NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM SI BUNGSU

BALAS DENDAM SI BUNGSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Balas Dendam / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Teen School/College / TKP / Trauma masa lalu
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: cerryblosoom

Satu demi satu kematian terjadi di sekolah.

Jika di waktu biasa, orang tua mereka akan langsung menuntut balas. Tapi bahkan sebelum mereka cukup berduka, perusahaan mereka telah hancur. Seluruh keluarga dipenjara.

Mantan anak yang di bully mengatakan, "Jelas ini adalah karma yang Tuhan berikan, atas perbuatan jahat yang mereka lakukan."

Siswa lainnya yang juga pelaku pembully ketakutan, khawatir mereka menjadi yang selanjutnya. Untuk pertama kalinya selama seratus tahun, sekolah elit Nusantara, terjadi keributan.

Ketua Dewan Kedisiplinan sekaligus putra pemilik yayasan, Evan Theon Rodiargo, diam-diam menyelidiki masalah ini.

Semua kebetulan mengarahkan pada siswi baru di sekolah mereka. Tapi, sebelum Evan menemukan bukti. Seseorang lebih dulu mengambil tindakan.

PERINGATAN MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13 KENANGAN

"-Pagi itu, mungkin Senior Adel sudah tidak bisa menahannya lagi, dan memilih menceburkan diri ke kolam," Sammy menunduk. Kenyataannya di dunia, selalu yang paling kejam, adalah pada seorang gadis.

"Adiknya?" tanya Aria dengan suara bergetar.

Tapi tak ada yang menyadari. Sammy hanya berfikir, Aria terlalu terbawa suasana karena ceritanya.

"Beberapa bulan kemudian, dia dipenjara. Kabar yang didengar adalah, Dia terlibat jual beli barang terlarang. Tapi menurutku itu terlalu kebetulan. Bahkan meski, dia sakit hati akan kehilangan kakaknya. Harusnya dia balas dendam, bukannya membuat masalah. Apalagi yang kudengar, orang tuanya hanya memiliki dia dan kakaknya saja. Aku yakin orang tuanya pasti sedih, kehilangan satu anaknya, dan anak lainnya masih dipenjara. Kuharap mereka mendapat kebahagiaan lain."

Mendengar itu, Aria tersenyum sinis, orang tuanya bahkan sudah tak bernyawa, lalu kakaknya, yang dikabarkan dipenjara, telah dihukum mati, tapi tak ada yang tahu. Seluruh dunia hanya tahu bunuh diri kakaknya karena rasa malu. Sedangkan yang sebenarnya, seluruh keluarga mati, hanya karena rasa iri belaka, dan pelaku masih hidup bahagia sampai sekarang.

Keadilan, Aria akan mendapatkannya sendiri. Bahkan meski tangannya berlumuran darah.

...----------------...

Kelas 10 A2, jam pelajaran terakhir.

Keira memperhatikan Aria dalam diam. Semenjak kembali setelah jam istirahat, sikap Aria sangat berbeda. Aria yang biasa hanya pendiam dan cuek. Tapi entah kenapa, saat ini, Keira menemukan Aria begitu dingin dan penuh dengan aura bermusuhan. Membuatnya jadi takut untuk mengajak bicara.

Tiba-tiba matanya menangkap perban di telapak tangan Aria. Meski merasa khawatir, dia masih ingat sedang berada di kelas, dia berbisik, "Ada apa dengan tanganmu, kamu terluka?"

Aria melirik pada telapak tangannya, lalu berbicara dengan suara rendah, "Tidak sengaja tergores."

"Pasti sakit, aku memiliki obat yang bagus, aku akan memberikannya padamu."

"Tidak perlu," balas Aria dingin.

Keira seketika menutup mulutnya, dia tak tahu apa yang terjadi, tapi Aria seperti menjauh darinya. Dia ingin bertanya apa yang terjadi. Tapi guru di depan, menatapnya dengan tatapan peringatan. Dia hanya bisa dengan patuh kembali fokus kedepan.

Beberapa menit kemudian, jam pelajaran terakhir berakhir, semua orang segera bersiap untuk pulang.

"Bisa aku lewat," kata Aria datar.

Keira langsung berdiri dan memberikan jalan.

Aria tanpa basa-basi langsung lewat dan keluar dari kelas.

Melihat kepergian Aria, Keira menggaruk kepalanya, Dia lupa untuk bertanya. Tapi jika menyusulnya, dia takut Aria akan mengabaikannya. Merasa frustasi, Keira kembali duduk dibangkunya.

"Hey, Wina," panggil Keira pada gadis di depan bangkunya. "Apa yang harus kulakukan jika seorang teman marah?"

"Kamu bertanya padaku?" Wina menoleh, lalu menunjuk dirinya sendiri.

Keira mengangguk, "Yap, bukannya hanya kamu yang bernama Wina di kelas ini."

"Itu benar. Tapi kenapa kau bertanya padaku."

"Kenapa? Apa aku tidak boleh bertanya," balas Keira tak mengerti apa yang salah.

"Kei, kita memang satu kelas. Tapi aku bisa hitung berapa kali kita bicara dalam satu semester ini," kata Wina mengingatkan.

Keira seketika menjadi malu, awalnya dia bertekad untuk tidak bicara pada siapapun, disaat pertama masuk sekolah. Dia takut bertemu teman tak tulus seperti di masa SMP nya. Tapi kemudian satu semester berlalu, dengan dia duduk sendirian, dan itu sangat membosankan. Keira pun berniat membuka diri, berpikir dimanfaatkan lebih baik, dari pada mati kebosanan.

