NovelToon NovelToon
Sebatas Ibu Pengganti?

Sebatas Ibu Pengganti?

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Pengganti / Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:8.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Hati siapa yang tak bahagia bila bisa menikah dengan laki-laki yang ia cintai? Begitulah yang Tatiana rasakan. Namun sayang, berbeda dengan Samudera. Dia menikahi Tatiana hanya karena perempuan itu begitu dekat dengan putri semata wayangnya. Ibarat kata, Tatiana adalah sosok ibu pengganti bagi sang putri yang memang telah ditinggal ibunya sejak lahir.

Awalnya Tatiana tetap bersabar. Ia pikir, cinta akan tumbuh seiring bergantinya waktu dan banyaknya kebersamaan. Namun, setelah pernikahannya menginjak tahun kedua, Tatiana mulai kehilangan kesabaran. Apalagi setiap menyentuhnya, Samudera selalu saja menyebutkan nama mendiang istrinya.

Hingga suatu hari, saudari kembar mendiang istri Samudera hadir di antara carut-marut hubungan mereka. Obsesi Samudera pada mendiang istrinya membuatnya mereka menjalin hubungan di belakang Tatiana.

"Aku bisa sabar bersaing dengan orang yang telah tiada, tapi tidak dengan perempuan yang jelas ada di hadapanku. Maaf, aku memilih menyerah!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Tiana, Mas kangen.

Tatiana berlari dengan tergesa. Matanya berkeliaran ke segala arah, mencari tempat aman untuk bersembunyi. Namun Tatiana tidak menemukan tempat yang sekiranya aman. Tatiana terus berjalan, entah kemana kakinya membawa raganya, hingga akhirnya Tatiana menyadari ia sudah berada di area dapur.

"Mbak mau kemana?" tanya seseorang yang sepertinya pekerja di rumah besar itu.

"Em, kamar mandi dimana ya, Mbak?" Hanya tempat itu yang kini terpikirkan olehnya.

"Oh, kamar mandi, di sana mbak, belok kiri, nanti ada pintu putih itu kamar mandinya."

"Terima kasih ya, Mbak."

"Sama-sama."

Tatiana pun segera berjalan mengikuti petunjuk arah dari orang itu. Hingga akhirnya Tatiana menemukan tempat untuknya bersembunyi sementara.

Tatiana pun gegas membuka pintu kemudian masuk dan mengunci pintu itu dari dalam. Setelah berada di dalam, Tatiana menyandarkan tubuhnya di balik pintu. Nafasnya terengah-engah. Seketika Tatiana merasa pusing disertai perutnya yang bergejolak hebat.

Tatiana melihat ke arah perutnya. Tampak sekali pergerakan dari dalamnya. Bayi di dalam perut itu seakan melompat-lompat riang karena bisa melihat sosok ayahnya.

Tatiana tergugu. Ia tak pernah menyangka bisa kembali melihat sosok yang ia cintai di depan matanya. Ia pikir, selamanya ia takkan pernah berjumpa lagi. Namun baru beberapa bulan, mereka kembali dipertemukan.

"Kamu kenapa, Sayang? Dedek senang bertemu dengan ayah ya? Maafkan bunda ya Nak karena terpaksa menjauhkan kalian. Bunda ... bunda terlalu takut dan bunda masih merasa sakit. Sakit sekali. Bunda bukannya bermaksud menjauhkan mu, Sayang. Bukan. Maafkan bunda yang terlalu egois hingga terpaksa menjauhkan kalian. Bunda hanya tak sanggup bila harus kembali tersakiti. Bunda lelah, Nak. Sangat lelah," ujarnya tergugu sambil mengusap perutnya yang bergejolak. Namun seiring usapan lembut itu menyapu permukaan perutnya, perlahan gejolak itu menghilang. Seakan bayi di dalamnya mengerti perasaan sang ibu yang sedang tidak baik-baik saja.

"Mas Sam, kenapa Mas Sam ada di sini? Apa Mas Sam mengenal Bu Anida?" batin Tatiana bertanya-tanya. "Kenapa? Kenapa kita harus bertemu lagi, Mas? Padahal aku sudah berlari sejauh mungkin, tapi kenapa kita kembali dipertemukan secepat ini. Rasa hatiku saja masih terasa perih. Ya Tuhan, bagaimana kalau Mas Sam marah karena kehamilanku ini? Bagaimana kalau ia ingin aku menggugurkannya? Bagaimana ini? Aku harus apa?"

