Anastasia, wanita berhijab itu tampak kacau, wajahnya pucat pasi, air mata tak henti mengalir membasahi wajah cantiknya.
Di sudut rumah sakit itu, Ana terduduk tak berdaya, masih lekat diingatannya ketika dokter memvonis salah satu buah hatinya dengan penyakit yang mematikan, tumor otak.
Nyawanya terancam, tindakan operasi pun tak lagi dapat di cegah, namun apa daya, tak sepeser pun uang ia genggam, membuat wanita itu bingung, tak tahu apa yang harus di lakukan.
Hingga akhirnya ia teringat akan sosok laki-laki yang telah dengan tega merenggut kesuciannya, menghancurkan masa depannya, dan sosok ayah dari kedua anak kembarnya.
"Ku rasa itu sudah lebih dari cukup untuk wanita rendahan seperti mu... ."
Laki-laki kejam itu melempar segepok uang ke atas ranjang dengan kasar, memperlakukannya layaknya seorang wanita bayaran yang gemar menjajakan tubuhnya.
Haruskah Anastasia meminta bantuan pada laki-laki yang telah menghancurkan kehidupannya?
IG : @reinata_ramadani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinata Ramadani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biaya Operasi
°°°~Happy Reading~°°°
Laki-laki itu tengah berkutat dengan pekerjaannya, tangannya dengan lihainya menorehkan tinta hitam di atas berkas kerjasama atas proyek baru yang akan di jalankannya.
Sejenak laki-laki itu terdiam, pikirannya tiba-tiba melayang pada kejadian siang tadi dimana ia bertemu kembali dengan perempuan yang dulu pernah menghabiskan malam bersamanya.
Otaknya mulai menerka. Sikap yang berbeda, ketakutan yang jelas kentara, sungguh semua hal itu begitu mengusik hatinya.
"Felix, ke ruanganku sekarang."
Tak selang beberapa menit, Felix kini sudah berada di dalam ruangannya, menanyakan apa gerangan yang membuat sang bos kini tiba-tiba memanggil dirinya.
"Fel, tidakkah kau melihat ada yang janggal?"
Felix mengernyit bingung, "maksud tuan?"
"Perempuan itu--dia sangat mencurigakan."
"Dulu, saat dia meminta uang padamu, dia terlihat sangat angkuh. Tapi tadi-- entahlah. Dia seperti ketakutan. Ini sangat mencurigakan."
"Apa ada yang dia sembunyikan dariku?"
Felix terdiam sejenak. Sebenarnya ia mencurigai sesuatu. Tapi ia pun tak ingin sembarangan menuduh. Takut ia hanya salah curiga.
"Apa perlu saya mencari tau tentang nona Ana, Tuan?"
"Ya. Kamu coba cari tau. Laporkan padaku secepatnya."
Tak sampai setengah jam, Felix kembali ke ruangan Marcus hendak melaporkan hasil pencariannya. Tak sulit mencarinya, karena data diri Ana tercatat di rumah sakit mereka.
"Nona Ana memiliki sepasang anak kembar. Putranya kini di rawat di rumah sakit kita karena mengidap tumor otak, dan putrinya adalah Maurin, gadis kecil yang tadi bertemu dengan anda. Nona Ana meminta uang pada anda, sepertinya untuk biaya operasi putranya, karena operasinya di daftarkan sehari setelah beliau menerima uang dari anda."
Marcus masih tak mengerti. "Lalu dimana suaminya. Apa dia tidak bisa mencari uang hingga dia meminta uang dariku?"
"Nona Ana belum menikah tuan."
Marcus mengernyit, "Maksudmu?"
"Nona Ana tidak pernah menikah. Status dalam data dirinya jelas menunjukkan jika nona Ana masih single."
"Single? Jadi--"
Brakkk...
Pintu yang dibuka dengan kasar, membuat kedua laki-laki itu terkejut dan sontak menatap ke ujung pintu.
"Ma, Pa... ."
Marcus seketika bangkit dari duduknya, langkah kakinya mengalun mendekat pada kedua orangtuanya yang tampak menunjukkan kemarahan yang membuncah.
"Ada apa kalian-- Ahhhh..." Laki-laki itu sontak menjerit kesakitan saat tangan itu dengan lancangnya memelintir telinga kanannya.
"Mom... What happen, kenapa mama seperti ini, ahhh..." Kepalanya mengikuti gerakan mama Elena yang semakin brutal.
"Dasar kamu ya. Selalu saja buat ulah. Dasar anak nakal." Puas menjewer, perempuan itu ganti memukuli punggung sang putra.
"Maksud mama apa?"
"Dasar ya Marcus. Suka buat mama jantungan aja." Perempuan itu seolah tak puas hanya dengan satu dua pukulan. Pukulan bertubi ia layangkan di punggung kekar itu. Meski mungkin tak akan berasa sakit sedikitpun, namun ia hanya ingin meluapkan kemarahannya yang sudah sampai ubun-ubun.
"Pa? Ada apa?" Laki-laki itu melempar pandang pada sang papa, meminta penjelasan.
Namun tuan Regar seolah tak perduli. Laki-laki itu hanya duduk tenang membiarkan sang istri meluapkan kemarahannya pada sang putra.
"Masih tanya kenapa? Kamu sudah mengh*mili perempuan baik-baik Marc. Dan kamu masih tanya kenapa?"
"Maksud mama apa? Mengh*mili siapa?"
"Kamu dulu pernah memperk*sa perempuan Marc, apa kamu tidak ingat itu? Kau melupakannya? Dasar..." Dan satu pukulan keras kembali melayang di punggung kekar itu.
"Memperk*sa? Aku tidak pernah mom. Aku hanya pakai perempuan dari klub nya Mathieu."
"Astaga Marc." Mama Elena benar-benar tak habis pikir. "Kamu menolak menikah hanya untuk menyia-nyiakan benihmu?"
"Oh astaga. Papa, dia bukan putraku." Mama Elena yang kesal kini memilih duduk saja. Rupanya marah-marah sangat melelahkan juga.
"Sebenarnya kalian kenapa? Memperk*sa? Siapa yang ku perk*sa? Selama ini aku selalu main aman."
"Main aman?" Tuan Regar menatap sinis pada sang putra. "Tapi kenapa sampai bisa kecolongan? Dan kau melakukannya dengan perempuan baik-baik, Marc."
Membuat Marcus menghela nafas jengah, tak tau kemana arah pembicaraan ini sebenarnya.
"To the point aja pa. Siapa yang ku perk*sa. Papa punya buktinya?" Tantang Marcus.
Membuat tuan Regar seketika mengeluarkan selembar kertas dari saku jas nya. Melemparkannya di hadapan Marcus yang langsung dengan sigap mengambilnya.
99,99%.
Kecocokan genetik itu tak lagi dapat dielak. Namun Marcus, laki-laki itu bahkan tak percaya dengan kekuasaan sang papa yang jelas dapat memanipulasi apapun sesuai keinginannya.
"Papa bisa saja memanipulasinya."
"Papa tidak segila itu sampai memalsukan tes DNA, Marc."
"Papa dapat dari mana semua ini."
"Steavee."
"Steavee? Bagaimana bisa?"
🍁🍁🍁
Annyeong Chingu
Happy reading
Saranghaja 💕💕💕