengikuti keinginan Bella.
"Mari kita mulai rapatnya." Kata Kenan.
Dan membuat semua orang bingung dengan reaksi Kenan yang terlihat tenang. Mereka semua pun duduk mengelilingi meja dan memulai pertemuan rapatnya.
Selama sisa pertemuan, Kenan nampak berkonsentrasi dengan apa yang dirinya katakan didepan semua orang. Dan berbeda dengan Bella, pikiran wanita itu kembali kacau.
Sudah berapa lama? Enam tahun terasa seperti kemarin baginya, karena kenangan itu masih segar di dalam kepalanya. Tetapi untuk beberapa alasan, Bella tidak ingin mengenalinya.
Setelah memberikan penjelasan yang di perlukan, Kenan menatap Bella. Wanita yang dia cari sudah ada tepat dihadapannya.
"Nona Bella, ada yang bisa dikatakan? Apakah anda ingin kontrak anda diubah? Tuan Kenan dapat memberikan sedikit tambahan untuk mendapatkan layanan terbaik." Desak Felix dan Bella terlihat mengernyit.
Wanita itu menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan nada dinginnya. "Saya akan mendapatkan jumlah yang sesuai dengan pekerjaan saya. Mendapatkan lebih banyak berati saya harus melakukan hal-hal ilegal yang bertentangan dengan hati nurani saya. Jika itu adalah tipe direktur hukum yang diinginkan Tuan Kenan, berarti saya berada ditempat yang salah. Saya tidak menerima suap."
Keheningan menyelimuti ruangan itu dan wajah Felix terlihat merah karena marah. Dia melayangkan tatapan tajamnya kearah karyawan barunya itu. "Nona Bella! Bisakah anda bersikap—"
"Tidak masalah, Tuan Felix. Atasan saya juga tidak melakukan suap dan jika Nona Bella merasa tidak nyaman, kami dapat membatalkan bonus tambahan tersebut. Kami menambahkannya demi kenyamanan karyawan. Lagipula, pekerjaan ini sangat dibutuhkan." Farel Gerviano menyela perkataan Felix.
Sementara itu, Kenan terlihat tengah memandangi Bella dengan penuh minat. Dia memperhatikan betapa berbedanya Bella setelah enam tahun mereka tidak bertemu.
Bella lebih percaya diri, profesional dan dia mengutarakan pikirannya tanpa perduli apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya. Kenan menganggap versi baru Bella saat ini sangat menarik. Bella memang sudah cantik dan sempurna bertahun-tahun yang lalu, tetapi sekarang, dia terlihat jauh lebih baik. Sosok Bella yang baru bisa memimpin sebuah diskusi dan membuat semua orang mendengarkan sesuai arah pandangnya. Membuat Kenan kagum dengan betapa suksesnya Bella.
Yang kemudian menimbulkan pertanyaan bagi Kenan adalah kemana saja Bella selama ini dan siapa yang telah menolongnya?.
Apa yang terjadi pada Bella hingga membuat wanita itu berubah menjadi orang yang benar-benar baru? Ada sesuatu yang hilang dari tatapannya, kilauan yang selalu bersinar setiap kali dia tersenyum telah hilang. Tatapan matanya dingin, terlihat penuh perhitungan.
Sementara itu, Bella bisa merasakan tatapan Kenan yang tertuju padanya. Tatapan panas yang tidak pernah terlepas darinya selama satu jam terakhir selama pertemuan di ruangan ini. Bella merasa kesal dengan hal itu dan dia tidak bisa menahannya lagi.
Bella mengarahkan pandangannya kearah Kenan. "Apakah ada sesuatu diwajah saya, Tuan Kenan? Apa yang sedari tadi anda lihat, hm?."
Saat semua orang terdiam melihat keberanian Bella, Kenan tertawa kecil dan kemudian dia menyeringai. "Karena saya terkesan."