(Cerita dewasa🌶️)
Kisah ini, berawal dari kejadian di mana Silvia di kepun dan buru oleh keluarga besar seorang ketua Mafia, lalu mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya....
Kemudian ia diberih kesempatan kedua untuk hidup kembali, merasuki tubuh seorang menantu yang tak diinginkan....
Mau tau kisah selanjutnya?
yuk...silahkan mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35¹
...(Keesokan paginya)...
...Jarum jam menunjukkan pukul 6:00 pagi. Silvia terbangun lebih awal dari biasanya, tubuhnya terasa remuk dan pegal. Dengan langkah tertatih dan kaki gemetar akibat 'ulah' Antonio semalam, ia berjalan tanpa busana menuju kamar mandi....
"Huuffff!" gerutu Silvia kesal sambil mendengus, membayangkan kembali malam yang baru saja berlalu. "Tahu begini, aku tidak akan pernah memancingnya!"
"Pagi, Sayang," sapa Antonio dengan suara serak khas bangun tidur, membisikkan kata-kata itu tepat di telinga Silvia. Ia melingkarkan lengannya di pinggang istrinya dari belakang, lalu dengan lembut membelai leher jenjang Silvia, memberikan kecupan-kecupan kecil di sana.
"Hhhmmm... Pagi juga, Suamiku," jawab Silvia dengan suara serak pula, senyumnya merekah merasakan sentuhan lembut Antonio yang selalu membuatnya nyaman. Rasa pegal di tubuhnya seolah sedikit mereda oleh kehangatan pelukan suaminya.
"Semalam kamu membuatku hampir gila, Sayang. Seandainya—"
"Sudah cukup, Suamiku. Aku tahu apa yang kamu pikirkan," potong Silvia cepat, rona merah kembali menjalar di pipinya mengingat keintiman mereka semalam.
...Ia segera menjauh dari dekapan Antonio dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi, berdiri tepat di bawah pancuran dan membiarkan air hangat mengguyur tubuhnya....
...Silvia tahu betul ke mana arah pembicaraan Antonio. Ia bisa merasakan aura suaminya yang kembali membara. Sementara itu, tubuhnya sendiri masih terasa nyeri dan ngilu akibat 'permainan' panas mereka semalam....
"Sayang," panggil Antonio lembut, ikut melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Ia berdiri tepat di belakang Silvia, merasakan kehangatan air yang membasahi punggung istrinya.
"Kamu siap memulai 'permainan' balas dendam mu?" tanya Antonio dengan nada menggoda, menuangkan sabun cair di telapak tangannya.
"Tentu," jawab Silvia dengan senyum licik yang tersembunyi di balik mata terpejamnya, merasakan sentuhan lembut dan licin sabun cair yang mulai dioleskan Antonio di punggungnya.
...Sentuhan lembut Antonio membuat Silvia menghela napas lega, rasa nyeri di tubuhnya perlahan terlupakan oleh sentuhan penuh kasih sayang suaminya. Perlahan, kedua tangan Antonio menyelusup di antara lengan Silvia, lalu dengan lembut mengusap dan meremas kedua gundukan istrinya. Jari-jari Antonio bergerak memutar di sekitar kedua pucuk yang menegang, membangkitkan sensasi menggelitik di sekujur tubuh Silvia....
Antonio mendekatkan bibirnya ke telinga Silvia, berbisik dengan suara rendah dan posesif, "Bagus. Tapi ingat, kamu sudah menikah. Jangan sampai kamu membiarkan pria lain menyentuh pipimu, atau tanganmu." Ada nada peringatan lembut dalam bisikannya, menandakan kepemilikannya atas Silvia.
...Silvia tersenyum mendengar bisikan posesif Antonio. Ia membuka matanya, lalu memutar tubuhnya menghadap sang suami. Dengan gerakan anggun, ia mengalungkan kedua lengannya di leher Antonio, kemudian sedikit berjinjit dan mendaratkan ciuman lembut namun penuh gairah di bibir Antonio. Ia melumat bibir suaminya dengan penuh cinta dan kepemilikan....
...Beberapa saat kemudian, Silvia melepaskan lumatannya dan menatap kedua mata Antonio dengan tatapan intens dan penuh keyakinan. ...
"Semuanya milikmu, Suamiku," ucapnya dengan suara serak dan penuh penekanan. "Hanya kamu yang memiliki hak untuk menyentuhnya. Jika ada orang lain yang berani menyentuhku, atau bahkan menyentuhmu, aku tidak akan segan-segan mematahkan tangan mereka." Ada tekad membara dalam setiap kata yang diucapkannya, menunjukkan kesetiaannya yang mutlak pada Antonio.
