Attention!! Lapak khusus dewasa!!
***
Vincent tanpa sengaja bertemu dengan Valeska di sebuah bar. Niat awalnya hanya untuk menyelamatkan Val yang diganggu laki-laki, namun akhirnya malah mereka melakukan 'one night stand'.
Dan ketika paginya, Vincent baru sadar kalau gadis yang dia ambil keperawanannya tadi malam adalah seorang siswi SMA!
***
Tolong bijak dalam memilih bacaan. Buat bocil gak usah ikut-ikutan baca ini, ntar lu jadi musang birahi!
Gak usah julid sama isi ceritanya, namanya juga imajinasi. Halu. Wajar saja kan? Mau kambing bertelor emas juga gapapa. :"D
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon agen neptunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Another Kind Of Mess
Dengan ragu, Vincent membuka pintu apartemennya. Jantungnya berdebar kencang, seperti alarm yang memekik tanpa sebab jelas. Tidak biasanya ia menerima tamu, apalagi di pagi weekend seperti ini.
Sementara itu, Valeska tengah sibuk di dapur sesuai titah tuan rumah. Aroma masakan mulai memenuhi ruangan, memberikan nyawa baru pada dapur Vincent yang biasanya sunyi dan dingin.
Bel berbunyi lagi untuk ketiga kalinya. Akhirnya, dengan menghela napas berat, Vincent membuka pintu. Saat melihat siapa yang datang, napasnya sedikit lega.
“Damn. Gue pikir siapa,” desah Vincent sambil memegang dadanya.
Desta berdiri di ambang pintu, dengan alis terangkat dan seringai nakal. “Kenapa lo? Kayak penjahat yang lagi nyembunyiin mayat aja,” sindirnya santai.
Vincent mendengus, lalu membuka pintu lebih lebar, memberi jalan untuk Desta masuk. “Tumben lo pagi-pagi gini datang?” tanyanya heran.
“Dan lo juga tumben hari Sabtu bangun sepagi ini.” Desta balik bertanya sambil menatap Vincent curiga.
“Ada Valeska di dapur. Lo lupa?”
“Oh, iya!” Desta langsung melotot. Hampir saja dia lupa tentang rencana Vincent yang ingin mempekerjakan Valeska untuk masak setiap akhir pekan. “Dimana dia sekarang?” tanyanya dengan antusias.
“Gue bilang di dapur. Telinga dipakai, please,” ketus Vincent karena harus mengulang lagi, sambil mengunci pintu.
Desta setengah berlari menuju dapur. Begitu sampai, matanya berbinar. Untuk pertama kalinya dapur Vincent tidak sekadar dekorasi, tetapi benar-benar ada aktivitas nyata di sana.
“Wow!” Itu satu-satunya kata yang Desta keluarkan.
Matanya terpaku pada Valeska. Rambut gadis itu digelung sederhana ala aktris utama di drama Korea. Tapi, yang membuat Desta terkesan adalah ekspresi serius Valeska saat memasak. Gadis itu terlihat … nyaman di tempatnya, seolah dapur itu memang miliknya sejak lama.
“Santai aja natapnya, njir,” gerutu Vincent sambil mengusap wajah Desta dengan telapak tangannya.
Desta tertawa pelan lalu berbisik, “Calon istri yang ideal banget gak sih? Jago masak lagi.”
Sontak Vincent salah tingkah. Ia menepuk kepala Desta dengan kekesalan yang bercampur malu. “Kondisikan rahang lo."
Valeska mengangkat wajah, menyadari keberadaan mereka. Tatapannya berpindah dari Vincent ke Desta. “Eh, ada tamu?” tanyanya sambil tersenyum sopan, sedikit gugup.
Desta mengangkat tangan dan memasang wajah ramah. “Yo! Gue Desta, malaikat penolongnya Vincent,” ujarnya santai.
“Halo,” sapa Valeska. “Saya Valeska. Saya—”
“Temen gue,” potong Vincent cepat. Suaranya tegas, hampir terdengar seperti komando.
Valeska mengerutkan dahi, bingung. Desta, yang sudah paham permainan Vincent, hanya menahan tawa sambil mengangguk penuh arti. Oh, jelas. Vincent tidak ingin Valeska menyebutkan kalau dia dibayar untuk memasak. Sahabatnya itu sekarang sedanvg menjaga harga diri Valeska.
“Teman?” Desta mengulang kata itu dengan nada meledek, melirik Vincent seolah ingin berkata, Sure, Bro?
Vincent langsung menginjak kaki Desta. “Shut up!” geramnya pelan, tapi cukup serius.
“I-iya.” Valeska akhirnya menjawab dengan kikuk. “Saya temannya Pak Vincent.”
Desta mengangkat alis, tidak puas. “Kalau teman, kok manggilnya Pak Vincent?” tanyanya dengan nada memancing.
Vincent langsung melotot. “Lo bisa diem gak, sih?”
“Hahaha! Santai, Bro. Gue cuma bercanda,” kata Desta akhirnya menyerah pada tatapan pembunuh Vincent. “Gue ke sini mau ngomong sesuatu."
"Yaudah, di ruang kerja aja,” kata Vincent lalu melemparkan tatapan ke Valeska. “Val, lo lanjutin masaknya, ya,” ujar Vincent sebelum melangkah pergi.
