Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32 pulang tanpa kabar
Anggita merasa seseorang sedang memperhatikannya jadi secara spontan dia mengangkat wajahnya .
"Apa kau sudah lapar ? Bagaimana kalau kita pergi makan siang dulu ."Boy melangkah ke sisi ranjang Anjas yang berseberangan dengan Anggita .
"Aku tau , tak jauh dari rumah sakit ini ada restoran yang cukup terkenal." tambahnya .
Anggita sempat berpikir , dia melihat Anjas sebelum menatap jam di dinding yang ada di sudut ruangan.
"Baiklah ."
Karena pagi tadi Anggita juga makan hanya sedikit . Sekarang juga sudah merasa lapar . Mungkin bukan hal buruk untuk pergi ke restoran dan menemukan makanan pengganjal perut sementara .
Anggita dan Boy berangkat bersama . Sesampainya di restoran yang di tuju , Anggita segera memesan makanan untuknya dan mulai melahapnya setelah makanan nya datang .
Di tengah fokusnya menghabiskan makanannya , Anggita tanpa sengaja matanya melihat sosok Reymond di dekat pintu masuk .
"Tunggu , tidak mungkin kan Reymond ada di sini ? Dia selalu ikut kemanapun Maxsim pergi . Jadi dia seharusnya berada di luar kota .pasti ada yang salah dengan penglihatan aku ." batin Anggita dan memilih mengabaikan apa yang di lihatnya .
Namun sesaat setelah itu , sosok yang tadi muncul di dekat pintu sekarang berjalan menuju tempatnya dengan seseorang yang sangat di kenalnya .
"Maxsim , bukankah dia masih ada di luar kota ? Bagaimana mungkin dia sudah kembali ." Batin Anggita gelisah .
Boy menghentikan gerakan tangannya dan menatap Anggita heran ." Apa makanannya tidak enak ? Aku akan pesan yang lain jika kamu menginginkannya ."
Pertanyaan Boy menyadarkan Anggita ."Ti - tidak ada yang salah dengan makanannya , aku suka ." jawab Anggita sambil sekikas melirik ke arah Maxsim .
"Aduh kenapa dia muncul di saat seperti ini .? Dia tidak akan salah paham kan , jika melihatku dengan Boy .?" saat Anggita masih berpikir , Maxsim tiba tiba menahan langkah kakinya lalu secara pasti mengedarkan pandangannya ke beberapa titik .
Mata Anggita melotot sempurna , tanpa banyak kata dia langsung meraih buku menu dan memasangnya di depan wajahnya .
Boy yang tidak tahu semakin bingung melihat sikap Anggita yang aneh . Dia bertanya tapi Anggita tidak memberi jawaban barang sepatah katapun untuknya .
Perhatian Anggita sepenuhnya tertuju pada Maxsim , saat pandangan Maxsim tertuju ke mejanya jantung Anggita berdegup pelan seakan berhenti berdetak . Tangan Anggita seketika berkeringat dingin . Dia menyembunyikan wajahnya tak berani mengintipnya lagi .
"Tuan apa ada masalah ." Roymond mengikuti arah pandang Maxsim tapi benar benar tidak tahu apa yang di lihat dan di pikirkan Bosnya itu . Dia melirik manager restoran yang berjalan di belakangnya .lalu memberi perintah agar cepat menyediakan tempat untuk Bosnya .
"Segera siapkan meja untuk Bos saya ."
"Ah iya , saya mengerti Tuan ."manager itu paham dan segera berdiri ke depan Maxsim sambil mengarahkan ibu jarinya mengarah ke ruangan VVIP .
"Mari Presdir Maxsim ." ucapnya penuh hormat .
Maxsim kembali menarik pandangannya ke depan . Raut wajahnya yang dingin dan acuh tak acuh kini semakin dingin dengan aura semakin mencekam . Dia melangkah mendahului manager itu dengan langkah kakinya yang tegas .
Manager restoran merasa heran begitu juga dengan Reymond .
"Pak Reymond , apa sesuatu yang buruk telah menimpa Presdir Maxsim." bisik Manager itu .
Reymond diam bergeming , sedetik kemudian menggelengkan kepala tak berdaya .
"Aku tidak tahu , yang pasti kamu harus berhati hati . Karena kemungkinan ini akan mempengaruhi masa depanmu di kita ini ."
