Sebagai seorang wanita yang sudah kehilangan rahimnya, dia tetap tegar menjalani hidup walau terkadang hinaan menerpanya.
Diam-diam suaminya menikah lagi karena menginginkan seorang anak, membuat ia meminta cerai karena sudah merasa dikhianati bagaimanapun dia seorang wanjta yang tidak ingin berbagi cinta dan suami.
Pertemuannya dengan seorang anak kecil membuat harinya dipenuhi senyuman, tapi ia juga dilema karena anak itu meminta ia menjadi ibunya itu berarti dia harus menikah dengan Papa dari anak itu.
Akankah Yasna menerima permintaan anak kecil itu atau kembali kepada mantan suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Liburan
"Sayang hari jum'at Abang harus keluar kota, mau meninjau cabang hotel disana," ucap Zahran.
"Mau kemana? Weekend masih sibuk aja sama kerjaan?" tanya Yasna.
"Kan Baru buka Sayang! Jadi masih sibuk-sibuknya," ujar Zahran.
"Memang Abang mau kemana? berapa hari?" tanya Yasna.
"Mau ke Bojonegoro, mungkin Abang pulang hari senin," jawab Zahran.
"Yahh, aku di rumah sendiri dong," sahut Yasna.
"Kan ada Bibik Sayang," ucap Zahran.
"Bibik mah sibuk sendiri," ucap Yasna cemberut.
"Terus bagaimana dong? Kalu kamu ikut juga percuma, Abang pasti sibuk dan nggak bisa perhatiin kamu," sesal Zahran.
Yasna yang mendengar perkataan Zahran merasa tidak enak, ia merasa jadi penghalang pekerjaan Zahran.
"Aku ke rumah Ibu saja ya? Aku kan bisa bantu Ibu di toko kue, jadi nggak akan bosan disana!" pinta Yasna.
"Boleh, sebelum berangkat aku antarin kamu ke rumah Ibu," ucap Zahran.
"Aku bisa pergi sendiri Bang, nggak perlu diantar, nanti Abang kesiangan lagi sampai sana," ujar Yasna.
"Pokoknya Abang antar, lagian siapa yang berani marahin Boss?" ucap Zahran sambil menepuk dadanya.
"Sombong," cibir Yasna.
"Kan benar Sayang aku Bossnya," kilah Zahran.
"Ya ya ya," ucap Yasna malas.
"Kok gitu sih jawabnya? Kamu meremehkan aku?" tanya Zahran memicingkan matanya.
"Enggaak!" pekik Yasna berlari karena tahu suaminya akan menggelitikinya.
"Mau kemana kamu?sini!" teriak Zahran mengejar Yasna.
"Nggak mau!" balas Yasna berteriak dan terus berlari.
*****
"Hari ini Papa yang antar sekolah," ucap Emran yang tengah menikmati sarapan.
"Yeay diantar Papa," pekik Afrin senang.
"Kenapa bukan Pak Hari saja sih Pa," protes Aydin.
"Memang kenapa? Aydin nggak mau diantar Papa?" tanya Emran.
"Tidak," jawab Aydin singkat.
"Kenapa tidak mau?" tanya Karina.
"Pasti nanti Bu Laily caper sama Papa," jawab Aydin.
"Ha ha ha kamu masih kecil udah ngerti caper segala," canda Emran.
"Aku bukan anak kecil! aku sudah SMP" kilah Aydin.
"Masih kelas satu pun!" goda Emran.
"Pokoknya nanti nganter Aydin nggak boleh turun dari mobil, titik!" seru Aydin.
"Iya, Papa nanti nggak turun," sahut Emran akhirnya.
Seperti janjinya Emran hanya mengantar Aydin didepan pagar kemudian melanjutkan perjalanan menuju sekolah Afrin.
*****
Pagi sekali Zahran mengantar Yasna ke rumah mertuanya, sesungguhnya Zahran lebih suka Yasna di rumah saja dengan begitu dia bisa menghubungi Bik Rahmi, dan menanyakan apa saja yang dilakukan Yasna.
Tidak membutuhkan waktu lama, mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di rumah minimalis, dengan halaman yang cukup luas yang ditanami berbagai macam bunga.
Tok tok tok
"Assalamualaikum," teriak Yasna.
Tok tok tok
"Sayang, jangan teriak-teriak!" ucap Zahran mengingatkan.
"Iya he he he," jawab Yasna memperlihatkan giginya yang rapi.
Ceklek
Pintu terbuka dan muncullah seorang pria paruh baya, siapa lagi kalau bukan Ayah Yasna.
"Assalamualaikum Ayah," ucap Yasna, sambil mencium punggung tangan Ayahnya yang diikuti oleh Zahran.
"Kalian datang! Ayo masuk," ajak Hilman Ayah Yasna.
"Ibu mana Yah?" tanya Yasna.
"Ada dibelakang, kamu panggil gih! Buatin minum buat suamimu sekalian!" pinta Hilman yang diangguki Yasna.
