Ralina Elizabeth duduk tertegun di atas ranjang mengenakan gaun pengantinnya. Ia masih tidak percaya statusnya kini telah menjadi istri Tristan Alfred, lelaki yang seharunya menjadi kakak iparnya.
Semua gara-gara Karina, sang kakak yang kabur di hari pernikahan. Ralina terpaksa menggantikan posisi kakaknya.
"Kenapa kamu menghindar?"
Tristan mengulaskan senyuman seringai melihat Ralina yang beringsut mundur menjauhinya. Wanita muda yang seharusnya menjadi adik iparnya itu justru membuatnya bersemangat untuk menggoda. Ia merangkak maju mendekat sementara Ralina terus berusaha mundur.
"Berhenti, Kak! Aku takut ...."
Ralina merasa terpojok. Ia memasang wajah memelas agar lelaki di hadapannya berhenti mendekat.
Senyuman Tristan tampak semakin lebar. "Takut? Kenapa Takut? Aku kan sekarang suamimu," ucapnya lembut.
Ralina menggeleng. "Kak Tristan seharusnya menjadi suami Kak Karina, bukan aku!"
"Tapi mau bagaimana ... Kamu yang sudah aku nikahi, bukan kakakmu," kilah Tristan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17: Dunia yang Berbeda
"Kakakmu sedang mencoba gaunnya. Ayo ikut aku!" ajak Tristan.
Ralina melangkah membuntuti Tristan. Pandangan matanya sibuk memperhatikan deretan gaun-gaun indah yang berjajar di sepanjang lajur yang dilewatinya. Matanya seakan termanjakan oleh maha karya yang indah itu. Rasanya ia juga ingin memiliki satu yang seperti itu saat menikah nanti.
Tiba-tiba ia tersenyum membayangkan jika ia menikah dengan Ares. Entah seperti apa pernikahan mereka nanti.
"Kalau kamu mau mencobanya, coba saja!"
Lamunan Ralina buyar oleh kata-kata yang dilontarkan Tristan. Tanpa sadar tangannya memegang-megang sebuah gaun pengantin berwarna putih yang menarik perhatiannya.
"Ah, tidak ... Untuk apa juga aku mencoba. Yang mau menikah kan kakakku," jawab Ralina dengan nada gugup.
Tristan mengulaskan senyum. "Tidak akan ada yang melarangan kalau kamu mau memakainya. Perlu aku panggilkan pelayan untuk membantumu mencobanya bersama Karina."
"Jangan!" tolak Ralina. Ia menjadi malu sudah membuat lelaki itu salah paham.
"Ayo kita duduk di sana menunggu Kak Karina!" ajaknya.
Ralina melangkah lebih dulu menuju tempat yang disediakan untuk melihat calon pengantin yang sedang mencoba gaunnya.
Sementara, Tristan masih tertegun memandangi gaun yang tadi dipegang oleh Ralina. Gaun itu memang cantik.
Tristan kembali berjalan menyusul Ralina yang lebih dulu duduk di sofa ruang tunggu. Ia duduk di sampingnya. Reflek Ralina bergeser menjauh saat Tristan duduk di sana.
"Kuliahmu bagaimana?" tanya Tristan.
"Hari ini sudah tidak ada kuliah, Kak."
"Kamu sepertinya masih takut denganku," sindir Tristan.
"Tidak ... Kenapa aku harus takut?" kilah Ralina dengan senyuman canggungnya.
"Mungkin hanya karena belum terbiasa."
Tristan agak tidak suka dengan sikap Ralina kepadanya. Padahal ia sudah berusaha bersikap seramah mungkin.
"Aku harap nanti kamu akan terbiasa, karena kita akan menjadi keluarga."
Tak berselang lama, tirai yang ada di hadapan mereka mulai dibuka. Karina berdiri di sana dengan riasan dan gaun pengantin yang dipilihnya. Ralina takjub melihat kecantikan kakaknya dengan gaun itu. Ia jadi membayangkan jika dirinya juga memakai gaun seindah itu.
"Sayang ... Bagaimana menurutmu?" tanya Karina dengan perasaan senang.
Tristan menjawab dengan acungan jempol.
Karina sangat bahagia bisa mengenakan gaun ratusan juta yang sangat mewah itu. Gaunnya sangat pas dengan ukuran badannya. Ia juga menyukai tema make up tajam yang sesuai dengan karakternya.
"Tuan, bisa berdiri di samping calon pengantin sebentar? Saya ingin mengambil foto kalian," pinta salah satu staf yang memegang kameranya.
"Ah. Iya. Baiklah!"
Tristan bangkit dari tempatnya dan menghampiri Karina. Tentu saja Karina sangat antusias dan menggandeng lengan calon suaminya dengan mesra. Rasa bahagianya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata memiliki calon suami setampan itu.
"Wah, kalian pasangan yang sangat serasi sekali. Siap-siap ... Satu ... Dua ... Tiga!"
Staf fotografer memberi aba-aba sembari memotret kedua calon pengantin. Beberapa kali ia juga mengarahkan gaya agar menghasilkan foto yang bagus.
Ralina di sana hanya menjadi penonton. Mereka memang cocok bersama. Apalagi kakaknya terlihat sangat bahagia.
"Permisi, layanan pesan antar untuk atas nama Pak Tristan!"
