Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.
Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.
Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.
Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?
Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilamar
Menyusun pernikahan tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meski kucuran dana mengalir deras bagai dosa-dosa othor yang tak terhingga, tapi kesemrawutan itu bukan melulu soal dana tapi kesiapan mental keduanya, terutama Deepika.
Dia sayang sama Abhi tapi kesusu (buru-buru) nya itu lho, kayak orang ngejar setoran nggak sih? Meski perasaan carut marut, Deepika berusaha tetap bekerja dengan seprofesional mungkin. Menampilkan senyum paling indah, suara paling ceria, semangat berkobar menyala-nyala, candaan di setiap tutur katanya, semua itu menipu jutaan pendengar setia seorang Deepika Yora yang sebenarnya sedang galau gundah gulana!
"Kau liat itu si Dee? Macam ayam lagi mikir besok mau disembelih saja. Bengong mulu ku liat dia dari tadi." Harvey menyenggol bahu Juan.
"Biasa aja kok bang. Abang kali yang terlalu perhatian sama Dee. Eaaaa naksir ya bang, tapi Dee udah punya laki bang. Pengacara lakinya hahaha." Juan cengengesan sambil makan pisang goreng lumer yang dia pesan secara daring.
"Alamaaaak mulut kau Ju Ju, tak cukup apa cuma ditabok pisang goreng? Minta ditabok sandal orang sekelurahan hah? Aku mana ada naksir naksir sama si Dee. Bocah itu sudah ku anggap adek sendiri! Sama pula lah seperti kau. Habisin itu pisang, lapar bikin pala kau tak bisa berpikir jernih rupa-rupanya!" Harvey bersungut-sungut.
"Hahaha.. Canda kali bang. Elaaaah.. Serius amat sih. Apa karena, seminggu turun ujan bikin kamu nggak punya stok cangcutt ya bang nyampe sensitif gitu hahaha."
"Soal cangcutt ku, tak usah lah kau bantu ikut mikir. Ku potong itu ujung plastik indomarett, ku taliin atasnya pakai rafia, ku pasin ukurannya! kelar sudah masalah persemvakan!"
Keduanya tertawa. Entah ilmu dari mana itu si Harvey hingga bisa sekreatif itu. Jelas di sini author tak ikut campur tangan. Bagian Harvey ngomong jelasin tentang penutup onderdilnya terbuat dari bahan plastik minimarket daur ulang itu yang ngetik tetangga samping rumah, biasa dipanggil Caca. Hujat saja dia!
Perbincangan renyah dan hangat antar kru dan orang-orang di sana selalu terjadi dan mengalir gitu aja di tempat Deepika bekerja. Deepika sekilas memperhatikan interaksi semua teman-temannya di ruang kerja, tiba-tiba segaris senyum tertarik. Deepika bersyukur dikelilingi orang-orang yang humble dan peduli dengan dirinya.
"Mbak Deepika, ada yang nyariin di depan." Ucap seorang OB yang memberi tahu adanya tamu untuk Deepika.
Sambil berjalan, Deepika bertanya. "Siapa mas?"
"Yang biasa antar jemput mbak Deepika itu lho. Pacarnya ya mbak?" Ini OB satu kepo sekali.
"Calon suamiku." Deepika berjalan cepat sedikit berlari sambil menjawab pertanyaan OB tadi.
"Demi apa? Tadi mbak Deepika bilang itu calon suaminya??? Ya Allah.. Jodohnya kok gampang banget ya. Lha aku, dari baligh nyampe setua ini pacaran barang sekali pun nggak pernah. Ya salam... Di mana letak keadilan itu berada??" Wajahnya melas banget. Besok biar dicariin jodoh othornya langsung gandeng 5 pak OB, tenang aja!
Di depan kantor radio.
"Mas." Deepika terengah-engah.
"Nggeh. Ngapain lari-lari?" Abhi menyambut kehadiran Deepika.
"Takut mas nunggu lama. Mau makan di mana mas? Oiya aku belum ambil tas, mas tunggu di sini bentar nggak apa-apa? Eh tapi nggak ah.. Tas juga nggak ada apa-apanya." Kembali cerewet seperti bajaj kelebihan beban muatan.
"Di sini aja. Aku udah beli makan siang buat kamu, boleh kan makan di situ?"
Abhi menunjuk dengan dagu payung besar dengan empat kursi di bawahnya. Payung payung besar itu memang sengaja ditempatkan di sisi samping dekat dengan area parkir. Banyak karyawan yang memanfaatkan payung-payung tersebut untuk berteduh kala hujan atau hanya bersantai tanpa melakukan apapun selain menggerakkan jari pada layar ponsel masing-masing.