Tatiana menggigit kuku-kukunya. Kebiasaan baru dirinya alami saat sedang cemas dan ketakutan. Keringat dingin sudah membanjiri pelipis hingga ke sekujur tubuhnya. Sungguh, ia benar-benar dilanda kecemasan luar biasa.

Drrrtd ...

"Ya, halo, Ra," ucap Tatiana setelah mengangkat panggilan dari Suster Ara.

"Sus Tia ada dimana? Sus Tia nggak apa-apa kan?" terdengar sekali kalau Suster Ara mencemaskan keadaan Tatiana.

"Aku ... aku nggak papa kok. Aku hanya ... sakit perut. Ya, aku cuma sedang sakit perut. Nanti sebentar lagi juga aku keluar kok. Apa di sana masih ramai?"

"Tapi Sus Tia beneran nggak papa kan? Di sini masih agak ramai. Sus Tia mau pulang? Kalau iya, nanti aku bilang ke Sus Riska."

"Ah, nggak, nggak usah. Palingan sebentar lagi juga pulang, tanggung. Aku tutup dulu, ya. Sebentar lagi aku kembali ke sana."

Setelah hampir 30 menit bersembunyi, Tatiana pun akhirnya memberanikan diri untuk keluar. Ia pikir pasti Samudera telah pergi atau mungkin juga pria tadi hanya mirip saja dengan laki-laki yang statusnya entah masih suami atau sudah menjadi mantan tersebut.

Setelah berhasil mengusir kecemasannya, Tatiana pun memberanikan diri membuka pintu kamar mandi. Untung saja sejak tadi tak ada orang yang hendak ke kamar mandi jadi Tatiana bisa bersembunyi dengan aman.

Tatiana menghela nafas lega saat tidak mendapati siapapun di depan kamar mandi. Ia pun segera keluar dan menutup pintu. Namun baru saja menutup pintu, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari belakangnya. Seketika Tatiana menegang sebab suara itu begitu familiar di telinganya.

Dengan perasaan gugup luar biasa, Tatiana pun membalikkan badannya. Seketika tubuhnya kian menegang saat tubuh seseorang yang dihindarinya itu tiba-tiba melingkupi sekujur tubuhnya.

"Tiana, Mas kangen. Jangan tinggalkan Mas lagi," lirihnya membuat Tatiana terperangah tak percaya dengan apa yang didengarnya.

...***...

Samudera yang melihat Tatiana merasakan perasaannya membuncah bahagia. Namun saat melihat Tatiana dengan cepat berlari menghindarinya, rasa sesak itu seketika menghujam. Terlihat jelas raut ketakutan di wajah Tatiana. Samudera mengutuk dirinya sendiri yang sudah seperti monster di mata Tatiana karena membuat Tatiana begitu ketakutan. Rasa bersalah menghujam relung sanubarinya.

Samudera terus mengikuti langkah Tatiana, namun karena rumah yang dalam keadaan ramai, Samudera pun kehilangan jejak Tatiana. Samudera tidak menyerah, ia berjalan ke segala arah menyusuri setiap bagian yang kemungkinan dijadikan tempat Tatiana untuk bersembunyi. Ada beberapa kamar yang tertutup rapat, Samudera pikir tak mungkin Tatiana masuk ke dalamnya. Samudera lantas berjalan terus hingga tiba di dapur. Saat Samudera melihat salah seorang pekerja di rumah itu, Samudera pun menanyakan keberadaan Tatiana padanya.

"Maaf mbak, apa tadi mbak liat wanita hamil kemari?"

"Wanita hamil? Memang Bapak siapa ya?"

"Saya suaminya. Dia tadi berjalan ke arah sini, tapi entah kemana. Saya sudah lama menunggu, tapi dia tidak muncul juga. Saya khawatir terjadi apa-apa padanya."

"Apa? Jadi mbak itu belum keluar juga? Wah, coba Mas cek di kamar mandi sana. Belok ke kiri, ada pintu putih, di sana ada kamar mandi. Tadi memang si mbak nanya kamar mandi ke saya," ujar perempuan itu yang ikut merasa khawatir. "Bapak bisa sendiri kan? Saya ada kerjaan soalnya."

Samudera mengangguk kemudian mengucapkan terima kasih.

