Siapa yang menyangka seorang Gus cucu dari pemimpin pesantren bisa melakukan kesalahan yang terbilang fatal.
Zayn tak sengaja meniduri seorang gadis yang merupakan teman adiknya. gadis yang kerap kali Zayn anggap sebagai musuhnya karna perilaku dan tindakan gadis itu.
Zayn terus memaksa akan bertanggung jawab meskipun gadis itu selalu menolaknya. rasa bersalahnya tak hilang begitu saja meski gadis itu tak mempersalahkan apa yang mereka lalu.
Lantas apakah mereka akan tetap diam atas dosa yang pernah mereka lakukan tanpa sengaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekecewaan Alexa
"Kenapa kau masih di sini? Pergilah! tak usah mengawasiku, kau tak lupa bukan jika dua orang bersama di dalam satu rungan dan berbeda jenis kelamin maka orang ketiganya adalah setan. Sebaiknya kau pergi." dengan terang-terangan Alexa mengusir Zayn dari ruangannya.
"Bismillah." Alexa mulai menyendokan bubur kemulutnya menggunakan tangan kirinya, karna tangan kanan gadis itu terdapat sebuah selang infus, sehingga Alexa tampak kesulitan saat membawa suapan demi suapan kemulutnya. Seandainya saja ia tak mengingingat untuk cepat sembuh ia benar-benar tak ingin memakan makanannya.
Zayn yang melihat Alexa kesulitan segera mengambil alih bubur Alexa, "Jangan Gr, aku hanya tak ingin di katakan sebagai seorang pria tak berperasaan."
"Memangnya kau memiliki peradaan padaku?"
"Dasar bodoh! Bukan perasaan terhadapmu, melainkan perasaan sesama manusia yang saling menolong."
"Oh, ku pikir kau memiliki perasaan padaku. Bisa gawat."
"Gawat kenapa?"
"Gawatlah, Kak Adam seorang pecemburu, pasti dia akan marah padaku jika ada yang menyukaiku." Aleca mencebik kesal.
"Jika dia pencemburu harusnya dia datang dan merawatmu di sini. Bukan malah menghilang dengan alasan sibuk, kau yakin masih ingin mempertahankan hubungan dengan pria yang tidak memperdulikanmu.?"
Sebenarnya sekalipun Zayn tak menyindir hubungannya, Alexa memang merasa Adam semakin tak jelas dengan hubungan mereka, Alexa di buat bingung dengan sikaf pria itu yang seakan takemperdulikan dirinya.
"Sebenarnya kau berniat menyuapiku atau berceramah di hadapanku?" Alexa mulai kesal.
"Iya, iya. Kau galak sekali."
Zayn segera menyendokan makanan dan menyuapi Alexa.
"Alexa sebenarnya aku tak nyaman saat berduaan dengan seorang gadis, terlebih tidakenutup kepalamu." Zayn berkata bersungguh-sungguh, kali ini bukan karna hal mesum atau karna ia tergoda dengan tubuh lemah Aleca,elainkan Zayn tak nyaman karnas ke adaan Alexa yang merupakan kekasih orang. Takutnya terjadi fitnah atau bisa saja Adam masuk tiba-tiba dan salah paham.
"Emm, Kak Zayn boleh keluar kok. Aku bisa makan sendiri." Alexa hendak meraih kembali makanan miliknya, tapi Zayn menahannya, tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan berbarengan dengan seseorang yang membuka pintu ruang inap Alexa. Hingga Alexa refleks melepaskan pegangan tangannya.
"Alexa."
Lula memasuki ruangan sepupunya, gadis itu berjalan mendekat ke arah sepupunya.
"Bagaimana ke adaanmu?"
"Aku baik Lula. Lula tolong suapi aku makan, kak Zayn menyuapiku tak benar. Sendokannya besar-besar mungkin dia dendam kepadaku." dengan segera Alexa mengambil makan dari tangan Zayn dan pria itu hanya mengernyit karna tak melakukan apapun, ia pelan-pelan menyuapi Alexa tapi gadis itu memfitnahnya.
Alexa melanjutkan makannya di suapi oleh Lula.
"Gus, mau menginap lagi di rumah sakit?" Lula bertanya, membuat Alexa mengernyit. Dalam hati Alexa bertanya Zayn menginap di rumah sakit? Kapan? Dan dimana? Tapi Alexa tidak bertanya lebih jauh, bisa saja Zayn menginap di rumah sakit lain juga menunggui orang lain. Alexa tak memiliki cukup alasan untuk menyimpulkan Zayn menginap untuk menungguinya.
"Jangan salah paham Alexa, aku menginap di rumah sakit karna menjaga adikku yang keras kepala ingin menemanimu. Aku adalah kakak yang baik yang perduli terhadap keselamatan adiknya." Zayn menjelaskan meskipun tak ada yang bertanya padanya. Zayn hanya tak ingin Alexa berpikir jika dirinya peduli terhadap Alexa. Padahal gadis itu tidak nerpikir ke arah sana.
"Kau tenang saja Gus, aku bukan seorang gadis yang terlalu menduga-duga orang lain. Bahkan aku tidak berpikir sama sekali jika kau menginap di luar." Zayn bungkam, ia malu sendiri kan jadinya.
Pintu ruangan kembali terbuka, menampilkan Hanna dengan kedua orangtuabya. Tante Lexi dan Kahfa ingin menjemput Alexa kali ini ia sudah di perbolehkan pulang.
Lagi-lagi Alexa harus menelan kekecewaan, Adam menjanjikannya akan datang mengunjunginya sedari kemarin, bahkan hingga ia hendak pulang pun Adam tidak mengunjunginya. Apa lagi sekarang ponselnya malah tidak bisa di hubungi.
Dimana ada harapan di sana terdapat kekecewaan. Itulah yang Alexa rasa saat ini.
Beberapa kali Alexa menoleh mencari sosok Adam, berharap kekasihnya tetap datang meskipun ia hendak pulang. Namun meski Alexa sudah menaiki mobil milik Om Kahfa, Adam masih tak menampakan dirinya.
"Ternyata aku memang bukan prioritasmu Kak." Lirih Alexa pelan seraya menatap ke arah jendela, berharap Adam benar-benar hadir di saat-saat terakhir ia berada di sana. Namun Alexa benar-benar di buat kecewa Adam tidak datang.
.
