Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Setelah membeli jepit rambut untuk Balqis, Faaris pun mengajak sekretaris nya itu untuk kembali ke kantor, masih ada beberapa meeting penting yang harus dia hadiri bersama Balqis. Bukan hal tabu lagi, jika adanya Balqis membuat dia semangat bekerja.
"Tuan, apa tuan tidak membeli sesuatu untuk Nyonya Elma ?" Tanya Balqis, membuat Faaris menoleh.
"Apa?"
"Perhiasan mungkin." Jawab Balqis menerka, dia mana tau barang apa yang di sukai istri bos nya itu, tapi Faaris sendiri malah bertanya pada nya, bukan nya dia suami nya kan?
"Elma tidak menyukai barang semacam itu, Balqis. Dia lebih menyukai tas atau sepatu branded, tapi mau di pakai kemana? Jalan aja gak bisa." Jawab Faaris.
"Jangan begitu Tuan, ini masih proses. Siapa yang tau kalau Nyonya bisa sembuh total."
"Ya, dan saat itu tiba mungkin aku sudah tak bersama nya lagi. Aku bosan, Balqis!"
"Bosan?" Tanya Balqis.
"Ya, aku bosan menunggu Balqis. Aku ingin di sambut saat pulang kerja, di layani seperti layaknya suami, tapi semua itu tak pernah aku dapatkan selama menikah dengan Elma ."
Balqis memilih diam, dia takut salah bicara. Bisa-bisa dia jadi bahan amukan singa lapar itu, dia kelaparan akan kepuasan batin kan?
"Kenapa diam, Balqis?"
"H-anya memikirkan keadaan ibu saya, Tuan."
"Mau ke rumah sakit dulu, melihat keadaan nya?" Tanya Faaris.
"Bolehkah?"
"Tentu, kita bisa kesana dulu sebelum ke kantor." Jawab Faaris. Balqis menganggukan kepala nya cepat.
"Pak, kita ke rumah sakit harapan dulu."
"Baik tuan." Ucap Pak Agus . Faaris meraih tangan Balqis dan menggenggam nya, sebenarnya ada apa dengan pria itu? Kenapa selalu menggenggam tangan nya, apa itu hobi baru nya? Hanya Faaris yang tau.
"Balqis, kau mau tinggal di apartemen?"
"Maksud anda?"
"Aku punya satu unit apartemen kosong tak berpenghuni, kau mau tinggal disana?" Tanya Faaris.
"Lalu ibu dan rumah saya bagaimana? Jangan konyol tuan!"
"Siapa yang kau bilang konyol, Balqis? Berani sekali."
"Maaf tuan, maaf." Ucap Balqis lirih.
"Jadi kau tak mau, Balqis?"
"Tidak Tuan, saya akan tinggal di rumah saya sendiri." Jawab Balqis.
"Baiklah, terserah kau saja."
Mobil yang di tumpangi Balqis dan Faaris berhenti di parkiran rumah sakit, kedua orang itu turun meninggalkan Pak Agus sendirian di dalam mobil.
"Kalau di lihat-lihat, Tuan dan Sekretaris nya itu seperti pasangan ideal." Gumam Pak Agus , tapi buru-buru dia menutup mulut nya karena sudah salah bicara.
"Tuan Faaris sudah punya istri, huh bagaimana aku ini." Ucap nya sambil merutuki kebodohan nya yang mengatakan Faaris dan Balqis pasangan serasi.
Faaris dan Balqis masuk ke dalam ruangan rawat ibu Fatma, kebetulan dokter baru saja selesai memeriksa keadaan ibu Fatma.
"Siang dok.." sapa Balqis.
"Siang kembali Nona,"
"Bagaimana keadaan ibu saya, dok?" Tanya Balqis.
"Masih belum ada perkembangan yang signifikan Nona, masih seperti kemarin."
"Apa Ibu saya akan sadar dok?"
"Kemungkinan nya kecil Nona, bisa hitungan bulan atau tahun." Jawab dokter itu.
"Baik dok, terimakasih."
"Nona bisa ikut saya sebentar?" Tanya dokter itu.
"Untuk apa? Balqis masih ada dalam jam kerja." Faaris yang menjawab dengan nada ketus.
"Apa penting Dok?"