"Boleh. Yok!" Deepika memimpin jalan.
Tanpa dia sadari ada genangan air yang terinjak oleh langkah lebarnya. Tentu saja endingnya bisa ditebak oleh pemirsa semuanya, dia nyaris terjatuh karena terpeleset jika tangan kekar Abhi tidak sigap menariknya.
Kaget. Deepika bahkan ngeri jika tadi tubuhnya benar-benar berakhir di genangan air yang berlumpur itu. Bukan kotornya yang dia takuti tapi malunya itu lho, bisa nyampe akhir tahun tetep jadi bahan omongan netizen!
"Hati-hati jalannya. Nggak ada orang yang bakal rebut aku dari kamu. Santai aja." Ucap Abhi sambil memegang kedua pundak Deepika.
Detak jantung Deepika sudah berdendang riang dengan backsound lagu yang menghentak jiwa raga... 'Don't you want me like I want you, baby? Don't you need me like I need you now? Sleep tomorrow, but tonight go crazy
All you gotta do is just meet me at the...' Terusin sendiri!
"Iya mas."
Deepika menunduk. Kali ini Abhi menautkan tangannya demi menjaga si gadis yang super energik itu agar tidak kembali kepleset dan berakhir nyungsep dengan rasa malu semalu malunya.
Ada satu porsi ayam geprek, corn dog mozzarella empat buah, strawberry yang merah merona di dalam cupnya, dan es kuwut sebagai penutup hidangan yang Abhi belikan untuk Deepika. Mata Deepika langsung berbinar terlihat ketertarikan pada setiap menu yang dibelikan mas pacar untuknya.
"Kok ayam nya cuma seporsi mas. Mas nggak makan?" Deepika bertanya.
Abhi menggeleng pelan. "Lho, kenapa? Ah nggak asik, masa aku makan sendirian." Lanjut Deepika.
"Mau barengan? Ini cukup banget buat kita berbagi mas."
"Kamu aja Deep. Aku puasa."
Deg
Deepika tertegun. Dia nggak tau jika pacarnya itu setaat itu pada agamanya. Di jaman sekarang, meski katanya beragama tapi denger adzan aja masih pada asik selonjoran. Eh apa novel ini berubah genre jadi religius? Enggak. Othor emang kadang segabut itu ngetikin intro.
"Kenapa? Makan aja. Nggak usah melongo gitu. Makin jelek. Abis makan aku mau ngomong sama kamu." Terang Abhi.
"Ya udah ngomong sekarang aja. Aku bisa mam nanti kok, iiih mas... Harusnya kalo lagi puasa tadi nggak usah ke sini. Udah jaraknya jauh, capek, kekuras itu tenaga mu mas mas." Keluh Deepika tak enak hati.
"Ya udah kalo nggak mau makan. Aku juga nggak jadi ngomong."
"Lho kok gitu?? Iya iya aku makan, huuh. Maaf lho mas.. Aku kok berasa jadi setan yang godain kamu. Eh.. Ngomong-ngomong, kenapa mas puasa? Bayar utang di bulan Ramadhan ya? Kena halangan soalnya didatengin sama si bulan? Eh nggak mungkin deng ya, kan mas cowok?"
Deepika segera memakan ayam geprek tapi sambil bersuara untuk meredakan rasa ingin tahunya.
"Makan yang bener Deep."
"Nggeh mas." Deepika kembali patuh.
Mode vacuum cleaner on. Deepika makan dengan terburu-buru. Apa itu elegan atau jaim? Ilang sudah reputasi gadis kalem dan anggun, yang ada hanya Deepika dengan segala kesederhanaannya.
Apa Abhi ilfeel melihat Deepika yang seperti itu? Tentu saja tidak! Abhi suka Deepika yang apa adanya. Bisa menjadi dirinya sendiri tanpa merubah atau menutupi sifat dan sikap asli dari gadis itu meski mereka sudah berpacaran. Deepika bisa menyesuaikan diri di manapun mereka berada. Tidak malu makan di warung pinggir jalan atau di penjual gerobakan, dan tidak malu-maluin diajak candle light dinner di restoran. Stylenya menyesuaikan tempat kencan!
"Sampun!"
Deepika mengebrak meja membuat Abhi yang tadinya melihat ke arah jalan raya jadi kaget oleh ulah pacarnya.
"Pinter. Kenyang?"