Seorang pengantar makanan tiba-tiba muncul. Ralina terkejut melihat ternyata yang mengantar adalah Ares. Hal yang sama juga dirasakan Ares melihat Ralina di sana.
"Letakkan di meja saja, Pak Tristan masih melakukan sesi foto," ucap staf butik tersebut.
"Oh, iya."
Ares berjalan membawa box makanan pesanan Tristan menuju meja di hadapan Ralina. Mata mereka saling bertemu, keduanya saling tersenyum.
"Eh, kamu Ares, ya?" celetuk Karina yang mengenali diapa pengantar makanan itu.
Ares menoleh dan menganggukkan kepala kepada Karina.
"Kamu masih jadi anak yang rajin, ya! Hebat sekali!" puji Karina.
"Kamu mengenalnya?" tanya Tristan heran.
"Tentu."
"Ares ini teman baik Ralina sejak SMA. Dia selalu menjadi saingan Ralina di sekolah. Sejak kecil dia sudah bekerja karena keluarganya kurang mampu. Hebatnya dia juga bisa masuk kampus yang sama dengan Ralina lewat jalur beasiswa."
Meskipun apa yang dikatakan kakaknya suatu kenyataan, Ralina merasa kesal mendengarnya. Tidak seharusnya kakaknya mengatakan semua hal tentang Ares.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Ralina dengan nada yang lirih.
Ares memperlihatkan senyumannya sembari melanjutkan untuk mengeluarkan pesanan Tristan dari dalam box. Ia seolah memberi isyarat bahwa ia tidak apa-apa. Namun, Ralina tahu Ares pasti merasa sedih dan terhina dengan ucapan kakaknya barusan.
"Sayang, kamu memesan banyak sekali makanan? Kita kan hanya bertiga," ujar Karina.
"Aku sengaja membeli banyak untuk dibagikan dengan para karyawan di sini juga," jawab Tristan.
"Ah ... Kamu memang selalu baik hati, Sayang," puji Karina.
"Ah, iya. Berikan tips lebih untuk Ares, ya! Dia anak yang baik. Apalagi dia teman Ralina juga. Iya kan, Ralina?"
Ralina hanya mengangguk kecil. Ia semakin tidak enak hati dengan Ares yang berusaha tenang.
"Dua puluh paket lunch box, total pesanan Anda satu juta lima ratus ribu, Pak," ucap Ares setelah selesai menata pesanan di atas meja.
"Ah, terima kasih sudah mengantarkannya."
Tristan mengeluarkan setumpuk uang baru dari dalam saku jasnya.
Ares tertegun menerima tumpukan uang yang masih tertera nominal sepuluh juta dari bank.
"Maaf, Pak. Ini terlalu banyak."
Tristan tersenyum. "Tidak apa-apa. Ambil saja sebagai tips dariku. Apalagi kamu teman Ralina."
"Tapi ...."
"Ambil saja! Calon suamiku ini memang baik!" kata Karina sembari bergelayut manja kepada Tristan.
Ares merasa bingung berada di sana. Mereka benar-benar membuatnya merasa berada di dunia yang berbeda. Entah mengapa ia jadi tersadar jika sebenarnya ia tidak cocok dengan Ralina. Dunia mereka benar-benar berbeda.
Orang kaya begitu mudah mengeluarkan banyak uang hanya untuk memberi tips. Sementara, ia bersusah payah bekerja keras hanya demi bisa mendapatkan selembar uang itu.
"Kalau begitu, terima kasih. Jangan lupa untuk mengisi review di situs restoran kami. Saya permisi dulu," pamit Ares dengan bahasa yang sangat sopan.
Para karyawan butik yang menyaksikan hal tersebut merasa kagum kepada Tristan yang sangat royal kepada pengantar makanan. Dia pelanggan pertama butik yang sampai terpikir untuk mentraktir mereka makanan.
"Ayo, kalian yang mau silakan ambil makanannya. Mari kita makan bersama," ajak Tristan.
Para karyawan langsung mendekat dan mengambil satu-satu kotak makanan tersebut. Mereka tampak kelihatan sangat senang.
"Ralina, kamu juga ambil. Kamu pasti juga belum makan siang, kan?" tanya Tristan.
"Ah, iya, Kak. Aku ambil satu," kata Ralina.
Ia sama sekali tidak merasa lapar memikirkan Ares. Bahkan makanan dari restoran paling terkenal itu tidak mampu menggugah seleranya. Namun, untuk menghargai kebaikan Tristan, ia tetap memaksakan diri untuk memakannya. Ingin sekali ia berlari keluar menghampiri Ares dan memintakan maaf atas ucapan kakaknya.
kira" kemana raliba apa diculik jg sama bobby bisa sj kn raliba dpt info dr seseorang beritahu kbradaan karina yg trnyata dibohongi jg sma orang itu krn oerginya ralina g ada yg tau knp hamin g ngejar waktu itu
tristan pdkt sama ralina ny jngan kasar"
klo g kabur masa iya tristan rela jd suami karina yg urak an demi mnjaga ralina udah dikuras uagnya msih korban raga pdhl udah menyadari klo suka sama ralina... buang " ttenagadan harta tristan
ralina kabur kemana nih
iklaskn ralina yg sudah di incar trintan dr kecil
ralina d culik jga sma karina apa ya? duuhhh ko jd ngilang2 kmna lgi ralin...,,