Karena menghindari perjodohan yang dilakukan orang tuanya, Khavi Zean Rakhayasha terpaksa harus kabur dari rumah dan mengganti identitasnya.
Namun di tengah pelarian nya, Khavi harus terjebak menjadi bodyguard seorang Nona muda arogan bernama Shena Athalia Sarfaraz.
Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya. Namun, ada satu fakta yang menjadi penghalang cinta keduanya. Mereka sama-sama telah dijodohkan oleh orang tuanya masing-masing.
Akankah cinta mereka bersatu?
Atau justru harus gagal sebelum berkembang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngebet Nikah
"Pagi, Princess.
Shena memicingkan matanya, wanita cantik itu menatap bingung pria tampan di depannya.
"Ze... kenapa di sini?" Shena melihat jam di pergelangan tangannya, jam masih menunjukkan pukul 06.00 wib.
"Mulai sekarang aku akan menjadi bodyguard mu lagi. Bukan hanya sekedar melindungi mu, tapi juga menjaga hatimu."
Shena mengerjapkan matanya berulangkali. Wanita cantik itu tertegun mendengar setiap ucapan yang pria tampan itu katakan.
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢... 𝘋𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘱𝘢𝘯𝘥𝘢𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢-𝘬𝘢𝘵𝘢."
Keluarga Majendra dan keluarga Kawindra sudah sepakat untuk meresmikan hubungan Shena dan Khavi. Dan dalam waktu kurang dari sepekan lagi, ke-duanya akan melangsungkan pertunangan.
Namun, Khavi menolak keras jika pertunangan mereka dilakukan sepekan lagi. Pria tampan itu ingin dirinya dan Shena langsung segera menikah saja.
Akan tetapi, keinginan Khavi itu bertolak-belakang dengan keinginan Shena. Menurut Shena pernikahan itu tidak bisa dilangsungkan dengan tiba-tiba, bagaimanapun juga Shena ingin pernikahannya spesial dan seperti yang dia impikan.
"Baiklah," ucap Shena. Wanita cantik itu tersenyum manis pada Khavi. Dan tanpa bantahan, Shena pun menuruti setiap perkataan bodyguard nya.
Sepanjang perjalanan, ke-duanya terdiam tanpa terlibat obrolan apapun. Mereka berdua sama-sama sibuk dengan fikiran nya masing-masing.
"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦𝘴𝘴 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢, 𝘴𝘪𝘩? 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘯𝘪, 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘣𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪?" 𝘎𝘦𝘳𝘶𝘵𝘶 𝘒𝘩𝘢𝘷𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪.
Setelah melalui perbincangan yang cukup alot, ke-dua keluarga akhirnya sepakat untuk menggelar acara pernikahan Khavi dan Shena tepat satu bulan setelah pertunangan mereka. Walaupun Khavi tetap saja tidak ingin ada acara pertunangan, namun pria tampan itu kalah suara dengan semua orang yang sepakat dengan keinginan Shena.
Khavi sangat kesal mengingat tidak ada yang mendukungnya waktu itu.
"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘤𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘯𝘪," 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘚𝘩𝘦𝘯𝘢.
"Ck!!" Shena menoleh saat mendengar decakan Khavi. "Honey, ini semua gara-gara kamu!"
Shena melotot tak percaya pada pria tampan di samping nya. "Kok, aku? Aku, kenapa?" Shena semakin bingung saat Khavi terlihat semakin frustasi.
"Kenapa kamu gak setuju kita langsung menikah? Pertunangan itu cuma buang-buang waktu, Honey!" Kesal Khavi.
Shena tersenyum mendengar ocehan calon suaminya, Shena paham sekarang kenapa wajah Khavi terlihat kusut sejak diputuskan nya pertunangan mereka.
"Maaf, Ze. Aku cuma mau hari spesial kita berkesan, karena itu terjadi sekali seumur hidup kita. Dan itu butuh persiapan yang matang, aku gak mau asal-asalan."
Shena mencoba menjelaskan perlahan pada calon suaminya itu. Walaupun Khavi mengangguk, Shena tahu calon suaminya itu masih memendam kekesalannya.
Tiba-tiba saja Shena melihat calon suaminya itu tersenyum smirk. Shena tahu pasti ada yang sedang dia rencanakan. "𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢 𝘧𝘪𝘬𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯? 𝘈𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘯𝘤𝘢𝘯𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶."
Dan benar saja, tiba-tiba saja Khavi mengatakan sesuatu hal yang membuat wanita cantik itu terkejut. "Bagaimana kalau di acara pertunangan kita itu, kita melakukan akad pernikahan? Resepi nya kita adakan satu bulan kemudian, seperti yang kamu inginkan," Tanya Khavi antusias.
"𝘋𝘪𝘢 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘯𝘨𝘦𝘣𝘦𝘵 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩, 𝘴𝘪𝘩?"
...----------------...
