Jianying adalah seorang permaisuri dari dinasti Han yang sangat dibenci oleh suaminya sendiri, yaitu Kaisar Han.
Semua itu karena Jianying adalah putri dari kaum kafir, kaum yang dari dulu selalu menentang kedaulatan Kerajaan.
Jianying yang cinta mati pada Kaisar melajukan segala cara untuk menarik perhatian Kaisar sampai harus berbuat hal kejam dengan mencelakai selir kesayangan Kaisar yaitu Limei.
Kaisar yang marah besar lantas menghukum mati Jianying dan seluruh keluarganya.
Tapi bagaimana jika Jianying yang telah di penggal kepalanya oleh Kaisar ternyata di beri kesempatan hidup ke dua?
Apa yang akan dilakukan oleh Jianying untuk merubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak sejahat itu
Sudah tiga malam perang terus berlangsung tanpa henti. Sebagian prajurit yang di bawa oleh Shun Yuan juga telah gugur. Namun Shun Yuan yakin kalau dia bisa memenangkan peperangan ini karena jumlah pasukannya yang masih begitu banyak dibandingkan dengan Kerajaan Fang.
Tiga malam juga Shun Yuan terus menantikan kedatangan Jian Ying ke sana untuk mengunjunginya. Biasanya Jian Ying akan datang untuk menjenguknya. Suara berisiknya terus mengganggu telinga Shun Yuan kata-kata rindunya.
Meski begitu, dulu Shun Yuan tak pernah menanggapi ocehan Jian Ying yang tak berarti baginya. Bahkan dia menolak dengan membentak Jian Ying yang ingin membantu mengobati lukanya.
Tapi sekarang, kenapa Shun Yuan justru merindukan wanita itu. Shun Yuan merindukan sura berisik Jian Ying yabg sekarang sudah hilang seolah pita suara Jian Ying telah hilang tertelan.
Shun Yuan menoleh ke arah kegelapan ketika mendengar suara kereta kuda datang mendekat.
"Siapa yang datang?" Tanya Shun Yuan pada kasim Bao.
"Sepertinya Permaisuri Jian Ying Kaisar"
"Benarkah?" Shun Yuan langsung berdiri dan tanpa sadar mengembangkan senyumnya karena mendengar wanita yang ia rindukan datang mengunjunginya.
Dia pun menghampiri kereta kuda yang sudah tiba di dekat baraknya.
Shun Yuan menatap pintu kereta itu terbuka. Memperlihatkan kaki seorang perempuan dengan hanfu berwarna Hijau turun dengan perlahan.
Shun Yuan yang sudah tak sabaran semakin mendekat untuk menyambut Permaisurinya. Tangannya terulur untuk membantu Jian Ying keluar dari kereta kuda itu.
"Terimakasih Kaisar"
"Li Mei?" Kaget Shun Yuan.
Ternyata bukanlah Jian Ying yang datang mengunjunginya melainkan Selirnya, Li Mei.
Senyum di bibir Shun Yuan langsung lenyap seketika. Dia harus kembali menelan rasa rindunya pada Jian Ying.
"Iya ini aku Kaisar? Memangnya kau berharap siapa yang datang, apa Permaisuri Jian Ying?"
"Tidak. Ayo duduk dulu"
Shun Yuan meninggalkan Li Mei dengan berjalan lebih dulu. Hal itu membuat Li Mei mengerutkan keningnya. Tak biasanya Shun Yuan meninggalkannya seperti itu, biasanya Shun Yuan akan berjalan di sisinya. Di tambah lagi, reaksi Shun Yuan saat melihatnya tadi, tampak seperti orang yang sedang kecewa karena harapannya telah pupus.
"Biar saya saja kasim" Li Mei langsung mengambil alih teko teh yang akan di tuangkan untuk Shun Yuan.
"Baik Selir. Saya permisi"
Li Mei mulai menuangkan teh untuk Shun Yuan. Dia menatap wajah tampan yang selalu menjadi miliknya itu dengan senyumnya yang memikat.
"Silahkan Kaisar"
"Hmm, terimakasih"
Li Mei menyentuh wajah Shun Yuan yang sedikit tergores dan masih merah. Tandanya luka itu baru saja di dapat.
Tapi saat tangan Li Mei hampir bersentuhan dengan kulit Shun Yuan, pria itu buru-buru memalingkan wajahnya.
"Kenapa? Biar aku bantu mengobatinya"
"Tidak usah, biar nanti tabib saja yang mengobati lukaku"
Tatapan kecewa saat ini tercetak jelas di wajah Li Mei. Tak biasanya dia mendapat penolakan macam itu dari Shun Yuan. Dia semakin merasa jika ada yang aneh dengan sikap Shun Yuan itu.
"Baiklah, tapi aku senang karena Kaisar tidak papa. Sejak kemarin aku begitu mengkhawatirkan mu dan tidak sabar untuk segera bertemu dengan mu. Maaf kalau kedatangan ku tadi membuatmu terkejut" Wajah sendu Li Mei membuat Shun Yuan merasa bersalah karena terlihat mengabaikan perhatian Li Mei.
