NovelToon NovelToon
Jejak Kode

Jejak Kode

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Persahabatan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Faila Shofa

Laila, seorang gadis muda yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu, tiba-tiba terjebak dalam misteri yang tak terduga. Saat menemukan sebuah perangkat yang berisi kode-kode misterius, ia mulai mengikuti petunjuk-petunjuk yang tampaknya mengarah ke sebuah konspirasi besar. Bersama teman-temannya, Keysha dan Rio, Laila menjelajahi dunia yang penuh teka-teki dan ancaman yang tidak terlihat. Setiap kode yang ditemukan semakin mengungkap rahasia gelap yang disembunyikan oleh orang-orang terdekatnya. Laila harus mencari tahu siapa yang mengendalikan permainan ini dan apa yang sebenarnya mereka inginkan, sebelum dirinya dan orang-orang yang ia cintai terjerat dalam bahaya yang lebih besar.

Cerita ini penuh dengan ketegangan, misteri, dan permainan kode yang membawa pembaca masuk ke dalam dunia yang penuh rahasia dan teka-teki yang harus dipecahkan. Apakah Laila akan berhasil mengungkap semuanya sebelum terlambat? Atau akankah ia terjebak dalam jebakan yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faila Shofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sandi tak terpecahkan

Hari berikutnya, kelompok Rifki kembali berkumpul di perpustakaan setelah bel pulang sekolah. Mereka telah memutuskan untuk mencari petunjuk baru untuk memahami permainan aneh yang mereka hadapi. Suasana perpustakaan sepi, hanya suara kipas angin dan sesekali derit kursi yang terdengar.

"Kita harus menemukan sesuatu," kata Rifki, membuka satu buku tua tentang kriptografi. "Mungkin ada jenis sandi lain yang digunakan."

"Aku nggak yakin kita akan menemukan sesuatu di sini," sahut Rio, menyandarkan tubuhnya di kursi. "Tapi nggak ada salahnya mencoba."

Dina, yang sedang memeriksa salah satu buku tebal, tiba-tiba berhenti dan menatap lembaran di depannya dengan alis berkerut. "Hei, aku menemukan sesuatu yang aneh."

"Apa itu?" tanya Laila, mendekat.

Dina menunjukkan halaman itu kepada mereka. Ada ilustrasi simbol-simbol aneh yang terhubung oleh garis, mirip seperti labirin, dengan sebuah catatan di bawahnya:

"Sandi Pigpen."

"Apa itu?" tanya Keysha bingung.

"Pigpen Cipher," jawab Dina sambil membaca deskripsinya. "Ini sandi yang menggunakan simbol-simbol seperti kotak dan garis untuk menggantikan huruf-huruf."

"Jadi kayak menggambar huruf?" tanya Rio, mencoba memahami.

Dina mengangguk. "Ya, tapi ini lebih rumit dari itu. Lihat, setiap huruf diganti dengan simbol tertentu berdasarkan letaknya dalam grid."

Rifki memeriksa buku itu lebih dekat. "Kalau benar sandi ini digunakan, kita harus menemukan petunjuk grid-nya dulu. Tanpa itu, kita nggak akan bisa memecahkannya."

Saat mereka sibuk membahas sandi Pigpen, terdengar bunyi dering ponsel Laila. Dia menerima pesan anonim lagi.

"Pesan baru," kata Laila dengan wajah tegang.

Pesan itu hanya berisi gambar. Mereka semua berkumpul di sekitar ponsel Laila untuk melihatnya. Gambar itu menampilkan sebuah loker dengan nomor 42 di baris kedua perpustakaan.

"Loker di perpustakaan?" gumam Rifki. "Aku nggak tahu perpustakaan punya loker."

"Mungkin itu tempat menyimpan arsip atau dokumen penting," kata Dina. "Ayo kita cari."

Mereka segera menuju ke bagian belakang perpustakaan, tempat loker-loker itu berada. Nomor 42 terletak di tengah, terlihat tua dan sedikit berkarat.

"Bagaimana cara membukanya?" tanya Keysha.

Rifki memutar-mutar kenop di pintu loker, tetapi terkunci. Mereka mencari-cari di sekitar, berharap menemukan kunci, hingga Dina menemukan sebuah catatan kecil di bawah loker tersebut.

Catatan itu hanya berisi angka: 8-5-12-12-15.

"Angka lagi," gumam Rio.

