Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Setelah kejadian semalam aku di buat gak bisa berkutik di depan bang Tara karena malu.Ini pertama buat ku walau hanya di kecup saja karena selama pacaran dengan bang Rusli aku gak pernah sampai seperti itu.
"Kak sudah penuh" beritahu Alma karena saat ini aku sedang membuat kopi untuk ayah dan bang Tara.
"Massa Allah" kaget ku.
"Mikirin apa sih? " tanya Alma sambil mengelap air yang tumpah.
"Gak ada" Jawab ku lalu membawa kopi itu ke meja makan.
Saat sampai meja makan aku melihat bang Tara sudah duduk dan bicara dengan ayah di meja makan. Tiba-tiba jantungku berdetak lebih kencang melihat bang Tara tersenyum pada ku. Setelah menyiapkan kopi aku pun ikut duduk dan sarapan bersama namun bang Tara entah kenapa hari ini tiba-tiba usil dia malah memandangku gak tau saja kalau aku ini grogi.
"Kak,mama dengar Rianti pulang kemarin ya? " tanya mama.
"Aku gak tau ma, karena Rianti gak ngabarin juga" jawab ku.
Setelah sarapan aku dan bang Tara berangkat kerja seperti biasa. Seperti biasa juga bang Tara gak pernah mau bawa motorku dia lebih baik naik kendaraan umum dan alasannya takut jika dia gak bisa jemput.
"Pagi mbak" sapa ku saat melihat mbak Melda yang sedang bicara dengan karyawan lain.
Mbak Melda melirik ku dan itu membuat ku merasa tak enak.
"Maaf mbak Aku kesiangan" ucapku namun anehnya mbak Melda tidak tidak marah dia hanya menyuruhku untuk gabung dengan yang lain.
Mbak Melda mengumpulkan kami semua karena karyawan yang kerja semalam membuat masalah.
"Masalahnya apa sih? " tanya ku pada Indah
"Uang penjualan kurang mbak" jawab Indah membuat ku kaget.
"Terus gimana? " tanya ku.
"Ya udah ketemu dari CCTV" jawab Indah.
"Terus sekarang kita ngapain di kumpulkan disini? " tanya ku.
"Ya mungkin hanya memberi peringatan.
" Yang lain boleh bubar kecuali Erika"ucap mbak Melda membuat semua karyawan yang lain kaget dan melihat ke arah ku. Bahkan aku sudah berpikir jika aku bakal kena omel.
Namun salah ternyata mbak Melda minta aku jaga di kasir dan mengawasi karyawan yang lain. itu membuat karyawan yang kain tidka suka dan iri pada ku.
"Enak banget sih, orang baru tapi sudah di percaya sama mbak Melda"ucap salah satu karyawan yang memang dari awal aku kerja disini dia sudah gak suka.
Sorenya aku pulang dan hari ini bang Tara tidak menjemput ku karena masih ada kerjaan. Tak butuh lama aku sudah sampai dan aku bingung saat melihat sebuah mobil terparkir di depan rumah ku,aku buru-buru masuk dan ternyata itu Rianti sahabatku yang datang ke rumah.
"Erika"panggilnya dan aku pun langsung memeluknya karena sejak dia menikah baru kali ini ketemu lagi.
"Kangen"ucapnya.
"Sama"balasku.
Kami pun mulai bercerita dan bahkan Rianti sudah mendengar tentangku yang menikah dengan cara tidak baik-baik saja.
Namun saat Rianti akan pulang mama mencegahnya dan menyuruhnya untuk ikut makan. Rianti pun gak bisa nolak dan dia ikut makan malam bersama dan saat kami makan bang Tara pulang.
"Tuh suami aku pulang, bentar ya" ucap ku pada Rianti.
Aku pun langsung menemui bang Tara dan mengajaknya untuk ikut makan bersama.
