NovelToon NovelToon
Bunga Yang Layu Di Hati Sahabat

Bunga Yang Layu Di Hati Sahabat

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: icha14

Judul: Bunga yang Layu di Hati Sahabat


Sasa dan Caca adalah sahabat karib sejak SMA. Mereka selalu bersama, berbagi impian, tawa, dan bahkan tangis. Sasa, yang dikenal lembut dan penuh kasih, melanjutkan hidupnya dengan menikahi Arman setelah menyelesaikan kuliah nya, pria yang selama ini menjadi cinta sejatinya. Sementara itu, Caca, yang masih berjuang menemukan cinta sejati, sering merasa kesepian di tengah gemerlap kehidupannya yang tampak sempurna dari luar.

Namun, retakan mulai muncul dalam hubungan persahabatan mereka ketika Caca diam-diam menjalin hubungan terlarang dengan Arman. Perselingkuhan ini dimulai dari pertemuan yang tak disengaja dan berkembang menjadi ikatan penuh godaan yang sulit dipadamkan. Di sisi lain, Sasa merasa ada sesuatu yang berubah, tetapi ia tak pernah membayangkan bahwa sahabat yang paling dipercayainya adalah duri dalam rumah tangganya.

Ketika rahasia itu terungkap, Sasa harus menghadapi penghianatan...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon icha14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kebenaran yang tersingkap

Pagi itu, Sasa memutuskan untuk menemui seorang teman lamanya, Rina, yang ia kenal sebagai seseorang yang selalu bisa memberikan pandangan objektif. Mereka bertemu di sebuah kafe kecil yang tenang. Sasa memilih tempat di sudut ruangan, berharap bisa berbicara tanpa terganggu oleh suasana sekitar.

“Ada apa, Sa? Suara kamu di telepon kemarin kayak orang kebingungan,” tanya Rina langsung, tanpa basa-basi.

Sasa mengaduk kopi di depannya tanpa minat. “Aku enggak tahu harus mulai dari mana, Rin. Tapi... aku rasa ada sesuatu yang terjadi antara Arman dan Caca.”

Rina terdiam sejenak, menatap wajah Sasa yang tampak lelah. “Kamu yakin? Jangan sampai cuma perasaan kamu aja.”

“Aku dengar mereka bicara di kantor Arman. Caca bilang sesuatu seperti ‘kita harus berhenti.’ Suaranya penuh emosi, Rin. Aku... aku enggak tahu apa yang mereka maksud, tapi aku enggak bisa berhenti mikirin itu.”

Rina menghela napas panjang. “Sa, sebelum kamu menyimpulkan sesuatu, kamu harus cari bukti. Kalau enggak, kamu cuma akan menyiksa diri sendiri dengan asumsi.”

Sasa mengangguk pelan. Ia tahu Rina benar. Selama ini, pikirannya terus berkecamuk tanpa arah, tetapi ia belum memiliki keberanian untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Jadi, aku harus gimana, Rin?”

“Mulai dari obrolan sederhana dengan Arman. Kalau dia terus menghindar, mungkin saatnya kamu cari bukti lain.”

---

Malam harinya, Sasa memutuskan untuk mencoba mendekati Arman dengan cara berbeda. Ia menyiapkan makan malam spesial, lengkap dengan lilin-lilin kecil yang menghiasi meja makan. Ia ingin menciptakan suasana yang santai dan hangat, berharap ini bisa membuat Arman lebih terbuka.

“Wah, ada apa nih? Kok romantis banget?” tanya Arman dengan senyum tipis saat masuk ke ruang makan.

“Enggak ada apa-apa, Mas. Aku cuma kangen ngobrol santai sama kamu,” jawab Sasa dengan senyuman yang ia paksakan agar terlihat alami.

Mereka mulai makan sambil berbicara tentang hal-hal ringan, seperti pekerjaan dan rencana liburan. Namun, ketika suasana mulai tenang, Sasa memutuskan untuk membahas hal yang lebih serius.

“Mas, aku mau tanya sesuatu,” ujarnya sambil menatap Arman.

“Apa itu?” Arman berhenti mengunyah, menatap Sasa dengan sedikit rasa waspada.

“Kamu masih bahagia sama aku?” tanya Sasa pelan, nyaris berbisik.

Arman terkejut dengan pertanyaan itu. “Kenapa kamu nanya kayak gitu? Tentu aja aku bahagia.”

Sasa menghela napas. “Akhir-akhir ini aku ngerasa kita... agak jauh. Aku takut ada yang berubah.”

Arman menggenggam tangan Sasa, mencoba menenangkannya. “Enggak ada yang berubah, Sayang. Aku cuma lagi banyak pikiran soal kerjaan.”

Jawaban itu membuat Sasa merasa lega, meski hanya sesaat. Namun, ia masih belum yakin sepenuhnya. Ia ingin percaya, tetapi ada sesuatu dalam sikap Arman yang terasa tidak sepenuhnya jujur.