"Coba kita pecahkan," kata Laila sambil mengeluarkan catatan kecilnya. Mereka mencocokkan angka itu dengan alfabet.

8 \= H

5 \= E

12 \= L

12 \= L

15 \= O

"HELLO?" tanya Keysha bingung. "Apa maksudnya ini?"

Seketika, loker itu terbuka dengan sendirinya, membuat mereka semua mundur kaget.

Di dalam loker, mereka menemukan amplop berwarna hitam. Rifki mengambilnya dengan hati-hati, membukanya, dan menemukan selembar kertas penuh dengan simbol-simbol Pigpen Cipher.

"Ini dia," kata Dina, menunjuk kertas itu. "Sandi Pigpen."

Namun, di bagian bawah kertas, ada kalimat dalam bahasa Inggris yang membuat mereka semakin bingung:

"Solve this, and you'll know the truth."

Mereka membawa kertas itu ke meja di tengah perpustakaan dan mulai mencoba memecahkannya.

"Kita butuh waktu untuk ini," kata Rifki. "Simbolnya sangat rumit."

Mereka memeriksa simbol satu per satu, mencocokkan dengan grid yang ada di buku tentang sandi Pigpen. Setelah hampir satu jam, mereka berhasil menerjemahkan sebagian pesan:

"Hati-hati, pengkhianat di antara kalian."

"Pengkhianat?" ulang Keysha, merasa bingung. "Apa maksudnya? Siapa yang dimaksud?"

"Aku nggak tahu," kata Rifki dengan nada serius. "Tapi ini berarti kita nggak bisa percaya semua orang, bahkan mungkin di antara kita."

Ketika mereka hendak keluar dari perpustakaan, Laila menerima pesan lagi. Kali ini pesan itu berisi gambar catatan dengan tulisan tangan.

"Ini kode lagi," kata Laila, menunjukkan ponselnya.

Kode itu adalah kombinasi angka dan huruf:

T4H3E1G7R2I8D6.

Mereka semua terdiam, mencoba memahami kode itu.

"Apa maksudnya?" tanya Dina.

Rifki memperhatikan kode itu dengan seksama. "Mungkin ini menyuruh kita menyusun ulang huruf-hurufnya."

Namun, setelah mencoba beberapa kali, mereka tetap tidak bisa menemukan jawabannya.

"Ini makin aneh," kata Keysha frustrasi. "Kalau terus begini, kita nggak akan pernah menyelesaikan ini."

Laila menatap pesan itu dengan cemas. "Mungkin ini lebih dari sekadar teka-teki. Mungkin mereka hanya ingin mempermainkan kita."

"Atau mungkin ini cara mereka menguji kita," jawab Dina.

Malam itu, mereka kembali ke rumah masing-masing dengan kepala penuh tanda tanya. Pesan-pesan yang mereka terima semakin sulit, dan ancaman tentang pengkhianat membuat mereka semakin waspada.

Namun, saat Rifki sedang memeriksa ulang kertas sandi Pigpen di kamarnya, dia menemukan sesuatu yang aneh di sudut kertas. Ada tulisan kecil yang nyaris tidak terlihat:

"Cari di bawah meja guru."

Rifki langsung mengambil ponselnya dan mengirim pesan ke grup mereka:

"Aku menemukan sesuatu. Besok pagi, kita harus ke ruang guru."

Pagi hari berikutnya, Rifki, Laila, Rio, Keysha, dan Dina kembali berkumpul di sekolah lebih awal. Pesan yang ditemukan Rifki di sudut kertas sandi Pigpen memaksa mereka mengambil langkah yang lebih berani: memasuki ruang guru sebelum jam pelajaran dimulai.

"Ini ide gila," kata Rio sambil berjalan di belakang Rifki. "Kalau ketahuan, kita bisa dihukum."

"Tapi kita nggak punya pilihan lain," jawab Rifki dengan nada serius. "Kalau ini benar-benar petunjuk, kita harus mengambilnya."

Mereka berjalan dengan hati-hati menuju ruang guru. Ruangan itu masih sepi, hanya beberapa meja dengan buku berserakan dan kursi yang tertata rapi.

"Meja guru mana yang dimaksud?" tanya Keysha sambil memandang sekeliling.

"Mungkin meja yang paling sering digunakan," kata Dina, mendekati meja di tengah ruangan.

"Cepat, sebelum ada yang datang," desak Laila, berjaga di pintu.