"Ria, nih kenalin suami ku" ucap ku pada Rianti namun saat Rianti melihat bang Tara raut wajah dia seperti kaget den tingkahnya sedikit gugup sambil menerima jabatan tangannya bang Tara.
"Tara" ucap bang Tara.
"Rianti" balasnya.
Bang Tara pun duduk dan ikut makan namun sikap Rianti sedikit gugup dan sepertinya tidak tenang dan entah apa yang membuatnya jadi gelisah.
"Ka, aku pulang ya, udah malam juga" pamitnya tiba-tiba dan membuat aku bingung.
"Yah padahal aku masih kangen lo" ucapku.
"Em kapan-kapan aku kesini lagi" balasnya lalu pergi setelah salam pada kedua orang tua ku. Aku pun duduk kembali dan melanjutkan makan.
Setelah makan aku masuk kamar dan menyiapkan baju untuk bang Tara karena dia pasti akan mandi. Namun tiba-tiba bang Tara memeluk ku dan itu membuat ku kaget.
"Abang" ucap ku sambil melepaskan pelukannya.
"Abang mandi dulu pasti bau" ucap ku dan bang Tara nurut saja dan dia langsung mengambil baju dan handuk lalu keluar kamar untuk menuju kamar mandi.
"Duh tuh orang kenapa sih bikin jantungan saja" gumam ku sambil memegang dada ku.
"Apa aku mulai suka sama dia" ucap ku pelan lalu tersenyum.
Tak lama bang Tara masuk lagi dengan dengan wajah yang seger karena habis mandi.
"Sekarang kan kelihatan seger kalau sudah mandi" ucap ku memujinya.
"Jadi bisa dong? " tanya nya.
"Apanya bang? " bingung ku.
"Lanjutin yang semalam" jawabnya dan aku langsung teringat akan kejadian semalam.
Aku diam tidak menjawab karena bingung juga. Lalu bang Tara nunjukin buku nikah kami dan itu membuat aku kaget karena bang Tara sudah mendaftarkan pernikahan kita secara resmi. Namun saat aku hendak mengambilnya bang Tara tidak memberikannya.
"Jawab ku duku bisa gak? " tanya nya.
"Iya bisa" jawab ku karena sekarang aku bisa tenang setelah bang Tara mendaftarkan pernikahan kita.
Bang Tara setelah mendapatkan persetujuan ku dia langsung melakukan aksinya dan jantungku benar-benar tidak bisa diam karena aku benar-benar merasa takut.
"Kami diam saja biar aku yang kerja" bisik nya dan semakin membuat ku grogi.
Paginya saat hendak bangun tubuhku benar-benar sakit dan di bawah sana aku merasakan sakit namun masih bisa di tahan. Aku pun mencoba turun dari tempat tidur dengan hati-hati namun tiba-tiba bang Tara menggendong ku ke kamar mandi. Saat di luar mama melihat bang Tara menggendongku dan dia khawatir aku kenapa-napa.
"Erika kenapa? " tanya mama.
"Tadi saat bangun gak sengaja menginjak kain dan membuat dia terjatuh. " jawab bang Tara berbohong.
Mama percaya saja tapi saat aku keluar dari kamar mandi aku melihat mama tersenyum aneh membuat ku bingung.
"Mama kenapa? " tanya ku.
"Kamu baru malam pertama? " tanya mama membuat aku kaget dan membulatkan mata.
"Mama pikir selama ini kalian sudah melakukannya" lanjut mama dan aku langsung memberi kode agar mama jangan bicara lagi.
"Aku ke kamar dulu" ucap ku dan langsung kabur ninggalin mama yang tertawa.
Saat di depan pintu aku melihat bang Tara berdiri dan aku yakin dia mendengar ucapan mama.
Aku pun langsung masuk dan bang tara mengikuti ku.
"Mama ngomong apa? " tanya nya.
"Engga apa-apa" jawab ku berbohong.
"Di tau kita udah malam pertama? " tanya nya lagi.
Aku pun mengangguk.