Sebuah kecelakaan merenggut pengelihatannya. Dia merupakan dokter berbakat yang memiliki kecerdasan tinggi, tampan dan ramah menjadi pemarah.
Beberapa perawat yang dipekerjakan selalu menyerah setiap satu pekan bekerja.
Gistara, gadis yang baru lulus dari akademi keperawatan melamar, dengan gaji tinggi yang ditawarkan dia begitu bersemangat. Hampir menyerah karena tempramen si dokter, namun Gista maju terus pantang mundur.
" Pergi, adanya kamu nggak akan buatku bisa melihat lagi!"
" Haah, ya ya ya terserah saja. Yang penting saya kerja dapet gaji. Jadi terserah Anda mau bilang apa."
Bagaimna sabarnya Gista menghadapi pasien pertamanya ini?
Apakah si dokter akan bisa kembali melihat?
Lalu, sebenarnya teka-teki apa dibalik kecelakaan yang dialami si dokter?
Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter dan Perawat 13
" Jadi ayo kita lihat, siapa yang bakalan komen. Baik di IG maupun negur langsung. Uughh, aku beneran penasaran. Orang itu, dia kan selalu menarik perhatian. Kayaknya aku harus kesana lagi deh buat bawain hadiah, hahahha."
Di dalam ruangannya, Alex benar-benar menikmati waktu istirahatnya sambil membuka laman media sosial miliknya. Malam ini dia enggan untuk pulang dan setelah sekian lama tidak mengunggah apapun, ini menjadi hal yang baru ia lakukan. Dan ternyata benar-benar sesuai ekpektasinya.
Berbagai tanggapan memenuhi kolom komentarnya. Terlebih dia memang sengaja menandai nama Haneul di sana. Semakin ramai saja kolom komentar itu dibuat para pengikut Haneul maupun Alex.
Salah satu sudut bibir Alex terangkat ketika membaca beberapa komentar dari orang yang ia kenal.
" Waah beneran seru," ucap Alex sambil menyeringai. Namun ekspresi wajah Alex yang tampak senang tadi berubah menjadi datar. Dan, tatapan matanya sungguh tajam.
Cekleek
Tap tap tap
Braaak!
Seseorang masuk ke dalam ruangan Alex tanpa izin. Dia langsung berdiri tepat di depan meja Alex sembari kedua tangannya berada di atas meja. Suara gebrakan meja yang ditimbulkan oleh kedua tangan itu tidak membuat Alex terkejut, dia malah menyeringai, matanya teralihkan dari ponsel ke wajah si tamu tak diundang.
" Kenapa lo ke sana nggak bilang gue sih. Terus apa-apaan lo selfie lalu di upload gitu."
" Eeh maaf ya, Anda siapa nglarang-nglarang saya buat bertemu Hanuel. Anda bukan siapa-siapanya dia buat nglarang saya bertemu. Diiih aneh."
Orang itu tampak geram dengan ucapan Alex. Ya, dia tidak suka. Dia sangat tidak suka dengan tingkah Alex yang begitu berlawanan.
Semua orang tahu bagaimana hubungan Alex dan Haneul di rumah sakit. Mereka bak predator yabg saling menjaga teritorial mereka masing-masing. Jadi aneh jika Alex menjadi orang pertama yang datang mengunjungi Haneul.
" Lo kan selama ini musuhan sama Han, jadi ngapain lo sok peduli."
" Ohooo Dokter Sintia yang terhormat. Jadi begitu, helooo saya tentu bisa membedakan mana pekerjaan dan mana kemanusiaan. Dalam pekerjaan saya memang selalu berseteru dengan Dokter Han, tapi apabila rekan kita terkena musibah ya kali kita diem aja. Lagian Dokter Sintia, kalau Anda iri kenapa Anda nggak ke sana buat jenguk. Ups lupa, Anda masuk dalam golongan cinta bertepuk sebelah tangan ya. Tck tck tck kasian."
Sintia Alora, dia merupakan salah satu dokter yang juga bekerja di Rumah Sakit Mitra Harapan. Dan benar ucapan Alex bahwa Sintia menyukai Haneul sejak lama. Tapi cinta Sintia tidak pernah disambut oleh Haneul.
Dan saat ini wajah Sintia begitu nampak marah. Terlebih tatapan mata Alex begitu mengejek terhadap dirinya.
Sintia semakin kesal ketika mengetahui fakta bahwa Alex bisa mengunjungi Haneul. Padahal dia selalu ingin datang ke sana namun dirinya takut jika di tolak. Semua itu karena Haneul mendeklarasikan bahwa dia sama sekali tidak ingin dikunjungi.
Melihat wajah Sintia yang kesal, Alex semakin ingin mengerjai wanita itu. Dia teringat akan sesuatu yang bisa menjadikan lebih menarik.
