Seorang pria membangun perusahaannya dengan tujuan mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin. Namun, semakin banyak uang yang dimilikinya, semakin tinggi kesombongannya. Pada akhirnya, kesombongannya menjadi kehancurannya. Ia dijatuhkan oleh perusahaan lain dan kehilangan segalanya.
Namun. Ia bereinkarnasi ke dunia kultivasi sebagai seorang Summoner, dengan kemampuan memanggil makhluk-makhluk luar biasa. Di dunia baru ini, ia didampingi oleh seorang Dewi yang setia di sisinya.
Sekarang, dengan segala kekuatan dan kesempatan yang dimilikinya, apa yang akan menjadi tujuannya? Apakah ia akan kembali mengejar kekayaan, mencari kedamaian, atau menebus kesalahan dari kehidupan sebelumnya?
Up suka-suka Author!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran Ling'er
Setelah kejadian itu, aku dan Ling’er bersiap untuk pulang. Kami mulai berjalan perlahan meninggalkan tempat itu. Namun, beberapa menit kemudian, aku merasakan sesuatu yang aneh. Dalam kesadaran spiritualku, Elang Api yang sudah kusegel jiwanya tampak kembali memberontak. Tubuhku mulai terasa panas, seolah terbakar dari dalam.
Rasa sakit yang menjalar membuatku terhenti. Dari punggungku, aku merasakan sesuatu tumbuh—sayap berwarna merah yang perlahan mulai terbentuk. Saat sayap itu semakin besar, rasa terbakar juga semakin menjadi-jadi. Tubuhku seolah diselimuti api.
“Aghhh!!” Teriakanku menggema, membuat burung-burung kecil berterbangan ketakutan.
Ling’er segera mendekat. Dengan ekspresi tenang, dia memegang wajahku, menyalurkan Qi Yin Dingin ke tubuhku untuk meredakan rasa sakit. Meski rasa terbakar sedikit berkurang, proses ini berlangsung lama—hampir dua jam penuh aku bergulat dengan rasa sakit yang luar biasa. Setelah semuanya selesai, aku ambruk ke tanah, tubuhku penuh luka bakar.
Ling’er berjongkok di sampingku dan mulai menyembuhkan luka-lukaku. Aku tidak bisa berkata apa-apa, hanya terbaring kelelahan sebelum akhirnya tertidur.
---
Ketika aku terbangun, malam sudah tiba. Di sebelah kanan, agak jauh dariku, Ling’er tampak sedang duduk santai di dekat api unggun kecil yang dia buat.
“Oh, kau sudah bangun?” katanya sambil menoleh. “Kurasa kita harus bermalam di sini malam ini.”
“Ah… maaf. Karena aku, kau jadi harus bermalam di sini.”
Ling’er melambaikan tangannya santai. “Lupakan itu. Kau sepertinya cukup beruntung hari ini.”
“Beruntung?” Aku mengangkat alis.
“Kau mendapatkan senjata roh terbang. Tidak semua orang bisa mendapatkannya.”
“Senjata roh terbang?” tanyaku penasaran.
“Senjata roh biasanya berasal dari jiwa hewan roh tingkat tinggi. Elang Api itu memilikinya, dan kau berhasil memurnikannya.”
Aku tersenyum bangga. “Sudah kuduga menyerang Elang Api adalah keputusan yang tepat. Haha!”
Ling’er mendengus kecil. “Jangan terlalu senang dulu. Kau hanya beruntung. Kalau aku tidak ada di sini untuk menyalurkan Qi Yin Dingin ke tubuhmu, mungkin sekarang kau sudah jadi abu.”
“Hehe… aku benar-benar bersyukur membawamu kemari. Hari ini memang keberuntunganku!”
Namun, di balik rasa senang itu, aku tahu satu hal: aku tidak bisa selalu bergantung pada Ling’er. Jika hal seperti ini terjadi lagi dan dia tidak ada di sisiku, aku mungkin akan mati. Aku harus menjadi lebih kuat.
---
Ling’er tiba-tiba berdiri. Dia mematikan api unggun yang sebelumnya dia nyalakan untuk menerangi tempat kami bermalam.
“Ada apa?” tanyaku penasaran.
“Jangan banyak tanya. Ikuti aku,” jawabnya singkat sambil menarik lenganku, membawaku ke balik semak-semak.
“Hey, apa yang kau lakukan?” protesku, tapi Ling’er langsung menutup mulutku dengan tangannya. Dari tangannya, aku bisa mencium aroma wangi yang lembut. Parfum? Sepertinya parfum yang dia beli bersama Nona Yin beberapa waktu lalu. Untuk sesaat, aku hanya diam, menikmati aroma itu.
“Lihat ke sana,” bisiknya pelan.
Dari balik semak-semak, aku melihat sekelompok orang berjalan masuk ke dalam hutan. Mereka semua mengenakan pakaian biru, dan dua orang di depan tampak memimpin kelompok itu.
“Mereka mencari hewan roh, ya?” gumamku.
“Bukan,” Ling’er menjawab dingin. “Mereka adalah iblis yang sedang menyamar.”
“I-iblis? Bagaimana kau tahu?” tanyaku dengan suara setengah berbisik.
Ling’er menutup mulutku lagi. “Diam, jangan berisik! Aku juga iblis, jadi aku bisa mengenali keberadaan mereka.”
Aku menatap Ling’er dengan heran. “Apa mereka kuat?”
“Mereka semua lebih lemah dariku,” jawabnya tenang. “Tapi sepertinya mereka datang karena merasakan Qi-ku yang tersebar saat aku menyalurkan Qi ke tubuhmu tadi. Aku sudah lama melarikan diri dari Kekaisaran Iblis, jadi mereka mungkin mencariku.”
“Melarikan diri? Kenapa?” tanyaku penasaran.
Ling’er terdiam sejenak, lalu berbicara dengan nada pelan. “Ayahku… atau lebih tepatnya Kaisar Iblis yang sekarang, menginginkan tubuhku. Dia orang yang sangat mesum, dan aku sama sekali tidak menyukainya. Aku berhasil melarikan diri setelah dikejar ratusan iblis yang diperintahkan olehnya. Tapi aku terluka parah, dan harus bersembunyi di goa goblin waktu itu.”
“Jadi itulah sebabnya kau ada di sana waktu itu… Dan ayahmu itu, dia Lan Zholin, kan?”
Ling’er mengangguk. “Benar. Meski mesum, dia sangat kuat. Saat ini, kekuatannya berada di Ranah Half-Saint.”
Aku mengangguk, mencoba memahami situasinya. “Kalau begitu, kau sendiri sekarang berada di ranah apa?”
“Kaisar Suci,” jawabnya singkat.
Aku tercengang. “Beda dua tingkatan, tapi sepertinya perbedaannya sangat besar…”
Ling’er mengangguk, lalu berkata, “Kita sebaiknya pergi dari sini.”
Dia mendekat, lalu memeluk lenganku. Dengan cepat, tubuh kami berdua menghilang dari pandangan, seolah diselimuti kabut tipis. Saat kami berjalan pelan menjauh, aku hanya bisa menikmati sensasi lembut yang terasa di lenganku.
Belum, belum, siap-siap aja kulabrak bentar lagi