Ana seorang pekerja keras yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ibu dan kedua adiknya setelah kepergian ayah nya.
Hingga suatu hari dia menderita penyakit leukimia stadium akhir membuatnya hanya dapat bertahan selama 3 bulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Anna pergi tanpa menoleh lagi pada keluarganya. Ibunya makin terisak di pelukan Yeni sementara yudha terus menggerutu kesal akan sikap Anna.Anna menangis di bus yang ia tumpangi kembali ke kota perantauan, mungkin sekarang dia tidak bisa sama lagi, sisa hidupnya yang singkat membuat nya semakin banyak kekhawatiran, meski membenci keluarganya ia tetap tidak bisa membiarkan keluarganya kelaparan tanpanya . Dia harus punya rencana agar keluarganya tidak kekurangan apa pun.
" Halo dokter saya ada permintaan.."Anna menurunkan ponsel nya, Isak tangis nya semakin menjadi membuat orang di sekitarnya menatap bingung padanya, tapi Anna sama sekali tidak berniat menghentikan tangis nya.
Seorang nenek tua yang duduk tidak jauh darinya menghampirinya dengan tisu di tangannya." kau tidak apa-apa nak?." tanya nenek itu lembut ke arah Anna.
Anna menerima tisu dari tangan si nenek yang kini mengambil tempat duduk di sampingnya.
" tidak apa-apa nek." ucap Anna.
Si nenek menghela nafas panjang dan melirik ke arah Anna. " memang sulit untuk berbagi cerita pahit pada orang lain, terlebih orang yang bukan kita kenal. Jadi ceritakan saja masalah mu pada orang yang tepat bagi mu, tidak perlu memendam sendiri nak." ucap si nenek.
Anna memperhatikan si nenek di samping nya.
" nenek juga pernah mengalami hal yang sulit dalam hidup, banyak hal pahit yang sudah nenek lewati. Tapi kau tahu apa yang membuat nenek bertahan, sebuah harapan saat nenek bertemu dengan kakek mu dulu. Itu adalah masa yang paling bahagia dalam hidup ku. Sekarang kakek sudah pergi tapi ia meninggalkan sebagian dirinya untuk menggantikan nya menjaga ku, yaitu anakku. Dan sekarang ada cucu kecil ku. Intinya nak jika harapan mu sudah mati maka, carilah harapan baru untuk hidup." ucap si nenek.
" bagaimana kalau tidak ada harapan? bagaimana jika sudah tidak ada kesempatan?" ucap Anna untuk pertama kalinya berbicara pada si nenek.
" selalu ada harapan,nak, dan selalu ada kesempatan," ucap nenek.
" nenek tidak mengerti, semua sudah pergi dan akan berakhir." ucap Anna.
" jika kau tidak menemukan harapan dan kesempatan itu pada diri orang lain, Maka buat lah harapan dan kesempatan itu untuk dirimu sendiri, nak." ucapan nenek seakan membuat Anna terpaku.
Anna merasakan sentuhan di bahunya. Ia membuka matanya dan mendapati nenek yang tengah membangunkan nya. " nak, bangunlah, sudah sampai." ucap si nenek.
Anna memperbaiki gestur tubuh nya dan mulai mengambil tasnya, lalu menuruni bus. " nak, anak ibu sudah menjemput. Nenek pamit duluan, ya ." ucap si nenek.
" iya nek, terima kasih ." ucap Anna tersenyum.
" iya , ingat selalu ada harapan dan kesempatan nak." ucap nenek itu dan berlalu pergi memasuki mobil di depan sana.
Si nenek menghampiri anaknya.
" aduh ibu jangan bawa beban yang terlalu berat, ginjal ibu bisa kambuh jika begini, padahal aku sudah memesankan tiket pesawat agar kau lebih nyaman. Tapi kau malah memilih bus." ucap anak nenek itu.
" sudah tidak perlu berisik, buka pintunya aku harus beristirahat." ucap nenek itu.
Anna melanjutkan langkah nya, ia menaiki taksi menuju rumah kosnya.Anna membuka pintu rumahnya, dia duduk di lantai dekat pintunya, dan memandang seluruh ruangan kos kecilnya. " sekarang sepinya benar-benar terasa." gumamnya.
Anna merasa kosong, tidak ada hal yang membuat ia ingin melakukan kegiatan apapun, sekarang ia bagai raga tanpa jiwa.
