Seorang penulis pemula yang terjebak di dalam cerita buatannya sendiri. Dia terseret oleh alur cerita yang dibuatnya, bahkan plot twist yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya. Penasaran kelanjutan cerita ini? Ikuti lah kisah selengkapnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan_Neen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Hari pertunangan tiba. Marlin dan teman-temannya masih harus bekerja lembur demi memastikan semuanya aman hingga akhir acara.
“Ku rasa semua siap. Pintu akan dibuka satu jam lagi,” ucap salah satu rekan Marlin.
“Apa kita juga perlu bersiap?” tanya gadis itu.
“Tentu. Semua membawa pakaian formal kan?” tanya yang lain.
Semua mengangguk. Mereka lalu bergegas ke kamar mandi dan berganti pakaian, kecuali Marlin.
Dia memilih berjalan berkeliling sambil mengamati situasi. Entah apa yang dipikrkan gadis itu, namun dia terus menyusuri lorong, dan setiap ruangan yang akan dipergunakan dalam rangkaian acara.
Semua tamu akan datang dari pintu utama, tapi di sini ada penjagaan yang ketat. Pasti orang penting akan datang dari sini, batinnya saat melihat ada sekitar empat penjaga berdiri di dekat lift belakang.
Sementara itu di tempat lain, lima buah mobil sudah terparkir di depan toko bunga Aiden.
Sekitar selusin orang berpakaian serba hitam nampak berjaga di sana, dan beberapa terlihat masuk ke dalam.
Pembicaraan sengit terlihat dari wajah Aiden yang menahan emosi, dengan salah satu pria di sana yang seolah terus mengintimidasi.
“Apa perlu sampai seheboh ini? Aku bukan buronan” tanya Aiden yang tak suka dengan keberadaan mereka semua.
“Tuan berpesan untuk memastikan Anda datang ke acara. Semua sudah disiapkan di sana. Anda tinggal ikut dengan kami saja,” ucap si pengawal.
“Hah... apa aku punya cara untuk menolak? Kalian selalu mengancam ku dengan segala cara, bukan,” jawab Aiden kesal.
Tangannya terus mengepal, meski dia berusaha setenang mungkin.
“Mari ikut dengan kami. Waktunya hampir tiba, Tuan muda,” seru si pengawal.
Aiden menghela nafas sekaligus, sembari memejamkan mata sekilas, mencoba sedikit menenangkan diri.
Namun sepertinya percuma. Dia tak bisa menutupi kekesalannya terhadap perlakuan keluarga itu padanya.
Dia bahkan memukul meja saat mencoba berdiri dan melirik tajam ke arah para pengawal itu.
Pria tersebut kemudian digiring masuk ke dalam salah satu mobil, dengan masih memakai pakaian hariannya.
...🐟🐟🐟🐟🐟...
Malam hari, tepatnya pukul delapan malam, para tamu mulai berdatangan ke tempat acara.
Semua persiapan telah selesai dilakukan. Dekorasi pesta tampak begitu mewah dengan bunga segar yang membuat ruangan dipenuhi aroma segar.
Nuansa warna putih berpadu dengan merah muda mendominasi tempat tersebut.
Terlihat semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Para pelayan menyajikan hidangan, mengantarkan minuman ke meja-meja tamu, resepsionis menyambut dan memeriksa undangan para tamu.
Sementara tim dekorasi bersiaga di bagian belakang, memastikan setiap detail tetap pada tempatnya, tanpa ada kerusakan.
Namun, disana belum nampak Marlin yang sejak awal begitu antusias dengan acara tersebut.
Dia masih berada di kamar mandi. Gadis itu berdiri menghadap cermin, sembari memikirkan sesuatu.
Tatapannya kosong, meski matanya tertuju pada pantulannya di depan sana.
Ayolah, Marlin. Hanya kau yang bisa merubah ceritanya, batin Marlin meyakinkan diri.
Dia nampak menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengambil air dan membasuh wajahnya yang nampak kusut.
“Baiklah. Ayo kita lakukan,” ucap Marlin pada diri sendiri.
Dia pun keluar dari sana dan masuk ke aula besar, di mana acara berlangsung. Dia berjalan diantara meja-meja prasmanan.
Tangannya meraih sesuatu dari dalam saku. Marlin memasukkan masing-masing sebuah pil ke dalam empat gelas sampanye tanpa diketahui orang lain.
Marlin meminjam sebuah nampan dari salah satu pelayan yang lewat.
“Bisa ku pinjam sebentar? Teman-temanku belum makan dari siang. Boleh ku ambil beberapa?” tanya Marlin.
“Silakan,” sahut si pelayan.
“Terimakasih,” sahut Marlin.
Dia lalu mengambil beberapa makanan kecil dengan empat gelas sampanye tadi.
Gadis itu membawanya pergi keluar, dan berjalan menyusuri lorong ke arah belakang.
“Selamat malam, Tuan-Tuan. Ku bawakan ini untuk kalian karena sudah bekerja keras,” ucap Marlin pada para pengawal yang berjaga sejak pagi.
