Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.
Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epis. 22 Hadiah untuk Mia
Donny bermaksud hendak menggendong Mia karena tidak ingin membangunkannya. Namun ketika Donny sudah meletakkan tangannya di leher belakang Mia, gadis itu langsung terbangun.
“Kita sudah sampai?”. Mia turun dari mobil dengan setengah kesadarannya. Donny memegang tasnya dan mereangkul istrinya itu. Saat masuk kedalam rumah, kesadarannya kembali utuh. Gadis itu melepaskan tangan Donny dari bahunya. Kesadarannya kembali utuh walau rasa kantuknya masih ada.
Mereka menuju lantai dua di mana kamar mereka berada. Seperti permintaan Mia sebelumnya, saat ini mereka sudah tidur di tempat tidur yang sama. Awalnya Donny merasa canggung setengah mati, karena itu pertama kali dia tidur di tempat tidur yang sama dengan seorang wanita. Terlebih wanita itu adalah istrinya yang dia nikahi secara sah.
Naluri kelaki-lakiannya kadang datang tanpa permisi, melihat seorang gadis cantik tidur di sampingnya. Walaupun Mia selalu memakai piyama lengan panjang dengan celana panjang, tetap saja kadang bisa membuatnya hampir kehilangan kesadaran.
Tapi Donny mulai terbiasa, dia justru merasa tenang dan damai tidur di samping istrinya. Dia bisa mengendalikan hasratnya dengan berolah raga atau merendam dirinya dengan air dingin. Ada kekasih yang menunggunya, dia tidak akan mengkhianati kekasihnya itu. Dia adalah seorang laki-laki setia.
Dan Mia juga tidak pernah sekalipun berniat menggodanya. Kadang Donny tidak habis fikir, bagai mana bisa seorang gadis dewasa bisa tidur dengan tenang di samping lelaki dewasa tanpa risih atau takut. Tapi mereka adalah suami istri, tentu tidak ada salahnya.
Ya, andaikan mereka menikah dengan cinta dan tanpa perjanjian. Tentu bukan masalah. Tapi mereka terikat dengan sebuah penjanjian. Dan yang paling penting, tidak ada cita di antara mereka. Belum.
Mia melempar tasnya di sofa dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Keningnya mengernyit melihat ada sebuah kotak besar terletak dia atas tempat tidur saat dia baru saja keluar dari ruang ganti.
“Ini punya Mas Donny?” tanyanya menunjukkan kotak besar itu pada Donny.
“Punya kamu, buka saja”. Mia semakin bingung, dengan penasaran dia membuka kotak warna biru langit itu.
“Ini kan gaun yang tadi”. Matanya membulat dengan mulut yang sedikit terbuka. “Hadiah buat kamu”. Ucap Donny saat Mia menatapnya penuh tanya.
“Tapi ini mahal banget, hampir setahun gaji aku”. Tadi Mia sempat melihat harganya, dia tidak pernah berfikir untuk memiliki gaun indah yang semahal itu. Gadis itu menghela nafasnya lalu berkata “terima kasih” dengan senyum tulus.
“Istirahatlah, besok pagi kita ke Bandung”. Mia menuruti perintah Donny, naik ke tempat tidur dan mulai memejamkan matanya melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu. Sebentar saja gadis itu sudah kembali ke dunia alam bawah sadar.
“Apa yang ada di pikian kamu, kamu tidak takut saya melakukan sesuatu sama kamu”. Donny menggeleng-geleng, dia lalu membenarkan selimut pada tubuh gadis itu lalu ikut tidur bersamanya.
Hari ini seperti yang sudah Donny janjikan, dia akan membawa Mia ke Bandung untuk berziarah ke makam ayahnya. Mia mencium punggung tangan kedua orang tua Donny.
“Maafkan Papa tidak bisa ikut menemani kamu, Papa harus balik ke Madrid hari ini”. Ucap Johan penuh penyesalan. Mia menggeleng. “Tidak apa-apa, Pa. Ayah pasti ngerti kok”. Gadis itu tersenyum membuat Johan terpana. Dulu senyuman yang seperti itu pernah sangat menenagkan hatinya, dan sekarang dia bisa melihat senyuman itu lagi membuatnya merasa sangat bahagia.