"Eemmm, tidak. Hanya mengajak makan malam," Jawab dokter itu santai.
"Tidak bisa! Balqis akan bersama ku menghadiri pesta, sebaiknya kau jangan dekat-dekat dengan Balqis ku!" Tegas Faaris, urat-urat leher nya menegang pertanda kalau pria itu marah.
"Tuan, ada apa? Jangan marah-marah."
"Maaf dok, saya harus kembali bekerja. Saya permisi.." Balqis menarik tangan Faaris sebelum terlambat. Balqis khawatir kalau Faaris marah-marah di sini, bisa berabe urusan nya.
"Aku tak suka kau dekat-dekat dokter itu, Balqis!"
"Lho memang nya kenapa Tuan? Saya wanita single." Jawab Balqis, entah sadar atau tidak jawaban Balqis membuat Faaris emosi.
"Lalu kau menganggap aku apa Balqis?"
"Hah? Tuan kan atasan saya di kantor." Jawab Balqis serius, masa dia tidak tau.
"Kau sangat menyebalkan Balqis, awas saja kau nanti." Balqis refleks memegang tengkuk nya, tiba-tiba saja dia merinding.
Faaris menarik tangan Balqis, membawa nya ke dalam mobil. Dia menggenggam tangan Faaris erat, hingga membuat perempuan itu meringis.
"Tuan, sakit.."
"Diam!" Jawab Faaris singkat, membuat Balqis paham kalau pria itu sedang kesal, tapi karena apa? Tak mungkin karena jawaban nya tadi kan, memang benar kalau dia wanita single, alias belum punya pasangan apalagi berkeluarga, lalu letak kesalahannya dimana?
Balqis memalingkan pandangan nya ke arah jendela mobil, dia asik melihat pemandangan kota yang tak pernah sepi, selalu ramai di penuhi kendaraan, membuat jalanan penuh sesak.
"Balqis..."
"Iya tuan."
"Apa kau tak menyukai ku? Sebagai pria, bukan atasan." Tanya Faaris, membuat Balqis terhenyak.
"Kenapa bertanya seperti itu, saya tak mungkin menyukai pria beristri." Jawab Balqis, membuat Faaris bungkam. Dia harus nya sadar kalau status nya memang pria beristri. Tapi Faaris menolak status itu, dia malah mengejar cinta Balqis.
"Apa tak sedikit saja aku di hati mu, Balqis?"
"Jangan bertanya hal yang tak penting Tuan, jangan membuat saya semakin merasa bersalah pada Nyonya Elma ."
"Bersalah karena apa, Balqis?" Tanya Faaris.
"Karena menghianati nya, apa tuan tak merasa bersalah setelah melakukan perbuatan yang salah dengan menghianati kepercayaan nya?"
"Salah dimana nya? Aku pria normal yang butuh kepuasan akan hasrat dan Elma tak bisa memberikan nya, tapi kau bisa Balqis!"
"Maaf tuan, jangan mengungkit hal ini tuan." Ucap Balqis, dia merasa lelah dengan pertanyaan Faaris yang membuat nya merasa bersalah.
"Apa pertanyaan ku membuat mu terbebani?"
"Sangat!" Jawab Balqis singkat. Perlahan, genggaman tangan Faaris mengendur dan saat itu pula, Balqis langsung menarik tangan nya. Berada di dekat Faaris selalu membuat nya merasa tak enak hati.
Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan yang menemani perjalanan mereka sampai kantor, kedua nya sibuk dengan pikiran nya masing-masing, membuat sang supir heran dengan aksi diam-diaman kedua orang di bangku belakang.
"Maaf, Tuan. Sudah sampai.."
Faaris dan Balqis keluar dari mobil, tanpa sepatah kata pun Faaris berjalan cepat meninggalkan Balqis yang masih membereskan berkas-berkas di tangan nya. Perempuan itu berjalan mengikuti Faaris, meski sudah ketinggalan jauh.
"Pria itu tiba-tiba marah, tiba-tiba posesif, aneh sekali." Gumam balqis sambil berjalan.
"Nona Balqis .." Sapa seseorang yang membuat Balqis menoleh.
"Ohh, anda asisten tuan Malik?"
Tanya Balqis, dia masih mengenali asisten Klien dari luar negeri, sekaligus penanam saham terbesar sejauh ini.
