S 2. "Partner"
Kisah lanjutan dari Novel "Partner"
Alangka baiknya membaca Novel tersebut di atas, sebelum membaca novel ini. Agar bisa mengikuti kisah lanjutannya.
Bagian lanjutan ini mengisahkan Bu Dinna dan kedua anaknya yang sedang ditahan di kantor polisi akibat tindak kejahatan yang dilakukan kepada Alm. Pak Johan. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk lolos diri dari jerat hukum. Semua taktik licik dan kotor digunakan untuk melaksanakan rencana mereka.
Rencana jahat bisa menjadi badai yang menghancurkan kehidupan seseorang. Tapi tidak bagi orang yang teguh, kokoh dan kuat di dalam Tuhan.
¤ Apakah Bu Dinna atau kedua anaknya menjadi badai?
¤ Apakah mereka bisa meloloskan diri dari jerat hukum?
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Menghempaskan Badai"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. MB 25.
...~•Happy Reading•~...
Setelah membaca dokumen yang diberikan asistennya, Lianty menghembuskan nafas kuat. Dia tidak bisa konsentrasi untuk membaca lebih lanjut semua yang diberikan. Pikirannya terganggu oleh sikap suaminya yang tidak profesional.
^^^Lianty terkejut melihat suaminya tidak bisa bersikap selayaknya, dan membawa persoalan pribadi di tempat kerja. Sesuatu yang tidak pernah terjadi saat mereka masih berpacaran, tidak mengganggu dan saling menjaga privasi masing-masing juga tahu menempatkan diri saat sedang bekerja.^^^
Karena pikiran dan suasana hati masih terganggu oleh sikap Pak Gustav, Lianty memanggil asistennya untuk datang ke ruang kerja. Dia ingin berbicara dengan Rally, agar bisa mengalihkan pemikirannya yang mulai was-was.
"Rally, tolong jelaskan perumahan baru ini pada saya." Lianty menunjuk data perumahan real estate yang menjadi bisnis perusahaan dan sekarang jadi tanggung jawabnya dan bagian pemasaran untuk dipasarkan.
Lianty tidak mau mengecewakan Papah dan kakaknya yang mempercayakan bagian pemasaran kepadanya. Dia mengerti maksud penempatannya di bagian tersebut, ketika Papahnya bertanya tentang kelanjutan pekerjaan suaminya. 'Apa Gustav tetap dibiarkan bekerja di perusahaan atau dikeluarkan dan berikan pesangon?' Lianty ingat pertanyaan Papahnya.
Dia meminta Papahnya membiarkan suaminya tetap bekerja, sebab Papa Felix dan sudah sulit mencari pekerjaan di usianya saat ini. 'Biarkan Mas Gustav mundur sendiri, kalau menyadari sikapnya salah dan tidak pantas bekerja di kantor dengan Papah dan kakak.' Pikir Lianty dan itu juga yang disampaikan sebagai pertimbangan kepada Papahnya.
^^^Papahnya hanya diam dan berpikir, ketika dia minta bekerja lagi. Kemudian dia ditempatkan di bagian pemasaran, agar lebih sering bekerja di luar kantor dan tidak sering bertemu suaminya.^^^
^^^Papahnya berikan kesempatan bagi mereka menyelesaikan sendiri persoalan yang terjadi, setelah mendengar penjelasannya dan alasannya yang berhubungan dengan Felix. ^^^
^^^Papahnya masih bersabar, sebab persoalan mereka bukan karena perselingkuhan. Papahnya minta dia bekerja di bagian pemasaran supaya lebih mudah pulang ke rumah untuk melihat Felix. ^^^
"Ini sedang dalam masa promosi, Bu. Bagian pemasaran lakukan promosi di beberapa Mall. Minggu ini kita lakukan promosi di Mall...." Rally menjelaskan apa yang sedang dikerjakan bagian pemasaran dalam rangka mempromosikan perumahan real estate yang sedang dibangun.
^^^Penjelasan Rally membuat Lianty berpikir dan mendapat ide untuk menjauhi suaminya hari itu. Dia berpikir, mereka harus mulai menyesuaikan diri dengan keputusan masing-masing. Tidak bersama di rumah, tapi harus bekerja bersama di dalam gedung kantor yang sama. ^^^
^^^Sesuatu yang sulit dilakukan, tapi Lianty sudah bertekat untuk melakukan itu. Agar suaminya tidak bersikap seenaknya kepada dia dan Felix, karena hasutan kedua anaknya. ^^^
^^^Dia mau mencurahkan tenaga dan pikiran untuk membantu bisnis properti dan real estate keluarganya. Karena setelah hamil dan punya anak, dia tidak lagi ke kantor. Dia berharap suaminya akan membantu Papah dan kakaknya dan dia hanya sesekali membantu, jika diperlukan. Ternyata hati suaminya bisa berubah padanya.^^^
"Kalau begitu, mari kita ke Mall yang ini untuk melihat situasi. Mungkin ada yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan cara promosi yang lebih efektif."
"Baik, Bu. Sekalian Ibu bisa lihat tempat berikutnya, agar bisa dievaluasi saat memperkenalkan Ibu kepada pegawai yang lain." Rally menyetujui usul boss nya, agar bisa tepat memutuskan langkah promosi berikutnya.