"Tidak akan ada, Sayangku, tidak akan ada yang berani menyentuh milikku," balas Antonio dengan nada penuh keyakinan dan sedikit posesif. Secepat kilat, ia memutar tubuh Silvia hingga membelakanginya, lalu...
Jleb.
"Akh!" Kedua mata Silvia membulat sempurna, terkejut sekaligus merasakan sensasi mendalam saat merasakan kehangatan dan kekuasaan milik Antonio telah tertanam sempurna di dalam dirinya.
...Sesaat Silvia hendak melayangkan protes atas tindakan tiba-tiba suaminya, namun Antonio dengan cepat membungkam bibirnya dengan ciuman panas dan penuh gairah. Ciuman dan melumat bibirnya dengan lembut namun mendominasi, membuat Silvia kehilangan kata-kata. Pada akhirnya, Silvia hanya bisa pasrah pada gelombang kenikmatan yang kembali menyerbu tubuhnya, menikmati setiap hentakan dan gerakan yang Antonio lakukan dengan penuh cinta dan hasrat. Rasa kesalnya seketika menguap, digantikan oleh sensasi yang membakar seluruh inderanya....
...(1 jam kemudian)...
...Silvia dan Antonio menuruni anak tangga dengan langkah serasi, meskipun ekspresi wajah mereka kontras. Silvia tampak kesal dengan bibir mengerucut dan dahi berkerut, sementara Antonio tak henti-hentinya tersenyum lebar sambil merangkul pinggang ramping istrinya posesif....
"Mommy! Daddy!" seru kedua anak kembar NN serempak dengan riang. Langkah kaki kecil mereka terdengar bergegas menyambut kedatangan Silvia dan Antonio di ujung tangga. Kegembiraan terpancar jelas dari mata bulat dan senyum polos mereka.
...Melihat kedua buah hatinya yang berlari menyambut, seketika wajah Silvia yang tadinya cemberut berubah cerah. Senyum lebar merekah di bibirnya, menggantikan kekesalan yang sempat menghiasi wajahnya....
"Wah! Anak-anak Mommy!" seru Silvia riang, melepaskan diri dari rangkulan Antonio dan bergegas berlari menuruni anak tangga untuk segera memeluk kedua putranya.
...Melihat itu, Antonio langsung panik, dan ikut berlari turun, dan merangkul kembali pinggang Silvia.......
...Melihat Silvia berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa, Antonio langsung dilanda kepanikan. Ia ikut berlari turun dan dengan sigap merangkul kembali pinggang Silvia erat-erat....
"Hati-hati, Sayang," ucap Antonio dengan nada cemas, menatap istrinya dengan kekhawatiran yang terpancar jelas di wajahnya.
"Maaf," jawab Silvia sambil tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi panik Antonio. Ia tahu suaminya itu selalu khawatir berlebihan padanya.
"Mommy! Daddy!" seru kedua putra kembar mereka lagi, dengan semangat merentangkan kedua lengan kecil mereka, meminta untuk segera dipeluk.
...Tanpa ragu, Antonio dan Silvia langsung menggendong kedua buah hati mereka. Antonio menggendong Nolan, si sulung, sementara Silvia memangku Noah, si bungsu. Mereka berdua kemudian berjalan menuju meja makan. Di sana, Leon sudah menunggu, menatap mereka dengan ekspresi kesal....
"Kenapa lama sekali?" tanya Leon dengan nada sedikit merajuk, meskipun tatapannya lembut pada kedua adiknya.
"Maaf, Nak," jawab Antonio sambil tersenyum lebar, menyadari sindiran halus putranya. "Ayah dan ibumu sedikit kelelahan semalam, jadi bangunnya agak kesiangan." Ia kemudian duduk di kursi meja makan sambil memangku Baby Nolan dengan hati-hati.
"Cih! Cepat sarapan, aku sudah terlambat mengantar kedua adikku ke sekolah TK, gara-gara kalian!" Leon mendengus kesal, meskipun nada bicaranya lebih seperti gurauan sayang. Ia kemudian mulai menyantap sarapannya dengan tergesa-gesa, tak ingin membuat kedua adiknya menunggu lebih lama.
...Begitulah Leon saat ini. Kehadiran Nolan dan Noah telah mengisi kekosongan hatinya pasca-pengkhianatan Tamara. Ia menjadi sangat protektif dan menyayangi kedua adik kembarnya. Antonio dan Silvia pun tak keberatan dengan perubahan Leon, mereka justru senang melihat Leon begitu dekat dengan kedua buah hati mereka dan membiarkannya membawa si kembar ke mana pun ia pergi, asalkan tetap dalam pengawasan....
"Oh ya... Leon," celetuk Silvia tiba-tiba, memecah keheningan sarapan. "Mama dan Daddy akan sangat sibuk beberapa waktu ke depan. Mama titip mereka padamu ya."
