Seorang gadis yang terpaksa menikah dengan ayah dari sahabatnya sendiri karena sebuah kesalahpahaman. Apakah dirinya dapat menjalani kehidupannya seperti biasanya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai tertarik
"Kami pamit balik ya Pak Buk, do'akan perjalanan kami lancar selamat sampai tujuan." Ucap Damian kepada kedua orang tuanya.
"Iya Le, hati-hati di jalan. Jangan lupa berdo'a dulu sebelum berangkat." Jawab kakek Dina.
"Ingat Le, jaga istrimu baik-baik, berilah dia kenyamanan, jangan membuat dia tertekan, meskipun dia masih muda, Ibuk percaya dia mampu dan memang jodohmu. Jangan sakiti dia. Jalani saja dulu. Seiring dengan waktu pasti dia akan bisa menyesuaikan keadaan. Juga, jaga cucu Ibuk, jangan sampai dia merasa cemburu dan kurang kasih sayang." pesan nek Arum yang dibalas dengan anggukan oleh Damian.
"Nduk cah ayu. Sekarang ini kamu bukan hanya teman cucu ibuk, juga menantu ibuk. Belajarlah terbuka ya nduk, manut kersane Gusti, jalani seperti air mengalir. Sayangi suami dan anak sambungmu. berbahagialah ya nduk." sambung nek Arum yang berganti memberi pesan untuk menantunya.
"Dan untuk cucu kesayangan simbah. Bantulah mama barumu ya nduk. Kamu juga semoga bahagia selalu."
"Iya nek, pasti." Jawab Dina.
"Kami langsung ya Pak Buk. Assalamu'alaikum," pamit Damian.
"Wa'alaikumussalam wa rahmatullah."
Mereka bertiga bergantian menyalami dan mencium tangan kedua orang tua tersebut. Lalu pergi.
.......
Mobil memasuki halaman rumah. Alhamdulillah mereka sampai dengan selamat. Damian melirik kesamping dan menengok kebelakang. Ternyata kedua gadis itu tertidur pulas. "Mereka terlihat benar-benar lelah." batin Damian. Namun, mau gak mau dia harus membangunkan mereka. Tidak mungkin kan Damian bolak balik keluar masuk untuk menggendong kedua gadis tersebut secara bergantian.
"Zaa, bangun, kita sudah sampai." Ucap Damian membangunkan Azalea dengan tepukan pelan pada lengan tangannya.
"Emmhhh,,, udah sampai ya Om." Azalea bangun sambil mengucek matanya pelan. Azalea tak kaget kalau dia pulang bukan ke rumahnya melainkan ke rumah laki-laki yang telah menjadi suaminya.
Damian pun keluar duluan dan membukakan pintu Azalea. Setelah itu gantian membangunkan anaknya.
"Dina, bangun sayang, kita sudah sampai di rumah."
Dina pun terbangun dan langsung keluar dari mobil.
Tok Tok Tok
Tak lama pintu pun terbuka dari dalam.
"Eh Den, sudah pulang." Tanya pembantu di rumah itu dan dibalas dengan anggukan oleh Damian.
"Iya Mbok, tolong bawakan barang kami masuk ya Mbok. Ada di bagasi mobil. Kami mau langsung ke kamar untuk bersih-bersih dulu, lalu tolong siapkan makan malam kami." perintah Damian yang diikuti oleh istri dan anaknya.
"Siap Den." Ucapnya singkat.
Gegas pembantu yang dipanggil Simbok itu keluar untuk mengambil barang bawaan yang ada di bagasi mobil.
"Zaa, kamu ikut Om. Dina segera masuk kamar untuk bersih-bersih." Perintah Damian.
Mereka nurut saja. Azalea langsung mengekori suaminya. Damian menuju kamar.
"Zaa, kamu tau maksud Om kan? mulai saat ini kamar kamu di sini bersama Om. Apa kamu keberatan?" Tanya Damian pada istrinya.
"Enggak Om." Jawab Azalea yang sudah tidak terlalu gugup seperti sebelumnya, kini dia mulai terbiasa meski kadang masih terasa canggung. Lagian bukan masalah besar baginya, bukankah sebelumnya dia juga sudah tidur satu kamar dengan Damian, bahkan satu ranjang.
"Hm, kamu bisa bersih-bersih duluan, nanti baru gantian Om." Ucap Damian.
"Iya Om." Azalea langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih. Dia tak ingin lama-lama karena takutnya Damian menunggu terlalu lama. Tapi, sesaat dia tersadar, dia tak membawa baju ganti di sana, hanya ada handuk. Dia mondar mandir di depan pintu.
"Aduh, gimana nih? masak aku harus keluar begini. Atau aku minta tolong Om Damian saja buat mengambilkan pakaianku. Tapi aku malu." batin Azalea, niat hati tak mau berlama-lama malah menjadi semakin lama.
Tok Tok Tok
"Zaa, apakah masih lama?" Ucap Damian sambil mengetuk pintu kamar mandi karena Azalea tidak keluar-keluar dari dalam sana.
Ceklek,
pintu terbuka sedikit. Lalu kepala Azalea nongol keluar.
"Em, Om, Zaazaa lupa gak bawa ganti ke dalam. hehe" Ucap Azalea nyengir.
Damian yang paham langsung keluar dari kamar. Membiarkan Azalea ganti terlebih dahulu. Karena jika dia ingin mengambilkan gantinya pasti dia malu. Setelah itu nanti gantian dia akan bersih-bersih.