"Baik. Mari kita pergi. Jangan lupa bawa ini semua, supaya saya bisa pelajari di jalan." Lianty bersemangat dan mulai mengatur kerjanya hari itu. Dia berharap, bisa pulang lebih cepat untuk bertemu dengan putranya. Lianty juga tidak mau berlama-lama di kantor, supaya tidak bertemu dengan suaminya. Atau suaminya tiba-tiba datang mencari dia di ruang kerja.
"Kalau begitu, Ibu tunggu sebentar. Saya akan lakukan persiapan." Rally memasukan semua dokumen pemasaran ke dalam tas kerjanya.
"Rally, tidak usah kasih tahu kedatangan kita buat pegawai yang ada di lapangan. Supaya kita bisa lihat yang mereka lakukan. Jadi kita bisa tahu kinerja dan bagian mana yang perlu diperbaiki." Lianty mencegah Rally saat mau mengotak-atik ponselnya.
"Siap, Bu. Kalau begitu, kita sudah bisa pergi sekarang." Rally kembali memasukan ponselnya ke dalam tas, karena mengerti maksud bossnya.
^^^Lianty mengambil tasnya, lalu mengajak Rally keluar dari ruang kerja. Dia mengunci pintu, supaya bisa lakukan sesuatu di luar tanpa perlu berusaha kembali ke kantor.^^^
"Rally, anda bawa mobil?" Tanya Lianty sambil mereka berjalan menuju lift.
"Iya, Bu. Mobil Ibu parkir di mana? Biar saya yang bawa." Rally menyangka bossnya bawa mobil sendiri dan dia diminta membawa mobilnya.
"Kita pakai mobilmu saja. Tadi saya ke kantor pakai mobil online." Lianty menjelaskan.
"Baik, Bu. Kalau begitu, kita ke tempat parkir mobil saya." Rally mengajak boss nya ke tempat parkir karyawan.
^^^Rally tidak menyangka bossnya humble dan baik hati. Dia sudah kuatir saat melihat bossnya bicara dengan suaminya di lobby. Sehingga dia berhati-hati, agar tidak membuat kesalahan. ^^^
^^^Rally belum lama bekerja di perusahan tersebut. Sehingga tidak mengenal Lianty dengan baik. Jadi saat dipindah tugaskan menjadi asisten anak boss besar, dia segera mempelajari data tentang calon bossnya. Selain sudah menikah, suaminya bekerja di kantor yang sama. Jadi dia harus berhati-hati dan menjaga sikap.^^^
"Mobil saya belum dikirim. Jadi mulai besok, pindahkan mobilmu ke tempat parkir staf. Kta akan sering pakai mobilmu untuk tugas di luar." Lianty meminta demikian, sebab mobilnya masih dipesan kakaknya.
"Baik, Bu. Silahkan." Rally membuka pintu belakang dan mempersilahkan Lianty masuk ke mobil.
"Terima kasih. Jalan pelan saja. Saya mau konsentrasi baca dokumen yang tadi kau kasih." Lianty berusaha agar bisa memanfaatkan waktu semaksimal mungkin, agar waktu di rumah bisa digunakan bersama Felix.
"Baik, Bu." Rally mengerti maksud bossnya.
Lianty juga berusaha mengenal asistennya dengan baik, sebab mereka akan sering bersama. Dia yakin, Rally adalah orang kepercayaan Papahnya dan memiliki kemampuan yang mumpuni, sehingga Papahnya memberikan dia untuk membantunya di pemasaran.
...~°°°~...
Beberapa waktu kemudian, mereka tiba di Mall. Lianty bersama Rally menuju lokasi. "Rally, berikutnya, kita yang akan pilih tempat untuk promosi. Lokasi sekarang kurang strategis. Tidak banyak pengunjung Mall lewat sini, kecuali yang mau ke Swalayan." Lianty langsung mengevalusi setelah melihat lokasi stand yang kurang strategis.
"Iya, Bu. Lokasi ini terpaksa diambil, karena terlambat ajukan proposal kepada management Mall. Sudah keduluan pihak dealer mobil." Rally menjelaskan sambil berjalan di samping Lianty.
"Nanti dievaluasi lagi. Kita jangan jalan bersama, saya mau lihat-lihat." Lianty tidak mau para pegawai yang sedang bekerja terganggu atas kehadirannya.
"Silahkan, Bu." Rally mempersilahkan dan berhenti melangkah. Namun dia terus memperhatikan yang dilakukan Lianty.
Lianty melangkah sambil melihat-lihat lokasi. "Jeng, Anty?" Tiba-tiba ada suara yang menyapa, membuat Lianty berhenti dan menengok ke sumber suara.
"Oh, Bu Dessy. Apa kabar?" Lianty tersenyum dan menyalami.
"Puji Tuhan. Baik. Jeng Anty sendiri apa kabar? Tadi ibu hampir gak kenal, loh." Bu Dessy tersenyum senang, sebab orang yang disapa adalah benar yang dikenal.
...~°°°~...
...~●○♡○●~...