Di sebuah pusat perbelanjaan, seorang wanita cantik terlihat sangat kesusahan membawa beberapa barang belanjaan nya. Tiba-tiba saja ada seseorang yang tak sengaja menabraknya.
Brukk
Beberapa paperback yang di bawa wanita itu berserakan di lantai.
"Kalau---"
"Maaf, aunty. Aby tidak sengaja," ucap seorang bocah kecil yang menabrak nya.
Wanita cantik itu mendongakkan wajahnya, mendengar suara anak kecil itu membuat amarahnya hilang begitu saja.
"Gak apa-apa, Dek. Lain kali Adek hati-hati, ya. Jangan lari-lari, kalau jatuh bagaimana?" Ucap Khavya pelan.
Tiba-tiba saja bocah kecil yang berada di depan nya itu berkaca-kaca. Wanita cantik itu seketika panik dibuatnya, dia tidak bermaksud sama sekali untuk membuat bocah kecil itu menangis.
"Dek, jangan menangis! Aunty nggak marah, kok."
Bocah kecil yang kira-kira berusia 4 tahun itu menggeleng kan kepalanya. "Aby gak apa-apa, Aunty. Aby hanya senang karena Aunty mengomeliku," ucap bocah yang bernama Aby itu sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.
Wanita cantik itu semakin bingung dengan perkataan si bocah yang malah merasa senang saat wanita cantik itu mengomelinya. Sampai akhirnya dia paham kenapa bocah itu senang saat dia mengomelinya.
"Aunty seperti Mommy yang memarahi anaknya. Aby tidak pernah merasakan itu, karena Aby tidak punya Mommy," ucap sang bocah. Aby tertunduk lesu menceritakan kesedihannya.
"Aby, sudah Daddy bilang jangan lari-lari! Apa yang sakit, hmmm?"
Deg
"Om Kula."
"Vya."
Ke-duanya tertegun saling menatap untuk beberapa saat. Sampai akhirnya Khavya memutuskan pandangannya terlebih dahulu.
"Jadi ini putra mu, Om?"
Wanita cantik itu adalah Khavya, dan bocah kecil yang bernama Aby itu adalah putra semata wayang Nakula.
Khavya mencoba bersikap biasa-biasa saja, wanita cantik itu tidak ingin memperlihatkan kegugupan nya.
Nakula mengangguk sambil mengusap rambut putra semata wayang nya. "Iya, kamu apa kabar, Vy?"
"Aku baik, Om." Khavya hanya menjawab singkat saja.
Bertemu lagi dengan mantan bodyguard nya yang selalu menjaganya saat kecil, tidak pernah ada dalam rencana Khavya. Namun entah mengapa, Khavya malah di takdirkan untuk bertemu lagi dengannya.
"𝘚𝘶𝘴𝘢𝘩-𝘱𝘢𝘺𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢, 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘭𝘢𝘨𝘪?"
Nakula memperhatikan sikap Khavya, pria itu merasa Khavya sudah banyak berubah dari pertemuan terakhirnya saat pernikahannya dengan mendiang istrinya. Khavya terlihat dingin, tidak seceria dulu, itu yang Nakula tangkap dari sorot mata Khavya.
Tanpa Nakula sadari, dia lah penyebab Khavya berubah seperti sekarang ini.
"Sayang... kamu di sini? Aku nyari kamu, loh!"
Seorang pria tiba-tiba saja datang dan merangkul Khavya. Wanita cantik itu melebarkan bola matanya, saat merasakan bibir pria itu mendarat keningnya. "𝘈𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪? 𝘈𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘨𝘪𝘭𝘢?" 𝘜𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘒𝘩𝘢𝘷𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢.
Nakula menatap dua orang di depannya bergantian. "Apa kalian pacaran?"
"Iya."
"Tidak."
Khavya dan pria itu menjawab bersamaan dengan jawaban yang berbeda. Wanita cantik itu menatap tajam pria yang mengaku berpacaran dengannya itu.
"Untuk sekarang memang belum, tapi tidak tahu besok. Bisa saja kita tiba-tiba menikah," celetuk pria itu.
Khavya sangat kesal dengan tingkah pria di sampingnya itu. Khavya pun dengan sengaja mencubit lengan pria itu, membuat pria itu meringis.
"Awwssshhh... sakit, Sayang!"
"Sayang-sayang pala lu peang," sentak Khavya.
Pria itu tersenyum melihat Khavya yang sangat kesal padanya. Wajah kesalnya terlihat sangat menggemaskan di mata pria itu.
"Oh, iya. Kita belum kenalan." Pria itu mengulurkan tangannya pada Nakula. "Shaga Athala Sarfaraz," ucap pria itu dengan bangga menyebutkan nama lengkapnya.
"𝘈𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶, 𝘝𝘺𝘢?" 𝘉𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘕𝘢𝘬𝘶𝘭𝘢.
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦
Jangan lupa tinggalkan jejak😘
Yang nganggur vote nya, lempar ke sini ya, pemirsaaahhh 🤧