...Leon menghentikan suapannya, meletakkan sendok dan garpunya di atas piring. Ia menatap Silvia dengan tatapan serius, menunjukkan kesediaannya untuk bertanggung jawab....
"Baiklah," jawab Leon mantap. "Aku akan menjaga mereka dengan baik. Dan itu justru lebih bagus, biar kalian tidak mengganggu konsentrasi belajar kedua adikku." Ia kemudian kembali melanjutkan sarapannya dengan tenang.
"Hei, kamu tidak sedang berencana merebut mereka dari kami, kan?" tanya Antonio sambil mengangkat sebelah alisnya, menatap Leon dengan nada bercanda namun tetap sedikit waspada.
"Kalau iya, emang kenapa?" jawab Leon santai, tanpa mengalihkan pandangannya dari sarapannya. "Papa dan Mama kan bisa buat lagi, adik yang baru." Ia menyeringai kecil, menikmati ekspresi terkejut kedua orang tuanya.
Uhuk... Uhuk... Uhuk.
...Silvia tersedak dan terbatuk-batuk mendengar jawaban santai Leon. Dalam hatinya ia bertanya-tanya, apakah Leon pikir mengandung seorang anak itu semudah membalikkan telapak tangan? Apalagi mengandung anak kembar! Ya, ia mengakui benih Antonio memang 'menggemaskan', tapi ia sampai harus menjalani operasi caesar demi melahirkan kedua putra 'gemas' itu. Proses pemulihannya pun tidak sebentar....
"Sayang, cepat minum, jangan dengarkan ucapan anak sinting itu," ucap Antonio dengan nada khawatir, segera menyodorkan segelas air kepada Silvia. Ia tahu betul betapa beratnya kehamilan dan persalinan anak kembar bagi istrinya.
...Silvia segera meraih gelas air dari tangan Antonio dan meneguknya hingga tandas, berusaha meredakan rasa terkejut dan sedikit kesal akibat ucapan Leon....
"Leon, jangan bicara seperti itu lagi," tegas Silvia dengan nada memperingatkan, meletakkan kembali gelas kosong di atas meja dengan sedikit keras.
"Lagian, Papa yang mulai," balas Leon membela diri, menunjuk Antonio dengan dagunya.
"Lho, kok aku?" Antonio menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi bingung.
"Cukup, jangan berdebat di meja makan," sela Silvia dengan nada tegas, memberikan tatapan tajam bergantian kepada Antonio dan Leon. Seketika, keduanya terdiam dan kembali fokus pada sarapan masing-masing.
...Tak lama kemudian, setelah selesai sarapan, Leon berpamitan untuk membawa Nolan dan Noah pergi. Lucunya, kedua bayi kembar itu justru terlihat lebih lengket dan manja kepada Leon dibandingkan kepada Silvia dan Antonio sendiri. Mereka tertawa riang saat digendong Leon dan melambaikan tangan kecil mereka kepada kedua orang tua mereka....
"Sayang, aku merasa sedang dirampok oleh Leon," gumam Antonio dengan tatapan kosong mengikuti kepergian mobil Leon yang membawa kedua buah hatinya. Ada nada kehilangan yang kentara dalam suaranya.
"Sayang, dengarkan aku," ucap Silvia lembut, memutar tubuh Antonio agar menghadapnya. Ia menangkup kedua pipi suaminya dan menatapnya dengan senyum penuh pengertian. "Biarkan saja. Berkat kedua adiknya, Leon jadi lebih dewasa dan berhenti bermain-main dengan wanita. Kamu mau dia kembali menjadi anak yang keras kepala dan suka berfoya-foya? Nantinya bukan hanya dia yang disalahkan, tapi kita sebagai orang tuanya juga akan ikut bertanggung jawab." Silvia mengelus pipi Antonio dengan lembut, mencoba menenangkannya.
...Mendengar kata-kata bijak Silvia, hati Antonio diliputi rasa bangga. Ia merasa sangat beruntung menjadikan Silvia sebagai ibu sambung bagi Leon, meskipun cara mereka bersatu terbilang ekstrem—merebut Silvia dari sisi putranya sendiri. Ia menyadari betapa dewasa dan penuh pengertian istrinya itu....
"Terima kasih, Sayang," ucap Antonio tulus, senyum hangat menghiasi wajahnya. Ia mendekatkan diri dan mengecup kening Silvia dengan penuh cinta dan rasa syukur.
"Ya sudah, pergilah. Kamu sudah terlambat, Suamiku," ucap Silvia lembut, mengusap pipi Antonio dengan sayang.
"Oke, sampai jumpa, Sayang," balas Antonio sambil tersenyum.