" Gue kasih tahu, di rumah Haneul ada cewek cantik. Entah dia perawat atau pembantu, tapi asli cantik. Hmmm kayaknya bisa juga tuh lama-lama. Lo tahu kan cinta datang karena terbiasa. Siapa tahu kan model kayak ftv-ftv atau ala-ala novel online. Pembantuku istriku, aiiih. Sweet pasti."
Degh!
Mata Sintia membulat sempurna. Dia tidak berkata apapun dan langsung membalikkan badan lalu pergi dari ruangan Alex.
Braaak
Sintia membanting pintu ketika menutupnya. Dan itu membuat Alex tertawa keras.
" Satu persatu akan muncul kehebohan. Entah mengapa gue nunggu ini. Han, gimana menurut lo hmmm?"
Alex mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Ia tengah berpikir akan sesuatu. Tapi yang pasti, dia bertekad untuk mengunjungi Haneul lagi. Masih banyak yang ia harus bicarakan dengan 'temannya itu'.
Namun mungkin ini lah yang dinamakan pucuk dicinta ulam pun tiba. Hanya saja Alex tidak menyangka bahwa situasinya sangat berbeda dengan yang diharapkan.
" Apa Haneul masuk rumah sakit!" pekik Alex ketika mendapat kabar dari anak buahnya.
Alex langung bangkit dari duduknya dan berlari menuju UGD karena Haneul dibawa kesana. Sesampainya di sana Alex melihat dua wanita berbeda usia tengah duduk dengan tangan yang bergetar. Ketakutan jelas terlihat dari wajah keduanya.
" Yoona, Eomma, ada apa ini?"
" Aah Alex, Han Lex."
Hyejin tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Wanita paruh baya itu hanya mampu menutup wajahnya dengan tangan sambil tersedu.
Trauma atas kecelakaan Hane ternyata tidak hanya berimbas pada Haneul. Hyejin pun merasakannya, dan kini Hyejin menjadi ketakutan jika Haneul terluka. Terlebih tadi dia melihat darah yang keluar dari kepala dan sisi wajah Han.
" Itu Kak Alex, tadi kami lagi makan malam terus kedengeran suara gelas pecah. Lalu ... ."
Akhirnya Yoona yang bercerita. Dia menceritakan kronologinya. Alex pun mendengar dengan seksama. Ia mengusap wajahnya kasar. Dan ia berpikir bahwa seharusnya menempatkan perawat selama 24 jam agar kejadian seperti ini tidak terulang.
" Bocah itu beneran keras kepala."
" Makanya itu Kak, tapi udah sukur Mbak Gista betah seminggu ini dan nggak ngeluh. Ini prestasi lho Kak."
" Gista, aaah cewek yang ada di rumah."
Yoona mengangguk, rupanya kedatangan Alex sudah diketahui oleh adik dan kedua orang tua Haneul. Ya sebelum datang ke rumah Alex meminta izin kepada Hyejin dan Sai. Dan tentu saja mereka berdua mengizinkan. Pasalnya Haneul selalu menolak dan sekarang baim Hyejin maupun Sai akan mengizinkan bagi siapa saja yang ingin berkunjung.
Haneul butuh teman bicara, meskipun pasti tidak akan mudah bagi Han untuk menerimanya.
" Appa, gimana Abang?"
" Mas."
Hyejin dan Yoona bangun dari duduknya saat melihat Sai kelyar dari ruang penanganan. Meskipun wajahnya lesu Sai tetap berusaha untuk tersenyum.
" Masih belum sadar. Kita harus melakukan CT SCAN."
" Astagfirullah."
" Berdoa ya, doakan Han semoga kali ini bukan apa-apa. Alex, boleh minta tolong. Tolong bawa Yoona dan Hyejin buat istirahat."
" Ya Dokter Sai. Serahkan ini pada ku."
Sai menganggukkan kepala. Dia kembali masuk setelah memeluk sang istri dan mencium pucuk kepala istrinya. Sampai di dalam ia langsung tersungkur. Bohong kalau dirinya tidak takut dengan keadaan putranya. Terlebih saat ini bisa dikatakan bahwa kondisi Haneul tidak baik.
Bayangan masa kecil Haneul melintas di kepala Sai. Anak yang baru ia temukan setelah beberapa tahun. Anak yang ia tidak lihat bagaimana kelahirannya itu. Sungguh rasanya Sai tidak sanggup melihat Haneul yang berada dalam kondisi demikian.
" Appa mohon Han, Appa mohon jangan begini. Bangun ya nak. Appa nggak bisa ngelihat kamu seperti ini. Haneul putraku."
TBC
Lanjuut