Punggung manager itu langsung menegang dan keningnya di banjiri oleh keringat dingin ." berharap saja itu tidak akan terjadi ."gumam manager .
***
"Anggita biar aku pesan kan menu yang lain untukmu ." Boy bersikukuh dan menarik piring yang ada di depan Anggita .Anggita terkejut hingga tak bereaksi saat piringnya di ambil .perhatiannya masih tertuju pada Maxsim . Menyaksikannya pergi membuat dirinya sedikit tenang .
"Dia tidak melihatku kan ." batin Anggita . Sungguh dia tidak tahu kenapa harus bersikap demikian . Dia juga tidak melakukan kesalahan , atau sesuatu yang buruk , seperti selingkuh di belakangnya . Tetapi rasa panik itu datang tiba tiba dan tidak terkontrol .membuatnya mengambil keputusan untuk menghindari .
Semoga saja Maxsim benar benar tidak melihatnya . Atau masalah ini tidak akan berakhir dengan mudah .
Anggita akhirnya memutuskan pulang setelah melihat Maxsim di restoran . Dia tidak bisa menjelaskan banyak saat Boy bertanya alasannya meski sebelumnya berencana akan tinggal di rumah sakit lebih lama .
***
"Bi Indah kenapa tidak memberi tahuku kalau Maxsim pulang hari ini ." ucap Anggita mencari Bi Indah yang ternyata ada di taman belakang dan langsung menanyakan padanya .
Bi Indah sontak menghentikan pertanyaannya setelah mendengar pertanyaan tersebut . Alih alih memberi jawaban , Bi Indah bahkan terkejut dan bingung .
"Apa Tuan sudah pulang ? Tapi Bibi tidak mendapat kabar apapun dari asisten Reymond sampai sore ini ." untuk memastikannya Bi Indah mengeluarkan ponselnya dari saku bajunya , dan melihat kotak pesannya kosong .
Anggita juga ikut melihat kalau kotak oesan Bi Indah dari Reymond kosong , jadi dia tidak bisa mengatakan apapun .karena biasanya Bi Indah akan mendapatkan kabar terlebih dahulu dari Reymond jadi Anggita berpikir Bi Indah tahu tentang kepulangan Maxsim . Ternyata Bi Indah bahkan belum mendapat kabar kepulangannya .
Atau jangan jangan yang di restoran tadi bukan Maxsim.? Anggita tiba tiba termenung .
Namun memikirkan kembali seperti itu memang Maxsim . Karena selain melihat Maxsim dia juga melihat Reymond . Tidak mungkin ada dua orang yang mirip dan muncul di waktu yang bersamaan .
"Nyonya , bagaimana dengan makan malamnya ." tanya Bi Indah .
Ah...
Anggita langsung tersadar dari lamunannya .dia hampir lupa jika sebelumnya telah melarang Bi Indah untuk tidak menyiapkan makan malam , karena berpikir dirinya akan makan malam di luar dan pulang agak terlambat .
Tetapi situasi hari ini agak berbeda . Maxsim sudah pulang . Meski tidak tahu apakah dia akan pulang makan malam . Tetapi dia harus tetap menyiapkan makan malam .
"Bi Indah ." Anggita melihat jarum jam lalu menari nafas cukup dalam ." Aku akan membantumu menyiapkan makan malam ."
"Tapi Nyonya..."
"Tudak ada tapi Bi Indah . Bukankah semua pelayan tidak ada di sini untuk membantumu .?".
Kalimat Anggita membungkam Bi Indah . Situasi di vila saat ini jelas dia mengetahuinya . Selain dirinya dan penjaga gerbang tidak ada yang bekerja tetap. Oleh karena itu saat di rasa pekerjaan sudah selesai dan pelayan di perbolehkan pulang .
Situasi hari ini sedikit khusus dan semua pulang lebih awal . Dan tidak ada yang mengira Tuannya pulang tanpa memberi kabar .
"Ayo Nyonya , silahkan ." Bi Indah berlari menuju dapur dengan di ikuti oleh Anggita . Mereka kompak memakai apron lalu membagi tugas untuk mulai memasak .
Namun ada satu hal penting yang hampir terlewatkan saat memeriksa lemari es ., tidak ada bahan makanan yang dapat di gunakan .