Samudera pun bergegas ke kamar mandi yang dimaksud. Samudera dengan pelan-pelan memutar handle pintu, tapi terkunci dari dalam. Samudera yakin, Tatiana ada di dalam sana. Namun hingga bermenit-menit berlalu, Tatiana tak kunjung keluar. Samudera lantas bersembunyi di balik dinding sambil memperhatikan pintu itu. Berharap tak lama kemudian Tatiana pun segera keluar. Dan sesuai harapannya, tak lama kemudian pintu pun terbuka. Sosok yang dirindukannya selama berbulan-bulan ini pun keluar dari balik pintu putih tersebut. Tak mampu menahan buncahan bahagia di dalam dadanya, Samudera pun segera memanggil namanya membuat perempuan yang tengah mengandung anaknya itu terlonjak. Baru saja Tatiana hendak membalikkan badannya, Samudera langsung menghambur memeluk Tatiana. Rasa hangat menyelimuti sekujur tubuh dan jiwanya.

Samudera bahagia, akhirnya ia kembali dipertemukan dengan belahan jiwanya.

"Tiana, Mas kangen. Jangan tinggalkan Mas lagi."

Namun Tatiana tak bergeming. Ia sepertinya terlampau syok dengan apa yang ia ucapkan. Tak apa, Samudera paham, luka yang ia torehkan bukanlah luka biasa yang bisa disembuhkan dengan hanya satu kata rindu ataupun maaf. Samudera akan berjuang untuk mendapatkan maaf dari istrinya itu. Bila Tatiana memintanya menunggu dalam 2 tahun agar impas pun, ia rela. Bahkan seumur hidup pun, ia tak masalah. Asalkan ia tetap bisa menjumpai wanita yang ada di dalam pelukannya ini.

"Lepas!" ucap Tatiana dingin sambil mendorong tubuhnya. Dengan terpaksa, Samudera pun melepaskan rengkuhannya lalu menatap netra sang istri. Samudera tertegun saat melihat sorot mata dingin itu. Tak ada lagi sorot mata hangat dan penuh kasih dari Tatiana. Yang ada hanyalah sorot mata kesedihan, kekecewaan, dan luka. Sungguh Samudera merasa sesak melihatnya. Baru melihatnya saja Samudera sudah dapat merasakan kesakitannya, lalu bagaimana dengan Tatiana yang selalu mendapatkan tatapan dingin darinya?

2 tahun bukan waktu yang sebentar untuk bertahan dan bersabar, namun Tatiana mampu melakukannya meskipun akhirnya ia terpaksa menyerah.

"Tiana ... "

"Minggir!"

"Tiana ... "

"Kataku minggir, apa kau tuli?" Bibir Tatiana bergetar. Sungguh, ia tak pernah bersikap kasar seperti ini sebelumnya, namun luka hatinya membuatnya tak bisa mengontrol diri. Matanya memanas. Samudera yang tak ingin membuat Tatiana kembali bersedih dan terluka pun terpaksa mengalah. Ia menggeser tubuhnya, membiarkan Tatiana pergi dari hadapannya.

Membiarkan pergi, bukan berarti menyerah. Setidaknya kali ini ia tahu Tatiana ada di kota ini. Kota yang sama dengannya tinggal saat ini. Apalagi kini mereka sedang berada di kediaman Bang Rahmat. Artinya, Tatiana merupakan salah satu tamu undangan dari sang tuan rumah. Dengan satu informasi ini, Samudera yakin, pasti Tatiana kenal dengan pemilik rumah itu. Hal ini tentu memudahkannya untuk mencari informasi mengenai Tatiana termasuk tempat tinggalnya.

Setelah melihat Tatiana berlalu, Samudera pun kembali ke depan untuk menemui Bang Rahmat dan mencari tahu tentang Tatiana.

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
Sri Suhartati
Biasa
Sri Suhartati
Buruk
julitachiat
Luar biasa
julitachiat
Biasa
Nokhie
Preeettt.. Rindu pala lu pitak.. Orangnya ada lu cuekin pas udh pergi baru lu ngomong gt.. Laki kamprreet
Nokhie
Cinta sih cinta tp jgn bodoh.. Hadeehh udh berkali2 di kecewain msh aja nerima. Ogeb ogeb..
Nokhie
Bego bener nih si tiana. Ngapain bertahan sm laki2 modelan samudra. Kalo gue udh gue tinggalin laki modelan gt.. Hadeehh..
Restie Manies
Luar biasa
Restie Manies
Lumayan
Juniarsih Hariany
Luar biasa
Anonymous
wkwkkwkw bmkg dibawa2
Anonymous
ok
marti 123
Kecewa
marti 123
Buruk
Nur Aini
Luar biasa
Novie Achadini
betizen Jarinya lebih tajam dari siket thor
Ara Dhani
Terlambat sam
Larasati
Luar biasa
Larasati
Lumayan
Marwati Laissa
karma mama WITA wanita suka mnghina wanita penghianat yahh gitu dehhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!