...Ia bergegas masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam yang sudah menunggunya di depan gerbang mansion sejak tadi, lalu melambaikan tangan kepada Silvia sebelum akhirnya mobil itu melaju meninggalkan kediaman mereka. Silvia menatap kepergian mobil suaminya hingga menghilang dari pandangan....
...Setelah mobil Antonio menghilang dari pandangan, Silvia bergegas menuju garasi dan mengendarai mobilnya sendiri meninggalkan mansion. Tujuannya adalah sebuah apartemen mewah yang telah ia siapkan jauh-jauh hari sebagai tempat persembunyian dan pusat operasinya dalam melaksanakan rencana balas dendamnya yang telah lama tertunda....
Setibanya di lokasi, Silvia meraih ponselnya dan mengirim pesan singkat. "Aku sudah di sini, datanglah," ketiknya, lalu keluar dari mobil dan melangkah masuk ke dalam gedung apartemen dengan tatapan penuh tekad. Roda rencana balas dendamnya mulai berputar.
...Tak berselang lama, suara deru mesin mobil sport berwarna ungu memecah keheningan area parkir apartemen. Sebuah mobil mewah berhenti dengan elegan, dan dari dalamnya keluar seorang pria dengan postur tubuh tinggi dan kekar. Ia mengenakan pakaian serba hitam, menyembunyikan wajahnya di balik masker hitam dan topi fedora yang juga berwarna gelap. Dengan langkah mantap, pria misterius itu berjalan menuju pintu masuk apartemen yang dihuni oleh Silvia, seolah telah memiliki janji rahasia dengannya. Suasana di sekitar apartemen terasa semakin tegang dan penuh misteri....
Tok, tok, tok.
Ceklek.
...Silvia membuka pintu apartemen dengan senyum misterius yang menghiasi bibirnya. Ia mempersilakan pria bertubuh tinggi dan kekar itu masuk, lalu dengan sigap mengunci pintu apartemen dari dalam....
"Aduh... Eke sangat takut, Nyonya," rengek pria tadi dengan suara melengking, nada bicaranya jauh berbeda dari kesan maskulin yang ditampilkannya saat tiba.
...Ternyata, di balik pakaian serba hitam dan topinya, bersembunyi seorang pria gemulai yang sengaja disewa oleh Antonio untuk menciptakan sebuah skandal palsu....
"Haiisss... kamu tenang saja," sahut Silvia sambil menghela napas berat dan menjatuhkan diri ke sofa.
"Antonio sudah memasang CCTV di setiap sudut apartemen ini."
"Wah, kalau begitu Eke tidak perlu khawatir dong!" seru pria gemulai itu dengan nada lega. Ia pun ikut duduk di sofa dengan gaya centil, lalu melambaikan tangannya genit ke arah kamera CCTV yang terpasang di ruang tamu apartemen. "Hai, kamera! Eke siap beraksi!" ujarnya dengan nada riang.
"Kita akan memulai semuanya tahap demi tahap, Jinya," ucap Silvia dengan nada tenang namun penuh rencana. "Dan kamu tenang saja, Antonio tidak akan marah. Ini semua bagian dari rencana kita."
"Baik, Nyonya," sahut Jinya patuh, menganggukkan kepalanya tanda mengerti dan siap melaksanakan instruksi Silvia. Ia mempercayai sepenuhnya rencana yang telah disusun oleh majikannya.
...Jinyu, atau yang akrab disapa Jinya, adalah seorang pria gemulai yang secara khusus dipilih oleh Antonio dua bulan sebelumnya. Tugasnya adalah menjadi bagian penting dalam rencana yang tengah mereka rancang. Meskipun Jinya memiliki kepribadian yang flamboyan, Antonio tidak gegabah membiarkannya berduaan dengan Silvia tanpa pengawasan. Diam-diam, Antonio telah menempatkan beberapa pengawalnya untuk menyamar dan mengikuti setiap pergerakan Silvia dan Jinya, memastikan semuanya berjalan sesuai rencana dan keamanan Silvia tetap terjaga....
(Bersambung)
...*BONUS*...
(Visual Jinya)
aku suka Antonio semoga jadian Ama silvia
pakek pengaman Ndak...?
jadi Begini... tidak sesuai dengan harapan, Seharusnya Silvia itu karakternya Wanita kuat Ahli IT, Beladiri, Ahli menggunakan senjata api/pedang Terus punya anak buah dll
judulnya apa isinya apa 🤔
....🤔🤦 terus Masuk Rumah Sakit Apa papa Antonio tidak tahu kelakuan Anaknya ya, terus begitu keluar dari Rumah Sakit langsung Beli mobil, Belanja,ke Salon... Waaaah Sungguh ceritanya bikin Traveling ke mana-mana dan semakin bikin penasaran 🙅🙆💆