"Pool! Eh.. Maaf mas." Spontan aja Deepika berucap. Dia lupa jika pacarnya lagi puasa.
"Kenapa mas puasa? Oiya tadi mas mau ngomong apa?" Mulai deh cerewetnya. Mentang-mentang abis isi bahan bakar.
"Aku lagi berusaha merayu Allah, agar doaku dikabulkan."
Detik itu juga Deepika diam mengunci mulutnya ketika mendengar Abhi bicara. Teduh banget didengernya.
"Emang mas lagi pengen apa dari Allah? Aku kalo doa lama banget dikabulkannya, malah kadang aku mikir doaku jarang dikabulkan. Aku pernah mikir kalo Allah pilih kasih sama ku."
Sorot mata Abhi melembut. Dia sedikit tersenyum, pasti sekarang Deepika lagi salting brutal.
"Deep.. Jika setiap doa dikabulkan dengan cepat, kita tidak akan pernah tau nikmatnya merayu Allah di sepertiga malam. Kamu tanya apa yang sekarang aku inginkan?"
Deepika mengangguk cepat.
"Kamu." Jawab Abhi dengan tone deep voice yang dia punya.
'Aduuuuh... Yang kayak gini yang aku mau ya Allah. Tolong kasih juga satu buat othornya. Pokonya yang model-model mas Abhi gini. Nggak muluk-muluk doa ku ya Allah, segera tumpukin namaku di atas namanya di kartu keluarga! Aamiin paling kenceng pake toa masjid!'
Terimakasih untuk doa nya Deepika. Othor pasti jingkrak-jingkrak bacanya.
"Deep.."
"Dalem mas."
"Nanti pulang kerja jam berapa?"
"Jam 5 mas. Kenapa?"
"Nanti aku jemput pulangnya. Aku mau ngajak kamu cari cincin buat kamu."
Ngeblush. Deepika mengangguk patuh.
"Oiya tadi mas mau ngomong apa?" Tanya Deepika malu-malu.
Abhi terlihat mengendorkan ikatan dasinya. Seorang Abhi bisa gugup juga ya?
"Deepika Yora, kamu mau nikah sama aku?"
Tolong siapapun tabok pipi othor kuat-kuat biar dia sadar kalo ini bukan mimpi? Aaaah pengen jerit-jerit rasanya!
"Mauuuu. Aku mau mas. Ayo, gasss!"
Abhi meraih tangan kanan Deepika, gadis itu hanya diam dengan hati berdetak kencang. Dia pikir tangannya bakal dicium tapi... Sebuah bolpoin dikeluarkan, Abhi dengan iseng menggambar simbol berbentuk cincin di jari manis Deepika.
"Lho eh.." Kata Deepika kebingungan.
"Ini dulu. Aslinya tak kasih nanti sore." Ucap Abhi full tampan!
"Kalo gitu, siniin tangan mas Abhi. Mas juga kudu pake cincin dari aku." Ketularan nggak waras, entah niru siapa..
Dengan perasaan bahagia ribuan persen, Deepika sampai gemetaran memegang tangan Abhi. Abhi hanya terkekeh pelan melihat tangannya dibuat mainan oleh Deepika.
"Mas.."
"Dalem."
"Kalo sentuh-sentuhan gini nggak bikin batal puasa mas Abhi kan?"
"Nggak Deep. Kamu cuma nyentuh pergelangan tangan, bukan pergelangan pentungan. Aman!"
Eh eh.. Apa apa?
______
FYI: Terus bantu othor dengan like dan komen sampai bab 40 ya gengss.. Biar semua yang saya kerjakan di sini tidak sia-sia! Terimakasih untuk bantuan kelian semua. Sehat selalu dan tetap waras di dunia yang makin tidak baik-baik saja!
mupon Tis, jgn trs terpaku sama Abhi yg sampe kapanpun tak akan bisa kamu raih
minta nyusul si Kuncup nginep di hotel prodeo keknya
emang lalat doyan ya
kepo banget pengin ikut nimbrung juga tu lalat
sukanya ngorek2 sesuiti yg bikin sakit, bikin luka
untung aja pasanganku laki2, bukan wanita🥶😅, karena wanita itu rumit, ribet
udh tau bakalan sakit ttp aja dia bahas, hingga ujung2nya ribut
tapi pereda keributan paling ampuh bwt pasangan suami istri biasanya gak jauh2 dari urusan 31++
mungkin awalnya dgn emosi, tapi biasanya berakhir dgn Ter menggeh2 bareng
konon katanya lho Ituuuu 👉👈