Kini mereka berada di meja makan. Azalea pun melayani suaminya, dan mereka bertiga makan dengan tenang, tak ada obrolan apapun.
Setelah selesai makan, baru mereka mengobrol santai.
"Kalian, masuk kuliah kapan?" Tanya Damian.
"Masih 3 mingguan lagi, Pa." Jawab Dina
"Hm, masih lama ya." Ucap Damian sambil memangguk-manggukkan kepala.
Obrolan mereka ngalir begitu saja.
"Sudah malam, ayo kita istirahat, lanjut besok lagi." Ucap Damian mengajak kedua gadis tersebut untuk segera beristirahat.
Mereka pun masuk ke dalam kamar masing-masing.
Di dalam kamar.
"Zaa, besok Om tinggal kerja ya, kamu baik-baik di rumah sama Dina. Kalau butuh apa-apa sama simbok Nur aja." Ucap Damian pada istrinya.
"Iya Om." Hanya balasan singkat yang Azalea ucapkan.
"Kalau begitu, istirahatlah."
Mereka berdua pun langsung tidur, tak ada obrolan lagi, mereka terlihat lelah, tidur mereka pun nyenyak dan begitu pulas.
.......
Seperti biasa suara adzan subuh membangunkan Azalea. Dia membuka matanya, tanpa dia duga ternyata posisi tidurnya sedang memeluk perut suaminya. Dia membulatkan mata karena syok. Dia mendongak ke atas untuk melihat wajah Damian. Dia memfokuskan pandangannya, ternyata kalau diamati Damian ini meskipun sudah berumur tapi cakep juga seperti Oppa Oppa, penuh kharisma, memiliki rahang yang tegas. Sejenak dia berpikir, "Tak salah aku menjadi istrinya. Gak akan menyesal. Ah apa ini? Sepertinya aku mulai tertarik kepada suamiku ini. Ahh suami. Iya suami. hihi" Batin Azalea.
"Apa kamu begitu mengagumi Om, Zaa? sampai kapan kamu betah memeluk Om begini?" Ucap Damian secara tiba-tiba dengan kondisi masih memejamkan matanya. Sebenarnya Damian sudah bangun sebelum Azalea, tapi karena posisi tidurnya yang memeluk dirinya, alhasil dia urungkan untuk beranjak ataupun membangunkan Azalea. Ternyata tak lama Azalea ikut bangun.
Ah dasar modus ya kan?
Blusshhhh!!
Sontak Azalea kaget. Seketika wajah Azalea memerah karena malu. Ingin rasanya dia tenggelam ke dasar lautan. Dirasa Azalea akan melepas pelukannya, Damian menahannya. Azalea pun kaget.
"Tak apa, tenanglah, biarkan begini sebentar saja. Tapi, lama-lama kalau begini Om juga bisa khilaf, giaman?" Ucap Damian.
Azalea sedikit melototkan matanya namun, pasrah saja dan langsung menenggelamkan kepalanya pada dada suaminya.
Damian tersenyum "rasanya nyaman sekali." batin Damian
Damian menepati janjinya, tak lama mereka bangun dan melaksanakan kewajibannya, mereka shalat subuh berjamaah.
.......
Setelah selesai sarapan, Damian pun pamit pada istri dan anaknya untuk berangkat bekerja.
"Zaa, Om pamit dulu, kalau ada apa-apa nanti hunungin Om." Ucap Damian.
"Dih, papa. Disini kan ada Dina, ngapain minta hubungin papa, kelamaan dong. Udah nanti Zaazaa kalau ada mau apa biar sama Dina aja, Pa." Ucap Dina.
"Iya Om. Nanti, kalau ada apa-apa atau butuh apa, Zaazaa sama Dina aja. Om fokus aja sama pekerjaan Om. Di rumah juga ada Mbok Nur. Om tenang saja." Ucap Azalea.
"Noh, Pa. Dengar sendiri kan? Udah sih Papa berangkat sana, keburu kesiangan nanti dijalan macet." Ucap Dina sedikit kesal dengan papanya, sebenatnya Dina tahu kalau papanya ini sedikit mau modus.
"I-iya sayang, ini Papa juga mau berangkat kok. Sini salim." Ucap Damian menyuruh kedua gadis tersebut untuk menyalami tangannya.
Damian pun lenggang pergi.
"Hah, mau ngapain nih, Din? Rasanya kok gabut bener ya!!!" Ucap Azalea.
"Emb,, kita keluar gimana?" Jawab Dina.
"Enggak ah, gimana kalau kita nonton aja yuk, di rumah aja. Pakai Laptop." Ucap Azalea.
"Ya udah, kita ambil cemilan dulu terus nontonnya di kamar aku aja." Ucap Dina. Azalea pun mengangguk.
Azalea dan Dina pun hanya di rumah saja. Tak ada niatan ingin keluar rumah. Mereka sepakat untuk menonton drama saja di rumah. Lagian badan mereka masih terasa lelah karena perjalanan jauh kemarin. Mereka berdua ini tak seperti anak orang kaya seperti biasanya yang doyan keluar buat main, shopping, atau sebagainya. Mereka berdua pun tak memiliki kekasih hati sebelumnya. Bukan tak ada yang mau dengan mereka, banyak yang mengejar dan menyatakan cinta. Tapi emang dasar mereka belum mau memikirkan atau menjalani sebuah hubungan dengan lawan jenis. Yah, apesnya atau dapet durian runtuh untuk Azalea, sekalinya punya ikatan hubungan malah kejenjang serius. Itupun karena kesalahpahaman. Takdir mana ada yang tahu.