"Oke, aku mau menikah dengan Kiara," putus pria.
"Alhamdulilah, aku sangat bahagia Bang mendengar keputusan kamu. Kak Ara pasti sangat bahagia karena bisa menjadi istri Abang," balas gadis itu dengan senyum sumringah, ia bahagia karena Kakak sepupu kesayangannya bisa menikah dengan pria yang dicintainya.
"Tapi aku ada syarat yang harus kamu lakukan."
"Katakan apa syaratnya Bang, aku bakal ngelakuin apapun agar Abang mau menikah dengan Kak Ara."
"Aku mau kamu jadi istriku, aku mau kamu menjadi istri pertamaku. Kiara tetap akan aku nikahi, tetapi dia akan menjadi istri keduaku." Mendengar ucapan dari pria yang ia panggil Abang barusan, jelas gadis itu kaget sekali. Bagaimana bisa punya ide gila seperti itu.
"Aku mau, Bang," putus gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
"Maaf, aku nyusahin banget ya?"
"Enggak kok, jangan merasa gitu. Aku enggak merasa disusahin kok, cuma lain kali. Aku enggak akan bisa pulang lebih cepat lagi, jadi aku minta banget sama kamu. Keadaan kamu tetap stabil ya, biar aku juga kerjanya enak." Digo tidak tahu, apa benar ia berkata seperti itu pada Kiara. Apakah akan berdampak ke kesahatan Kiara?
"Iya, Mas. Aku akan berusaha kok, baik-baik aja terus dan berusaha cepat sembuh. Aku pengen cepat pulang dari rumah sakit, biar bisa tinggal sama kamu, Mas." Digo bersyukur, Kiara bisa mengerti dirinya, tidak marah padanya karena perkataannya tadi.
"Bagus, kamu memang harus semangat untuk sembuh. Semua yang sayang sama kamu, berharap kamu cepat sembuh bisa beraktivitas seperti biasa lagi."
"Oh iya, Mas. Emang kerjaan kamu enggak bisa dipindah ke sini aja? Biar enggak jauh-jauh, aku kasihan sama kamu, Mas. Kalau harus bolak-balik terus-terusan."
Sebenarnya bisa, tetapi Digo tidak akan melakukannya. Karena ia tetap harus membagi waktu untuk Kiara dan Manda.
"Maaf, enggak bisa. Aku tetap harus bolak-balik, kamu harus ngertiin aku ya," mohon Digo. Kiara mengangguk mencoba mengerti keadaan suaminya sekarang, mungkin setelah ia sembuh baru bisa ikut ke manapun suaminya tinggal.
***
Mereka berempat baru saja membayar semua belanjaannya, Manda awalnya ingin membayar semua belanjaan sahabatnya. Namun, mereka menolak karena ingin membayar sendiri-sendiri saja. Mereka juga tidak mau merepotkan Manda. Belanjaan Mandalah yang paling banyak, karena Manda membelanjakan juga untuk suaminya, adiknya tidak lupa adik iparnya juga.
"Baru pertama kali liat Manda belanja sebanyak ini," kata Sheira takjub.
"Hehehe enggak tau aja lagi pengen aja belanja, lagian bukan buat sendiri kok. Kan buat banyak orang juga, jadi wajarlah," balas Manda santai.
"Laper." Zatta mengeluh kelaparan, perutnya juga sudah berbunyi. Memang mereka sudah terlalu lama berkeliling mall untuk belanjanya, bahkan sekarang sudah sore.
"Yaudah, yuk makan dulu. Terus pulang deh," ajak Shena. Semua setuju dengan ajakkan Shena.
Saat sedang menunggu makanan mereka diantar, mereka berempat mengobrol sangat seru. Hingga tertawa.
"Btw Manda, boleh aku tanya lagi," izin Zatta. Manda mengangguk sebagai jawaban. "Masih soal yang waktu itu kita bahas di grup sih."
"Soal, aku, Mas Digo sama Kak Ara ya?" tebak Manda.
"Iya, seperti kemarin kamu boleh jawab boleh enggak. Bebas!"
"Yaudah tanya aja."
"Gimana kalau misalnya Kak Kiara, nanti sembuh? Apa kamu akan tetap menjalani pernikahan poligami ini? Kalau Kak Kiara tahu gimana respon kamu?" Zatta langsung memberikan tiga pertanyaan pada Manda.