---

Sementara itu, Caca mulai merasa tekanan batin yang semakin berat. Ia mencoba menjauh dari Arman, tetapi rasanya sulit untuk benar-benar melepaskan diri. Perasaan bersalahnya terhadap Sasa terus menghantuinya, namun ia juga tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa hatinya mulai terpaut pada Arman.

Suatu malam, Caca menerima pesan dari Arman.

“Caca, aku butuh bicara sama kamu. Tolong, ini penting.”

Caca ingin mengabaikan pesan itu, tetapi hatinya mendesak untuk membalas.

“Apa yang mau kamu bicarakan, Arman?”

Arman membalas dengan cepat.

“Kita enggak bisa terus kayak gini. Aku enggak mau nyakitin Sasa, tapi aku juga enggak bisa bohong soal apa yang aku rasain.”

Caca menutup ponselnya dengan frustrasi. Ia tahu pertemuan itu hanya akan memperumit segalanya, tetapi ia juga merasa perlu menuntaskan perasaan yang tak selesai.

---

Di hari yang sama, Sasa memutuskan untuk memeriksa ponsel Arman saat suaminya mandi. Ia tahu ini tindakan yang salah, tetapi rasa penasaran mengalahkan logikanya. Dengan tangan gemetar, ia membuka ponsel itu dan memeriksa pesan-pesan Arman.

Matanya langsung tertuju pada nama “Caca.” Ia membaca pesan-pesan itu dengan perasaan campur aduk. Awalnya hanya pembicaraan soal pekerjaan, tetapi lama-kelamaan pesan-pesan itu menjadi lebih personal.

Sasa merasa dadanya sesak. Pesan terakhir Arman membuat air matanya jatuh.

“Aku enggak bisa bayangin hidup tanpa kamu, Ca.”

Ponsel itu terlepas dari tangannya, jatuh ke sofa. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangis tanpa suara.

---

Malam itu, saat Arman keluar dari kamar mandi, Sasa sudah duduk di ruang tengah. Ia menunggu suaminya dengan wajah yang sulit dibaca.

“Mas, kita perlu bicara,” ujarnya tanpa emosi.

Arman menatap Sasa dengan raut khawatir. “Ada apa, Sayang?”

Sasa mengangkat ponsel Arman, menunjukkan pesan-pesan yang ia baca. “Ini apa, Mas? Jelasin ke aku.”

Wajah Arman memucat. Ia tidak menyangka Sasa akan menemukan pesan-pesan itu. “Sa, aku bisa jelasin... itu enggak seperti yang kamu pikirkan.”

“Enggak seperti yang aku pikirkan? Jadi kamu mau bilang apa, Mas? Kamu bilang kamu enggak bisa hidup tanpa sahabat aku sendiri. Itu apa?”

Arman terdiam, tidak mampu memberikan jawaban.

“Aku cuma mau tahu satu hal, Mas. Kamu masih sayang sama aku atau enggak?”

Arman menatap Sasa dengan mata yang penuh penyesalan. “Aku sayang sama kamu, Sa. Tapi aku juga... aku enggak tahu kenapa aku jadi seperti ini.”

Jawaban itu menghancurkan hati Sasa. Ia berdiri, matanya berkaca-kaca. “Kalau kamu enggak tahu, aku juga enggak tahu harus gimana, Mas. Aku enggak pernah nyangka kamu bisa ngelakuin ini ke aku.”

Sasa pergi ke kamar, meninggalkan Arman yang terpaku di tempat.

---

Caca, di sisi lain, tidak bisa tidur malam itu. Rasa bersalah terus menghantuinya. Ia tahu apa yang ia lakukan salah, tetapi ia juga tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa ia mencintai Arman.

Namun, setelah menerima telepon dari Sasa malam itu, ia tahu semuanya sudah berubah.

“Sasa telepon aku, Arman,” katanya ketika akhirnya bertemu dengan pria itu. “Dia tahu semuanya.”

Arman menghela napas panjang. “Aku enggak tahu harus bilang apa, Ca. Aku...”

“Kita enggak bisa terus kayak gini,” potong Caca. “Aku enggak mau jadi alasan hancurnya rumah tangga kalian.”

Arman hanya terdiam, tetapi ia tahu Caca benar.

---

Akankah mereka menemukan cara untuk memperbaiki semuanya? Atau takdir telah menentukan bahwa hubungan mereka akan berakhir dengan kehancuran?

1
Ani Aqsa
ceritanya bagus.tp knapa kayak monoton ya agak bosan bacanya..maaf y thor
Lili Inggrid
lanjut
✨HUEVITOSDEITACHI✨🍳
Wuih, nggak sabar lanjutin!
Android 17
Terharu sedih bercampur aduk.
Mắm tôm
Suka banget sama karakter yang kamu buat thor, semoga terus berkembang.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!