Rifki menunduk di bawah meja guru yang disebut Dina. Dia meraba-raba permukaan kayu, hingga jarinya menyentuh sesuatu yang kasar dan tidak rata. Sebuah amplop kecil tertempel di sana dengan selotip bening.

"Ketemu!" Rifki menarik amplop itu dengan hati-hati, lalu membukanya.

Di dalamnya ada selembar kertas dengan tulisan tangan yang sangat rapi:

"Kunci jawaban ada pada cahaya yang tersembunyi."

"Cahaya yang tersembunyi?" ulang Laila dengan alis terangkat. "Apa maksudnya?"

"Mungkin ini semacam metafora," kata Dina, mencoba berpikir. "Tapi bisa juga literal. Mungkin sesuatu yang hanya bisa terlihat dengan bantuan cahaya tertentu."

Rio memandang Rifki. "Kita pernah dengar soal tinta tak terlihat, kan? Mungkin itu yang dimaksud."

"Kalau begitu, kita butuh alat untuk membuktikannya," kata Rifki sambil menyimpan kertas itu ke dalam tas. "Kita cari tahu setelah pelajaran selesai."

Sepulang sekolah, mereka berkumpul di laboratorium sains dengan alasan mengerjakan tugas kelompok. Ruangan itu kosong, hanya dihuni oleh bau bahan kimia dan alat-alat eksperimen.

"Kita butuh lampu UV," kata Dina. "Biasanya tinta tak terlihat bisa dilihat dengan itu."

Rio membuka lemari alat dan menemukan sebuah lampu kecil dengan label UV Flashlight. "Ini dia," katanya sambil memberikan lampu itu kepada Rifki.

Mereka mematikan lampu ruangan, membuat suasana menjadi gelap. Rifki mengarahkan lampu UV ke kertas yang mereka temukan di ruang guru. Perlahan, tulisan samar mulai muncul di atas kertas:

"Perpustakaan. Baris ke-7, buku ke-13."

"Petunjuk baru," bisik Laila dengan nada antusias. "Ayo kita ke perpustakaan."

Sesampainya di perpustakaan, mereka segera mencari rak buku yang dimaksud. Baris ke-7 terletak di bagian belakang, berisi buku-buku tua yang terlihat jarang disentuh.

"Buku ke-13," kata Dina sambil menghitung buku satu per satu.

Ketika dia menarik buku itu, sebuah amplop jatuh dari dalamnya. Dina memungut amplop itu dan membukanya. Di dalamnya ada selembar kertas dengan kode angka:

23-9-12-12-9-1-13.

"Angka lagi," kata Keysha dengan nada lelah.

"Tunggu," Rifki menyela. "Kita sudah tahu cara membaca ini. Cocokkan dengan alfabet."

Mereka segera mencocokkan angka-angka itu dengan huruf:

23 \= W

9 \= I

12 \= L

12 \= L

9 \= I

1 \= A

13 \= M

"William?" kata Laila bingung. "Apa ini nama seseorang?"

"Mungkin ini nama tokoh penting," jawab Dina. "Tapi siapa?"

Saat mereka masih memeriksa buku itu, tiba-tiba seorang guru masuk ke perpustakaan.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya guru tersebut dengan nada curiga.

"Kami sedang mencari buku untuk tugas, Pak," jawab Dina cepat.

Guru itu memperhatikan mereka sejenak sebelum mengangguk. "Baiklah, tapi jangan membuat keributan."

Setelah guru itu pergi, mereka segera meninggalkan perpustakaan dengan amplop di tangan.

"Kita harus mencari tahu siapa William," kata Rifki saat mereka berjalan keluar. "Mungkin ini kunci dari semua teka-teki ini."

Malam itu, mereka berkumpul di rumah Dina untuk menelusuri petunjuk tentang nama William. Mereka mencari di internet dan menemukan beberapa informasi menarik.

"William mungkin adalah nama penulis buku tertentu," kata Dina sambil menunjukkan hasil pencariannya. "Atau bisa jadi nama orang yang terlibat dalam permainan ini."

Namun, di tengah pencarian mereka, Laila menerima pesan anonim lagi. Kali ini pesannya lebih panjang:

"William tahu rahasia kalian. Temukan dia sebelum semuanya terlambat."

"Ini mulai mengerikan," kata Laila dengan nada gemetar. "Bagaimana mungkin seseorang tahu apa yang sedang kita lakukan?"