"Terimakasih untuk perhatianmu Li Mei. Aku tidak bermaksud apa-apa. Tadi aku hanya merasa lelah saja dan tak menyangka akan kedatangan mu"
"Tak apa Kaisar. Aku mengerti"
Sementara wanita yang tengah di rindukan oleh Shun Yuan justru terlihat tenang dan sama sekali tak memikirkan keadaan Shun Yuan yang sedang berada di medan perang.
"Permaisuri?"
"Hemm?"
"Apa Permaisuri tidak ingin mengunjungi Kaisar lagi?"
Jian Ying yang sedang asik membaca buku langsung menatap Shuwen.
"Tidak" Sahutnya singkat lalu kembali fokus pada bukunya.
"Apa Permaisuri tidak juga merindukan Kaisar?"
Brak...
Shuwan menjadi ketakutan saat Jian Ying menutup bukunya dengan keras.
"Dulu memang aku selalu mengunjunginya saat berperang seperti ini. Aku selalu merindukannya dan mengkhawatirkan keadaannya, tapi tidak untuk sekarang Shuwan. Biarkan saja, aku tak peduli"
"Baik Permaisuri, saya mengerti"
"Kau tenang saja Shuwan, aku bersikap seperti ini tentu karena aku sudah tau akhirnya bagaimana. Kaisar s*alan itu akan kembali dengan selamat dan dengan kemenangannya. Dan di saat itulah puncak kegilaan ku sampai meracuni Selir Li Mei"
Jian Ying memang kembali pada waktu dua bulan sebelum dia di eksekusi bersama seluruh keluarganya. Jadi dia sudah melewati masa ini, di mana Shun Yuan akan memenangkan perebutan wilayah dengan Kerajaan Fang.
Kembalinya Shun Yuan dari medan perang telah di sambut Jian Ying dengan penuh cinta waktu itu. Dia begitu bersemangat menyambut Shun Yuan dengan senyum cantiknya. Jubah kebesaran juga sudah ada di tangannya untuk di pasangkan pada tubuh Shun Yuan yang penuh luka waktu itu.
Tapi yang ada di mata Shun Yuan saat itu hanya Selir Li Mei. Pria itu hanya menatap Li Mei tanpa sedetik pun melihat kearahnya. Padahal Jian Ying yang menunggunya dengan penuh cinta. Dia yang berdoa setiap hari tanpa henti demi keselamatan Shun Yuan.
Api kecemburuan di hati Jian Ying semakin membara. Dia semakin membenci Li Mei. Baginya Li Mei hanyalah wanita pengganggu yang menghambat kebahagiaannya bersama Shun Yuan.
Kemarahan yang sudah bertumpuk selama satu tahun itu membuat Jian Ying gelap mata. Dia benar-benar marah dan ingin segera melenyapkan Li Mei dari hidup Shun Yuan.
Dia tidak peduli akan menjadi wanita yang kejam karena perbuatannya itu. Yang penting dia segera mendapat wanita itu.
Malam setelah kembalinya Shun Yuan, Jian Ying mencari seorang dayang yang akan ia jadikan tumbal.
Dia mencari mengancam dayang itu agar mau melakukan apa yang ia rencanakan. Meski dayang itu sempat menolak, tapi Jian Ying melakukan segala cara sampai akhirnya dayang itu bersedia melakukannya.
Dayang itu mengoleskan racun mematikan di mangkuk milik Li Mei. Hanya cara itu yang menurut Jian Ying langsung ampuh dan bekerja dengan cepat.
Jain Ying tersenyum sinis saat melihat dayang itu berhasil mengoleskan racun itu di mangkuk Li Mei.
Tak kama setelah itu, Jian Ying sadar akan perbuatannya. Dia menyadari jika perbuatannya itu salah. Dia memang kejam tapi bukan berarti dia harus menjadi seorang pembu nuh.
Jian Ying buru-buru mendekat ke meja Li Mei, dia ingin menukar mangkuk milik Li Mei dengan miliknya, namin Jian Ying panik karena mangkuk milik Li Mei memiliki ukiran bunga yang berbeda dengan miliknya.
Saat itu otak Jian Ying yang bekerja hanya bisa memikirkan satu cara. Jian Ying menggunakan hanfu miliknya untuk mengusap mangkuk yang telah di olesi racun itu.
Jian Ying tau kalau racun itu tidak akan hilang sepenuhnya hanya karena di lap dengan kain, tapi setidaknya racun itu tidak akan menghilangkan nyawa Li Mei.
Benar saja, saat itu Li Mei hanya jatuh pingsan beberapa jam saja. Tapi Shun Yuan sudah terlanjur menemukan dayang yang di perintah oleh Jian Ying hingga Shun Yuan menangkap dan menyiksa Jian Ying tanpa ampun.
Jian Ying memejamkan matanya saat mengingat kejadian itu.
"Sesungguhnya aku tak sejahat itu"
terimakasih atas karya nya kak, terimakasih jg sdh buat aq tertarik baca kisah seperti ini karena jujur ini pertama kali nya aq baca novel dgn alur cerita kerajaan 🥰🥰🥰
ganteng bgtttt. lebih cocok d gombalin sih ini thorrr🤣🤣🤣😅😅😅
a Ying biadab