Sakit rasanya mendapati dirinya yang di jadikan korban oleh keluarga nya, dia begitu menghormati dan menyayangi ayah nya hingga beban ini benar-benar menekannya.
" ayah katakan padaku apa yang harus aku lakukan sekarang. aku ingin bebas ayah...hiks....hiks." tangis Anna.
Hari ini sesuai janji Anna menjumpai dokter tempatnya konsultasi. Anna memasuki ruangan dokter setelah dipersilakan masuk.
" oh, Anna, silahkan masuk."
Anna mengambil tempat duduk di depan dokter. " Kau yakin akan melakukan ini?" tanya dokter.
Anna mengangguk, telapak tangannya mengepal karena merasa kurang yakin dengan keputusannya.
" jika belum yakin, sebaiknya kamu pikir- pikir dulu Anna." ucap dokter.
" berapa lama lagi?" tanya Anna.
Dokter terdiam.
" Sebulan, dua Minggu." tebak Anna.
"enam belas hari jika ada ke ajaiban bisa lebih dari itu."
ucap dokter.
" sudah tidak ada yang bisa ku lakukan lagi, semua hanya menunggu akhir sekarang." gumam Anna.
Dokter menatap sendu ke arah pasien nya ini, ia tahu betul seberapa keras Anna selama ini.
" jika aku melakukannya berapa yang akan aku dapat?" tanya Anna.
" dua puluh mungkin." ucap dokter.
" itu sudah lebih dari cukup."
Anna mengangkat kepalanya, berusaha mencari keberanian nya di tengah kalut nya.
* apa aku bisa melakukan nya di saat yang aku ingin kan." ucap Anna.
" tentu saja." ucap dokter.
" Dokter, disaat semua akan berakhir , maka lakukanlah." ucap Anna.
Dokter hanya mengangguk dan menyerah kan kertas berisi tulisan. Anna merasakan telapak tangan nya yang basah karena keringat.
" jika masih ragu kau bisa..."
" tidak, aku harus melakukannya sekarang jika tidak aku takut tidak punya keberanian lagi." ucap Anna menggoreskan tinta di atas kertas putih itu lalu menyerahkannya pada dokter.
" terima kasih dokter." ucap Anna.
Anna mengunjungi taman kota seperti weekend biasanya. Ia duduk ditempat ia dan joan pernah duduk, tawa anak-anak kembali Terdengar di telinganya seorang anak mendatanginya.
" kakak kau datang lagi, tapi kenapa kau sendiri?" tanya anak itu.
" dimana kak joan kak?" tanya anak itu.
" hmm kak joan sedang sibuk, tapi kau masih mengenali ku." ucap Anna.
" tentu saja, kau dan kak joan terlihat cocok bersama, apa kalian pacaran sekarang." ucap anak itu mendudukkan dirinya di samping Anna.
" ah tidak, kami hanya teman, dia sudah akan menikah dengan tunangannya." ucap Anna.
" aduh sayang sekali, padahal kalian adalah pasangan yang serasi. Apa kak joan itu bodoh? Dia punya perempuan cantik seperti kakak di sampingnya tapi malah pilih wanita lain." ucap anak itu kesal sendiri.
Anna tertawa karena merasa lucu dengan ekspresi kesal anak itu. " Dek, tidak seperti itu, kau masih terlalu kecil untuk mengerti. Ada kalanya mungkin kita bukan jodoh." ucap Anna.
" jodoh? Apa itu. Kenapa orang dewasa itu sangat rumit." ucap nya.
" hahahaha, manusia seperti kita diciptakan memiliki pasangan, dan ada kalanya pasangan kakak bukan kak joan." ucap Anna.
" lalu apa aku juga punya pasangan." ucap anak itu polos.
" tentu saja, saat besar nanti kau akan bertemu dengan nya." ucap Anna.
" tapi kudengar dokter berbicara pada ibu kalau aku tidak akan hidup lebih lama." ucap anak itu.
" hmm kenapa bicara begitu." ucap Anna.
" karena aku sakit kak. Disini selalu sakit aku tidak bisa berlari jauh seperti anak-anak lainnya, aku tidak bisa bermain dengan mereka." ucapnya menunjuk dada kirinya tempat jantungnya berada.
" siapa nama mu dek?" tanya Anna.
Dengan semangat anak itu menjawab sambil tersenyum manis ke arah Anna.
" nama ku Talitha kak."