“Wah... terimakasih, Nona. Anda sangat perhatian,” sahut salah satu penjaga.
“Silakan diambil,” seru Marlin.
“Hei, apa tidak apa-apa? Kita sedang bertugas sekarang,” ujar yang lain.
“Hanya sedikit. Tidak akan membuat kita mabuk. Lagipula, mereka akan datang dua puluh menit lagi. Masih ada waku untuk bersantai,” sanggah pengawal tadi.
“Benar, Tuan. Ini hanya sedikit. Biar ku tinggalkan di sini. Silakan dinikmati,” ucap Marlin meyakinkan.
Dia meletakkan nampan berisi minuman, serta makanan kecil di lantai tak jauh dari lift.
Marlin kemudian pergi meninggalkan mereka semua dan menghilang di persimpangan lorong.
Namun dia tak pergi jauh, dan masih berdiri di balik tembok, menunggu obat tadi bereaksi.
Jantung Marlin berpacu begitu cepat. Dia khawatir rencananya akan gagal dan semuanya berantakan.
Ayolah... ini terlalu lama. Dua puluh menit lagi mereka akan datang. Bagaimana ini? Batin Marlin khawatir.
Gadis itu terus melihat jam tangannya dan menunggu sesuatu terjadi. Sudah hampir dua puluh menit dan para pengawal masih tak merasakan apapun.
Marlin semakin tegang.
Namun tiba-tiba, suasana menjadi sunyi. Dia pun mencuri lihat dari balik tembok dan mendapati semuanya telah tergeletak tak sadarkan diri.
Bagus, obat tidurnya sudah bekerja, batin Marlin lega.
Dia menoleh ke kanan dan kiri, mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk memukul. Ada sebuah alat pel dengan gagang yang terbuat dari besi yang cukup untuk menjadi pemukul.
Marlin membawanya dan mendekat ke arah lift. Benar saja, lift mulai bergerak naik terlihat dari penanda di atas pintu lift.
Gadis itu semakin mengeratkan pegangannya pada gagang pel, seiring berjalannya lift yang semakin naik.
Ting... tong...
Lift terbuka dan Marlin segera mengayunkan alat pel, hendak memukul orang yang ada di dalamnya.
Namun, gerakannya membeku di udara, saat melihat keberadaan seseorang di sana.
“Aiden... kau... kau sendirian?” tanya Marlin yang terkejut melihat Aiden yang naik seorang diri dari lift tersebut.
Aiden nampak masih diam dan hanya berjalan keluar dari sana. Namun, dia juga dikejutkan oleh situasi di sana yang sangat kacau.
“Apa yang terjadi di sini?” tanya Aiden.
“Sebaiknya kita jangan bicara di sini,” ucap Marlin sembari menarik Aiden, untuk bersembunyi di tempat sebelumnya.
“Apa yang kau lakukan di sini, Marlin?” tanya Aiden kebingungan.
“Aku sedang mencegah pertunangan ini berlangsung. Aku yang membuat mereka semua pingsan,” ungkap Marlin.
“Apa? Kau? Sendirian?” cecar Aiden.
Marlin hanya mengangguk sembari terus melihat situasi.
“Tapi untuk apa?” tanya Aiden.
“Ada alasan yang tak bisa kau pahami. Tapi yang jelas, aku harus gagalkan pertunangan ini. Mereka bilang, cucu Tuan Wang akan tiba dari lift itu. Jadi aku menunggu di sini sejak tadi,” ujar Marlin pada Aiden.
Entah kenapa pria tersebut menatap sendu pada gadis itu. Dia membeku sesaat.
Namun, sesuatu membuatnya tiba-tiba menarik Marlin menjauh dari tempat itu.
“Mau kemana?” tanga Marlin
“Ikut aku. Bisa bahaya jika kau masih di sini,” ucap Aiden.
Dia mengajak Marlin menuruni tangga darurat, dengan tangan yang masih tertaut.
Langkah Aiden yang cepat membuat Marlin sedikit kesulitan, namun masih bisa ia kejar.
“Kau akan terkena masalah jika mereka tau kau yang sudah membuat masalah,” ucap Aiden.
“Aku tak peduli. Ini sudah keputusanku dan tujuanku sejak awal,” sahut Marlin dengan nafas yang hampir putus karena berlari.
Aiden menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Marlin. Tatapannya tajam seolah ingin menerkam gadis itu.
Dia merengkuh pundak gadis keriting tersebut, hingga membuat Marlin mundur dan membentur tembok.
“Apa kau tak tau sebahaya apa mereka?” tanya Aiden.
Marlin diam dengan mata yang tak berpaling dari wajah tampan Aiden.
“Mereka bisa saja melakukan apapun. Bahkan yang tak kau bayangkan sekalipun, mengerti?” bentak Aiden.
“Kenapa kau baru memikirkan itu sekarang, Aiden Wang,” ucap Marlin.
Bersambung▶️▶️▶️▶️▶️
Jangan lupa like, komen, rate dan dukungan ke cerita ini 😄🥰