"Aku selalu berharap Kak Kiara sembuh kok, enggak pernah mau kalau sampai Kak Kiara enggak sembuh dan ninggalin kita semua. Aku enggak pernah pernah berharap itu terjadi, ya jalani aja ini adalah pilihanku takdirku walah berat harus tetap aku jalani. Mungkin Kak Kiara akan marah, kecewa bahkan benci aku. Aku siap dengan segala resikonya, asal saat tahu Kak Kiara sudah sembuh jadi enggak drop lagi." Jawaban Manda sangat bijak, mereka bertiga sangat kagum pada sahabatnya itu.
***
Satu minggu kemudian.
Manda terkejut, suaminya pulang dari singapure dengan wajah yang sangat pucat. Manda dengan sigap memapah suaminya sampai ke dalam kamar.
Manda merebahkan tubuh suaminya ke kasur, ia memegang dahi suaminya memeriksa suhu tubuh suaminya dengan tangan dulu. Lalu kemudian dengan termometer. Manda kaget, suhu tubuh suaminya ternyata sangat panas. Ia segera mengambilkan air hangat untuk mengopres.
Setelah mengopres suaminya, Manda tak lupa menelfon dokter. Ia berusaha sebisa mungkin agar tidak terlihat panik, karena kalau dirinya panik malah akan ribet semua.
Manda tidak tega melihat kondisi suaminya yang sedang sakit, dokter datang untuk memeriksa Digo. Mengatakan Digo hanya demam bisa, sepertinya Digo sakit juga karena kecapek'an.
Manda sudah menduganya, gimana tidak capek. Digo baru pulang dari London, terus ke Bandung, ke Singapure, ke Jakarta balik lagi ke Singapure. Sekarang ke Jakarta, Digo di sana juga tidak bisa istirahat dengan nyaman.
Dokter memberikan obat untuk Digo, lalu berpamitan pulang.
"Cepet sembuh ya, Mas. Aku enggak suka suamiku sakit enggak berdaya seperti ini," kata Manda lalu mencium pipi suaminya. Manda ke dapur untuk membuat bubur.
Bubur spesial sudah siap, Manda membawanya ke kamar.
"Mas bangun yuk, makan dulu. Aku sudah bawa bubir spesial nih, abis itu Mas minum obat. Kalau mau tidur lagi enggak papa, kalau udah minum obat," ujar Manda sangat lembut. Digo mencoba membuka matanyaa perlahan, walaupun terasa berat sekali.
"Sayang," panggil Digo lemah.
"Iya, Mas." Manda membantu Digo untuk menyenderkan tubuhnya.
"Suapin ya?"pinta Digo, setelah melihat bubur spesial yang ada di nakas, sepertinya buatan Manda.
"Iya." Manda mengambil buburnya di nakas, memeriksa buburnya masih panas atau tidak. Ternyata hanya masih hangat, Manda menyuapi suaminya dengan telaten sampai buburnya habis. Memang di lidah Digo, semua makanan yang ia telan rasanya sangat pahit. Namun, karena tahu sang istri yang membuatkan buburnya. Jadi Digo berusaha menghabiskannya tanpa sisa.
Manda membantu Digo minum obat, saat akan membawa mangkuk bekas buburnya keluar. Digo malah menarik tubuh Manda ke pelukkannya. "Jangan ke mana-mana, Mas butuh kamu sayang."
Manda akhirnya diam saja pasrah, toh memang Digo adalah suaminya sah. Jadi terserah Digo mau melakukan apapun padanya.
***
Digo terbangun, tubuhnya udah agak enakkan. Ia memperhatikan sang istri juga tertidur di pelukannya. Digo iseng menciumi seluruh wajah istrinya, hingga Manda terbangun.
"Mas udah bangun?" Digo mengangguk sebagai jawaban.
"Mas butuh sesuatu?" tanya Manda lagi.
"Mas butuhnya kamu, sayang." Manda mengerti arah pembicaraan suaminya ke mana, ia pasrah. Namun, ia juga khawatir. Karena suaminya kan juga sedang sakit.
"Aku udah enggak papa, sayang. Mau ya." Manda mengangguk.
Setelah melakukan hubungan suami istri, mereka berdua mandi bergantian. Digo memang keadaan sudah lebih baik.