“Baik, Pak,” jawab Valeska lembut, kembali fokus ke masakan.
“Val, jadikan dua ya, sarapannya,” celetuk Desta iseng.
Belum sempat Valeska menjawab, sebuah tinjuan pelan dari Vincent mendarat di lengan Desta. Mereka pun berjalan ke ruang kerja dengan Desta masih tertawa, puas dengan keusilannya.
......................
Ruang kerja Vincent di apartemennya sama persis dengan yang ada di kantor. Clean, minimalis, dan berantakan di level yang masih bisa diterima oleh otak perfeksionisnya. Tempat ini sering jadi markas lembur kalau deadline mulai bikin kepala mau pecah. Tapi pagi ini, bukannya tenggelam dalam tumpukan dokumen, dia justru harus berhadapan dengan another kind of mess.
Desta duduk santai di sofa dengan rokok di tangan. Aura konyol yang tadi melekat padanya hilang total, tergantikan ekspresi serius. Di tangannya ada HP, yang kini memutar sebuah video di layar kecilnya.
“Kalau gue jual videonya, gue bisa crazy rich dalam semalam, Vin,” ucap Desta santai.
“Shit!” Vincent mengumpat sambil mengusap wajahnya.
Di layar, terlihat dirinya mabuk berat, tergeletak di tempat tidur, dan yang bikin dia tambah geram, ada seorang cewek tidur di sebelahnya. Mereka berdua nyaris telanjang. Parahnya lagi? Vincent sama sekali tidak ingat kejadian ini. Seolah-olah otaknya memilih untuk nge-delete file memalukan itu.
“Lo dapet dari mana video ini?” tanya Vincent sambil terus menatap layar HP Desta.
“Tuh cewek yang tidur sama lo—temennya gue,” jawab Desta ringan.
Vincent mengernyit, mencoba menghubungkan potongan memori yang tersisa di otaknya. Beberapa detik kemudian, lampu di kepalanya menyala. Oh shit, ini pas gue trip bisnis ke Eropa, kan?
“Ini pas gue di Milan?” tanyanya setengah yakin.
“Yup.” Desta mengangguk santai sambil menyeringai. “Tuh cewek namanya Lusi. Dan, dalam istilah Korea, dia tuh sasaeng lo, Vin.”
Vincent mendadak kaget setengah mati. “Sasaeng? Maksud lo, dia semacam stalker psycho gitu?”
“Exactly!” Desta tertawa pendek. “Dia ngejar lo dari Indonesia, Vin. Dia ngikutin lo sampai ke Eropa, nunggu momen pas lo mabuk berat, dan ... ya, you know the rest. Mimpi dia kesampaian, deh—sleeping with the man of her dreams.” Desta menambahkan dengan nada mengejek.
Vincent ingin mengumpat lagi, tapi rasanya semua kata kasar dalam kamus sudah habis di otaknya. “Lo serius? Dia ngejar gue cuma buat ... itu?”
“Bukan cuma itu, bro. Cewek ini tuh lebih gila dari yang lo bayangin. Sekarang, dia minta gue buat nyomblangin dia sama lo. Kalau nggak? Dia bakal kasih video ini ke media,” jelas Desta.
Vincent memijat pelipisnya, mencoba menghalau rasa pening yang mulai menggerogoti kepalanya. “Dan lo setuju nyomblangin gue sama dia?”
“Of course not.” Desta mendengus. “Dia ngirim video ini ke gue, jadi ... ya, lo ngerti lah, gue cuma kurir.”
Vincent menghela napas panjang, mencoba mencerna semuanya. “Lo pikir gue harus apa sekarang?”
Desta menatapnya seolah dia baru saja menanyakan cara menghidupkan lampu. “Serius, Vin? Lo kan CEO perusahaan gede, bukan anak magang. Gue yakin lo bisa nyelesain masalah remeh kayak gini.”
“Tapi ini beda, Des. Ini privasi gue. Gue nggak bisa sembarangan,” balas Vincent.
Desta hanya angkat bahu, ekspresinya kembali berubah santai. “Well, good luck, bro. Kalau gue jadi lo, gue bakal flip the script. Balikin ancaman dia pake sesuatu yang lebih besar. Atau lo mau gue bantu urusin cewek ini?”
Vincent menggeleng. Dia tahu Desta, kalau lelaki itu turun tangan, hasilnya pasti bukan solusi yang bersih. “No, thanks. Gue harus cari cara sendiri.”
“Oke, deh.” Desta berdiri, meraih jaketnya. “Oh, and Vin?”
“Apa lagi?” tanya Vincent, setengah malas.
“Jangan pernah mabuk sampe blackout lagi. Tuh video ngingetin gue kalau lo nggak seganteng itu making love waktu mabuk.” Desta tertawa kecil sebelum keluar dari ruangan, meninggalkan Vincent yang kini benar-benar pusing tujuh keliling.
"Hhh ... Sial!! Masalah apalagi sih ini?" keluhnya. Tentu saja mulai sekarang dia harus memikirkan cara menyingkirkan cewek yang namanya Lusi ini dari hidupnya.
...****************...