Masalahnya Wina adalah kutu buku yang sulit diajak bicara, dan teman sebangku nya Syeril adalah pelor, tak ada waktu dimana dia tak tidur. Bahkan sekarang saat semua orang bergegas pulang. Syeril tidur dengan nyenyaknya. Entah apa yang dilakukan nya tiap malam. Hingga terlihat kurang tidur begitu. Tapi menurut pengakuan teman sekamarnya, Syeril selalu tidur paling awal, dan bangun paling siang. Gadis itu memang aneh.

Keira pun memilih bergabung dengan kelompok gadis lain yang ada di kelasnya. Tapi karena melakukan itu, Dia jadi tanpa sadar seperti mengabaikan dua teman di bangku depannya. Jika saja Aria tak bicara pada Wina minggu lalu, mungkin Keira tak akan terpikir untuk tiba-tiba mengajak bicara. Karena Dia hampir lupa dengan dua teman di meja depannya.

"Aku tidak memperhatikan itu, maaf anggap saja aku tidak bertanya," kata Keira cepat.

Wina menghelas nafas, "Aku mengingatkanmu, bukan untuk maksud buruk, hanya saja jika kamu bertanya padaku, apa kamu akan percaya dengan jawaban yang kuberi."

"Tentu saja. Em, maksudku jika kurasa aku setuju aku akan percaya," Keira sendiri bingung dengan kata-katanya.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan katakan...."

Aria yang sudah sampai di gerbang tak tahu lika-liku itu. Dia berjalan tanpa tergesa-gesa menuju toko swalayan.

Selama perjalanan Aria memikirkan kenangan masa lalu. Keluarganya tidak kaya, tapi dalam pakaian dan makanan tak ada kekurangan. Kakak perempuannya beberapa tahun lebih muda dari nya. Meski begitu orang tua tidak lantas memanjakan putri bungsu dan melupakan putri sulung.

Saat membeli barang apapun, ketiganya memiliki kesempatan memilih yang sama.

...----------------...

Musim panas sembilan tahun yang lalu.

Aria yang berusia lima tahun, memandangi kakak perempuannya yang memakai seragam sekolah, dengan jepit baru di kepalanya, dengan mata yang berbinar, Dia lalu berlari menuju ibunya, yang duduk di ruang tamu, "Bu, aku ingin yang dipakai kakak perempuan."

"Baiklah, bulan depan akan ibu belikan yang sama," ibu tersenyum lembut.

Aria menggeleng, menolak untuk menyerah, "Tidak, aku hanya ingin yang dipakai kakak."

"Tidak bisa. Itu milik kakakmu. Bukankah kemarin kamu yang memilih membeli jepit rambut pita. Ibu sudah bertanya padamu, ingat."

"Ya aku juga suka yang pita. Sekarang aku melihat jepit kakak perempuan cantik," ucap Aria manja. Dia masih muda saat itu, dan berfikir seluruh keluarga akan memanjakannya.

Tapi sampai ayahnya pulang dan menghukumnya, Dia tak berhasil mendapatkan jepit rambut itu. Dia menangis dengan keras, tapi ayah dan ibunya hanya mengabaikannya. Sampai, hari menjelang sore dan dia merasa lapar. Tapi dirinya terlalu keras kepala, dan berfikir untuk mogok makan sampai mendapatkan kalung kakaknya.

Tiba-tiba ketukan terdengar dari jendela. Aria fikir rencananya berhasil.

Saat membukanya, rupanya kakak perempuannya di balik ketukan itu.

"Kakak perempuan, tidak sekolah?" ucap Aria terkejut.

Adelia mencubit pipinya, "Masih ingat untuk memanggilku kakak. Bagaimana aku tidak pulang. Jika adikku yang manis ini tengah bersedih. Apa kamu tidak lapar, setelah seharian menangis," dia menyerahkan biskuit yang terbungkus kertas, lewat sela-sela jendela. "Makanlah ini dulu, untuk mengganjal perut."

Aria langsung menerimanya dan memakannya dengan gembira. "Enak."

Adelia tersenyum, dia menyentuh kepalanya, melepaskan jepit rambutnya, "Kakak perempuan berikan pada Aria. Kamu akan terlihat cantik memakainya."

"Tapi ayah akan marah," kata Aria ragu untuk menerima.

"Kakak yang akan bicara pada ayah dan ibu. Jadi berhenti bersedih dan mengurung diri di kamar. Lain kali jangan menangis, bicara langsung pada kakak, okey."

Aria malah merasa tidak senang, "Tidak, aku akan minta pada ibu yang sama bulan depan. Jadi dua saudara menjadi kembar."

Adelia seketika merasa terhibur, ada tetangga mereka yang memiliki anak kembar, hampir semua barangnya sama. Adiknya pernah mengeluh kenapa dia tak memiliki kembaran.

"Kalau begitu, aku akan menyimpannya, dan memakainya lagi saat ibu sudah membelikan milikmu."

Tinnn

Terdengar klakson mobil dari belakang.

Aria menjadi sadar dari lamunannya. Dalam sekejap mata dia sudah sampai di toko swalayan. Dia langsung masuk ke dalam dan menyapa. "Selamat sore."

"Selamat sore," balas Aron tersenyum. "Apa kamu siap bekerja sendirian, Aria."

"Iya."

"Kalau begitu semangat. Aku di telepon jika kamu membutuhkan ku."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!