"Mungkin ini hanya trik untuk membuat kita takut," kata Rio, mencoba menenangkan.

Namun, di sudut ruangan, Rifki terlihat termenung. Dia memikirkan kemungkinan yang lebih menyeramkan: bahwa seseorang di antara mereka mungkin telah menjadi mata-mata.

"Kita harus tetap waspada," katanya akhirnya. "Jangan percaya siapa pun, bahkan diri kita sendiri."

Hari berikutnya, mereka memutuskan untuk mencari petunjuk tambahan di ruang arsip sekolah, tempat dokumen lama disimpan. Rifki merasa nama William mungkin ada hubungannya dengan sejarah sekolah mereka.

Di ruang arsip yang gelap dan berdebu, mereka menemukan sebuah kotak dengan label 1975. Di dalamnya ada beberapa dokumen tua, termasuk daftar nama-nama guru dan siswa dari masa itu.

"William Hartono," kata Dina, membaca salah satu nama di daftar itu. "Dia adalah salah satu guru di sini pada tahun 1975."

"Tunggu," Rifki menunjuk sebuah dokumen. "Lihat ini. Dia pernah terlibat dalam skandal besar sebelum akhirnya menghilang."

"Menghilang?" ulang Laila. "Apa maksudnya?"

"Menurut dokumen ini, dia dipecat karena dugaan kecurangan dalam ujian, tetapi tidak pernah ditemukan setelah itu," jelas Dina.

"Jadi mungkin dia meninggalkan sesuatu di sekolah ini," kata Rio. "Dan seseorang ingin kita menemukannya."

Saat mereka keluar dari ruang arsip, mereka mendapati amplop lain yang tergeletak di meja dekat pintu. Isinya adalah pesan pendek:

"William tidak pergi. Dia masih di sini."

Pesan itu membuat mereka semua merinding. Apa yang sebenarnya terjadi di sekolah ini? Siapa yang mengirim pesan-pesan ini, dan apa hubungannya dengan William?

Mereka memandang satu sama lain dengan ketakutan. Petualangan mereka belum selesai, tetapi ancaman yang mereka hadapi terasa semakin nyata.

1
Sylvia Rosyta
semangat up ceritanya kak 😁
¶•~″♪♪♪″~•¶
mampir kk,cerita nya juga seru
¶•~″♪♪♪″~•¶: sama-sama kk
Violence: makasih udah mau mampir
total 2 replies
𝘼𝙞𝙘𝙖𝙣_☂✓ ᴺᵉʷ ᶠᵃᵐⁱˡʸ
📌Perlkenalkan nama saya Aiko
📌Umur saya baru 2 bulan
📌Status saya anu itu lupa apa
📌Saya tidak cukup cantik tapi asyik
📌Saya dari bumi
📌Saya sedikit gila jadi jadi apa?
📌Saya manusia yang nyasar
✓✓✓
📍𝐾𝑒𝑛𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎 ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚?
𝐾𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎☞𝑑𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑖𝑡 𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖𝑛𝑎𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑟𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑖☜
📍Dihina tak tumbang,Di puji makasih bang
📍𝑆𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑢 𝑗𝑢𝑗𝑢𝑟,𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑖𝑛𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟'𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑢𝑡𝑒𝑟𝑦 𝑑𝑢𝑦𝑢𝑛𝑔
📍𝑀𝑎𝑎𝑓 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛,𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑒
"𝘿𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙞𝙖𝙥𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙖𝙗𝙖𝙧,𝙢𝙖𝙠𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣𝙡𝙖𝙝 𝙨𝙖𝙮𝙖"

🎉Jangan lupa untuk mampir🎉
Fahira •••£Sweetie Eun Xie£•••
semangat kak
Sylvia Rosyta
mampir ya kak 😊 semangat buat nulisnya 💪
Taurus girls
setangkai mawar cantik untuk mu author./Smirk/
Taurus girls: syama syama thor/Smirk/
Violence: terimakasih
total 2 replies
secret enjel
seruu kak, aku bakal bacaa sampai habis
michiie
gk paham jir
michiie
bagusssssss
Sa'diah Nur M(Sasa)_-ll
seru nih, aku suka yang teka-teki yang begini
Aulia Nur
aaahh... seru! 🥰
Aimee
Penasaran
Aimee
Misteri apa yang ada di baliknya?
miilieaa
thor...
apa rahasianya bisa nulis banyak novel?
Violence: ga ada sih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!