"Iya, saya Vander."
"Saya Balqis, anda sudah tau itu. Ada apa?"
"Ada waktu luang? Emmm, untuk sekedar mengobrol? Sekarang atau nanti malam." Tanya Vander.
"Maaf Vander , tapi saya harus menjaga ibu saya di rumah sakit. Lagi pun ini masih di jam kerja, lain kali saja. Saya permisi."
Jawab Balqis lalu kembali berjalan menjauhi Vander.
Pria itu tersenyum penuh arti, dia terus menatap punggung Balqis hingga menghilang di telan pintu lift.
"Kelihatan nya kau akrab dengan asisten Malik ?"
"Maaf tuan, dia hanya menyapa." Jawab Balqis.
"Aku sudah bilang kan, aku tak suka kau ramah pada pria itu!" Tegas Faaris, membuat Balqis mengernyitkan dahi nya.
"Terserah tuan saja." Jawab Balqis acuh, dia mengendikan bahu nya tak peduli. Tapi itu malah membuat Faaris kesal, dia menyeret Balqis masuk ke dalam ruangan, tanpa peduli tatapan karyawan nya.
"Lepas tuan, sakit.." Balqis meringis karena Faaris mencengkram tangan nya cukup kuat, hingga membuat tangan nya memerah.
"Bisa kah kau menurut Balqis? Kalau aku bilang tak suka, harus nya kau tak melakukan nya lagi."
"Apa nya tuan? Saya hanya bertegur sapa dengan Vander , apa itu salah?"
"Salah, Balqis! Kau membuat aku cemburu."
"Cemburu? Cemburu apa nya tuan, saya tidak melakukan hal yang membuat anda cemburu!" Jawab Balqis saking kesal nya, padahal biasa nya perempuan itu selalu berkata lembut.
Faaris yang sudah emosi, langsung menyambar bibir Balqis dengan rakus. Dia juga mengunci kedua tangan Balqis dengan sebelah tangan nya, satu lagi dia gunakan untuk menahan tengkuk Balqis agar tak melepaskan ciuman nya. Balqis masih tak membalas ciuman Faaris, hingga dia harus menggigit dulu bibir itu, barulah Balqis membuka mulut nya.
"Ini hukuman karena kau sudah membuat aku marah, Balqis."
"Tapi tuan, apa yang salah dari saya?" Tanpa kata-kata lagi, Faaris mendorong tubuh Balqis hingga membuat nya limbung dan terjatuh di sofa. Faaris segera mengungkung Balqis, dia kembali melumat bibir kemerahan itu, Faaris juga kembali mengunci kedua tangan balqy di atas kepala nya.
Faaris di butakan oleh kemarahan yang tak beralasan, dia melampiaskan nya dengan cara yang salah dan menyakiti Balqis.
Balqis menggigit bibir Faaris, hingga berdarah membuat pria itu melepaskan ciuman nya.
"Cukup anda merendahkan saya Tuan, anda memperlakukan saya seperti saya ini adalah milik anda, anda tau? Perbuatan anda ini membuat saya sakit."
"Jika anda marah, harus nya ada alasan yang tepat! Jangan berbuat seenak nya, saya juga punya hati." Balqis merapikan pakaian nya dan pergi dari ruangan Faaris dengan membanting pintu cukup keras.
Faaris melongo, ini pertama kali nya dia melihat Balqis semarah itu. Perbuatan nya sudah menyakiti perempuan itu kah? Apa dia sudah berbuat hal yang keterlaluan? Dia merasa tidak melakukan nya, tapi Balqis berkata begitu.
"Aarrgghhh, sial sial sial.." Faaris mengacak rambut nya frustasi, dia juga menendang meja sebagai pelampiasan hingga membuat gelas yang ada di atas nya itu terjatuh dan pecah berantakan, seperti hati Balqis saat ini. Hancur berkeping-keping!
Balqis terdiam di bilik nya, beberapa kali dia mengusap air yang menetes di ujung mata nya. Tak menyangka Faaris akan melakukan hal semacam ini, menurut Balqis pria itu sudah sangat keterlaluan. Bukan satu kali atau dua kali dia berbuat seenaknya, tapi saat di rumah sakit pria itu juga melakukan nya, dengan memaksa memasuki nya di kamar mandi.
****