"Nggak perlu Yah, nanti ngerepotin," sela Zahran.
"Cuma air putih saja," sahut Hilman, Zahran mengangguk tidak enak.
"Ayah masih kerja?" tanya Zahran.
"Masih, bagaimana pekerjaan kamu? Ayah dengar kamu membuka cabang hotel diluar kota?" tanya Hilman.
"Iya Yah, ini niatnya habis ini mau keluar kota, mau tinjau sudah sejauh mana proyeknya? Zahran juga mau titip Yasna disini, karena Yasna nggak mau ditinggal di rumah," ujar Zahran.
"Kamu tenang saja, Yasna baik-baik saja disini," ucap Hilman.
"Iya Yah," sahut Zahran.
"Nak Zahran sudah lama?" tanya Alina yang baru keluar.
"Baru saja kok Bu," jawab Zahran sambil mencium punggung tangan Alina.
"Diminum dulu Bang," ucap Yasna setelah meletakkan segelas teh hangat.
Zahran hanya tersenyum dan meminumnya, setelah berbincang sebentar Zahran pamit pada mertuanya, karena dia harus cepat ke hotel cabang yang baru ia dirikan.
"Aku berangkat dulu ya Sayang, jaga diri baik-baik, di rumah saja jangan kemana-mana," ucap Zahran.
"Masa ke toko kue nggak boleh?" tanya Yasna cemberut.
"Kalau ke toko boleh Sayang," ucap Zahran sambil mencubit hidung Yasna.
"Ih, sakit tau," gerutu Yasna sambil mengusap hidungnya.
"Abang berangkat ya!" ujar Zahran.
"Iya, hati-hati," sahut Yasna.
Cup
Sebuah ciuman mendarat dikening Yasna, yang dibalas Yasna dengan mencium punggung tangan Zahran.
"Assalamualaikum," pamit Zahran.
"Waalaikumsalam," sahut Yasna.
Mobil yang dikendarai Zahran meninggalkan kediaman Orang tua Yasna, Setelah mobil Zahran tak terlihat Yasna segera masuk ke rumah, ia ingin bermanja-manja dengan Ibunya hal yang sudah sangat lama tak ia lakukan.
****
Siang Hari Yasna ikut membantu para pegawai yang tengah membuat beberapa pesanan kue, hingga seseorang yang Yasna rindukan datang.
"Yasna!" panggil seorang perempuan yang seumuran dengannya.
"Fazilah, ya ampun aku kangen banget sama kamu!" seru Yasna, segera ia peluk sahabatnya itu.
"Aku juga kangen sama kamu," ucap Fazilah yang masih berpelukan.
"Kamu kapan pulangnya? makin sukses aja nih," tanya Yasna.
"Aku baru pulang dua hari yang lalu, maunya sih dari kemarin nemuin kamu tapi nggak enak sama suami kamu," jawab Fazilah.
"Abang kan kalau siang kerja, duduk didalam yuk!" ajak Yasna.
"Boleh," sahut Fazilah.
Yasna mengajak Fazilah ke ruangan santai tempat biasa Ibunya menerima tamu, mereka berbincang cukup lama, banyak hal yang mereka bicarakan karena sudah cukup lama mereka tidak bertemu, meskipun komunikasi mereka tidak pernah terputus, tetap saja berbeda jika bertemu secara langsung.
"Na, mumpung suami kamu diluar kota kita liburan yuk?" ajak Fazilah.
"Nggak ah, nanti Abang marah kalau tahu aku keluar," tolak Yasna.
"Yah, kita ke Malang aja! suamimu juga nggak akan tahu, emang kamu nggak pengen apa jalan-jalan? kamu selalu saja di rumah, nggak bosan apa?" tanya Fazilah.
Sejujurnya Yasna juga ingin sekali pergi jalan-jalan, sejak kejadian itu Yasna tak pernah kemanapun sendiri, selalu ada Zahran yang menemani, terkadang ada juga dimana waktu Yasna ingin sekali menghabiskan waktunya sendiri, tapi Zahran seolah takut terjadi sesuatu pada Yasna hingga ia membatasi kegiatan Yasna.
Melihat keterdiaman Yasna, Fazilah yakin jika sahabatnya ini Pasti tertekan.
"Ayo Na, kita hanya sehari kok disana, malamnya kita pulang," bujuk Fazilah.
Setelah berpikir akhirnya Yasna menganggukkan kepalanya.
"Tapi sehari aja ya," ucap Yasna.
"Iya kita cuma sehari kok," sahut Fazilah.
"Besok aku jemput di rumah Ibu, jam enam harus siap ya? biar banyak waktu disana," ujar Fazilah.
"Iya," sahut Yasna.
"Aku pamit dulu ya! Sampai bertemu besok," ucap Fazilah.
"Hati-hati," nasehat Yasna.
"Iya, bye," pamit Fazilah.
.
.
.
.