“Kami pergi, Pa”. Suara Donny mengembalikan kesadarannya, untung saja tidak ada yang menyadari keterdiamannya sejak tadi. Johan mengangguk. Laki-laki yang masih saja rupawan di usianya yang semakin senja itu melambaikan tangannya sampai mobil yang membawa anak dan menantunya tidak terlihat lagi. Sedangkan Laura sudah sejak tadi masuk ke dalam rumah.
Johan melihat istrinya sedang duduk di ruang tengah membaca sebuah majalah internasional. Dia tersenyum, wanita yang dia nikahi itu adalah wanita yang sangat luar biasa. Walaupun Laura tahu ada seseorang yang tersimpan di dalam hati suaminya, dia tidak pernah mempermasalahkannya. Dan dengan segala cinta dan kasih yang tulus yang dia miliki untuk suaminya dia berhasil mengambil alih seluruh hati dan cinta suaminya.
Johan menghampi istrinya, memberi kecupan lembut di bibirnya lalu berlalu ke kamar. Sedangkan wanita yang baru saja di cium itu mengkerutkan keningnya sambil menggeleng. Dia pun kembali mebuka lembar demi lembar majalah fashion yang berbahasa asing itu .
Fiona menghentikan jari-jarinya yang menari di atas keyboard dan mengalihkan pandangannya dari layar komputer di depanya ketika ponselnya berdering pertanda panggilan masuk.
“Kenapa, Mi”. Tanyanya kepada sang pemangil di seberang sana.
“Aku mau ke Bandung, mau titip sesuatu nggak?”. Fiona diam, setiap kali mendengar Mia ke kota kelahiran mereka itu selalu membuatnya teringat masa lalu. Dan itu sedikit melukai hatinya, mengingat kembali sesuatu yang selalu coba dia abaikan.
“Fi…?”
“Nggak, Mi”, jawabnya dengan suara pelan. “Kamu sama siapa ke Bandung”? tanyanya kemuduan.
“Sama Mas Donny”. Fiona mengangguk, pantas saja Tuan Donny tidak datang hari ini. Walaupun hari ini akhir pekan, tapi Donny biasanya tetap datang ke Perusahaan. Apalagi di akhir bulan seperti ini, di mana semua laporan harus selesai sebelum rapat bulanan di adakan.
“Ya udah, hati-hati”. Fiona mematikan sambunagn telepon. Dan kembali fokus mengerjakan laporannya.
“Mas…” Donny menjawab dengan bergumam, tangan dan matanya fokus pada layar tablet.
“Kerja Fiona bagus nggak?”. Donny menautkan alisnya.
“Maksud aku, Fiona itu seorang pekerja keras. Walaupun aku gak kerja di perusahaan yang sama, tapi aku tahu Fiona sangat mencintai pekerjaannya”. Donny semakin bingung, tidak tahu kenapa Mia tiba-tiba saja membahas Fiona.
“Kamu mau bilang apa”. Tanya Donny yang tidak mengerti maksud Mia. Gadis itu menarik nafas. “Jangan biarkan siapapun membuatnya kehilangan pekerjaannya”. Mia ingat ancaman Alfandi yang akan membuat Fiona kehilangan pekerjaannya waktu itu. Entah kenapa dia ingin saja memberi tahu Donny.
Laki-laki yang sedang duduk di sampingnya itu tersenyum dengan membelai rambutnya. “Memangnya siapa yang bilang begitu”. Mia diam, Leo yang sedang menegmudi melirik dari kaca spion. Tidak mungkin dia bilang kalau Alfandy pernah mengancamnya. Donny pasti tidak akan percaya, dia juga tidak ingin merusak hubungan baik Tuan degan sekertarisnya itu.
“siapa tahu aja, Fiona kan cantik dan pintar. Apalagi dia dekat dengan Alex”, jawab Mia asal.
“Selama dia bekerja dengan baik dan tidak melakukan kecurangan, dia tidak akan kehilangan pekerjaannya”. Mia mengangguk faham. Lagi pula beberapa hari ini hubungannya dengan Donny sangat baik, dia tidak akan membuat Donny marah lagi seperti hari itu atau Alfandy benar-benar akan membuat sahabat kesayangannya itu kehilangan pekerjaannya.
Mia mengalihkan pandangannya ke samping ketika Donny kembali sibuk dengan tabletnya.