Mencintainya adalah sebuah keputusan..
Sifat perhatian padaku menutupi pengalihannya...
Yang dia kira...dia yang paling disayang, menjadi prioritas utama, dan menjadi wanita paling beruntung didunia.
Ternyata semua hanya kebohongan. Bukan, bukan kebohongan tapi hanya sebuah tanggung jawab
.
.
.
Semua tak akan terjadi andai saja Arthur tetap pada pendiriannya, cukup hanya dengan satu wanita, istrinya.
langkah yang dia ambil membawanya dalam penyesalan seumur hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lupy_Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
saat matahari sudah terbenam, pasangan itu kembali ke penginapan mereka. Setelah membersihkan diri, Arthur pergi meninggalkan kamarnya.
Begitu Livia keluar dari kamar mandi, ia dibuat heran tidak melihat suaminya
'Dia dimana ya?' batinnya
"Ar...?...Arthur...? Sayang kamu dimana?"...
Livia mengelilingi kamar mereka namun nihil, Arthur tak terlihat sama sekali
langkahnya membawa ia ke balkon.. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Tiba² sebuah tangan melingkar di perutnya, Livia sangat mengenali tangan itu siapa lagi kalau bukan Arthur
Namun setelahnya ia dikejutkan dengan tangan yang menggenggam sebuket bunga dihadapannya.
"Ini untukmu" ucap lirih Arthur lalu mengecup pipi istrinya
"Kau sangat manis sekali" mengusap rahang suaminya
"kamu tidak lupa kan dengan janjimu?"
Livia berbalik badan melingkarkan tangannya dileher suaminya
bukannya menjawab, Livia langsung menyerang bibir Arthur, suaminya pun tak tinggal diam.. Arthur mengangkat Livia dalam gendongannya ala koala tanpa melepaskan tautan mereka menuju ranjang
Kalian pasti tau kan apa yang terjadi setelahnya?
Kamar itu dipenuhi desahan kedua pasangan yang sedang menikmati kesenangan duniawi
Mereka melewati hari² dengan bahagia selama honeymoon
.
.
.
.
.
.
5 hari sudah pasangan itu menikmati honeymoon mereka, kini mereka sudah berada divilla menjalani aktivitas seperti biasa. Arthur akan kembali disibukkan dengan banyak jadwal karena ia akan memimpin perusahaan yang ia dirikan sendiri diLondon.
Perusahaannya yang berada di madrid merupakan perusahaan milik keluarga. Ia ingin berdiri dengan kakinya sendiri maka dari itu selama bertahun² Arthur menjadi seorang workaholic, gila kerja. Sampai sekarang pun tetap seperti itu.
Dengan kerja keras dan kepintarannya ia mampu mengembangkan perusahaannya sendiri dalam kurun waktu kurang dari 3 tahun. Perusahaan itu ia beri nama ATR CORPORATION.
Meski begitu ia tidak akan meninggalkan statusnya sebagai mafia.
pagi ini ia akan ke perusahaannya sendiri, Livia dengan telaten melakukan tugasnya menyiapkan pakaian serta sarapan
"Hati-hati dijalan sayang" Livia mengantar suaminya sampai kedapan
"Hm..jaga dirimu baik²" Arthur mengecup lama kening istrinya
.
.
.
Hari² mereka jalani sebagai pasangan suami istri, semua berjalan dengan lancar. Tak terasa 1 tahun sudah mereka lewati
Pagi hari Livia sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapannya, ada pelayan yang membantunya. Padahal Arthur sudah melarangnya masuk kedapur tapi Livia tak ingin berdiam seharian dirumah, dia akan bosan
Arthur menghampirinya didapur dengan langkah terburu²
"Aku harus kekantor sekarang" walaupun terburu² Arthur masih sempat mencuri kecupan dipipinya
"Kau belum sarapan sayang!" teriak Livia namun Arthur sudah menghilang dibalik dinding itu
Livia menatap wajan berisi lauk udang saus dihadapannya, padahal rencananya hari ini dia ingin sekali sarapan dengan suaminya.
"bi.."
"ya nyonya?"
"hangatkan lauk ini untuk nanti jam 10, aku akan membawakannya untuk suamiku"
"baik nyonya"
.
.
Jam 10 ...
Kini Livia telah sampai di lobi perusahaan suaminya.
"Selamat datang nyonya.." sapa ramah Pegawai resepsionis itu, Livia mengangguk tersenyum membalas sapa nya.
Langkah kakinya telah sampai di depan ruangan CEO, baru saja akan meraih gagang pintu namun ada yang menariknya dari dalam, ternyata suaminya
Arthur terkejut dengan kehadiran istrinya karna sebelumnya tidak ada pemberitahuan dari anak buahnya
"sayang... Kamu disini? Kenapa tidak menelepon sebelumnya"
" aku mengantarkan makanan untukmu, kamu belum sarapan tadi kan? Jadi aku inisiatif membawa ini" ucapnya sambil mengangkat paperbag
"aku ada meeting sekarang, sebaiknya kamu tunggu aku didalam"
"tidak Ar... Aku mengantar ini saja, aku mau ke suatu tempat"
"baiklah, kabari aku jika terjadi sesuatu. Dan ingat ini, jangan menghilang dari pandangan Kei"
"oke"
"anak pintar" Arthur mengecup kening istrinya kemudian berlalu dari sana
Setelah menaruh bekal diruangan, Livia segera pergi ke tempat tujuannya
.
.
Dan sampailah Livia di tujuannya, kakinya membawanya masuk kedalam tempat itu
"permisi, aku ingin membeli Testpack"
.
.
.
.
Sekarang Livia sudah berada dikamar mandi menunggu kepastian dari 3 tespack yang sudah berjejer di wastafel.. Setelah 1 menit menunggu, livia dengan keraguan melihat garis merah itu
Tes...
setetes air mata jatuh, lama² semakin deras
"hiks..." Livia membuang testpack itu ke tong sampah
Dirinya sungguh kecewa, ini sudah kesekian kali ia mencoba namun nihil. Apa ia dan Arthur kurang berusaha?.. Mereka sudah melakukan tes kesuburan dan hasilnya semua baik² saja
Livia sudah melakukan semua yang disarankan dokter, bedrest, makan makanan sehat, semua sudah dilakukan... Livia ingin sekali memiliki seorang anak, ia sungguh kesepian disini.. Arthur lebih sering meninggalkannya dirumah. Dengan adanya seorang anak Livia bisa menghabiskan waktu bersama untuk anaknya
'mungkin tuhan punya rencana lain'
.
.
.
Sementara itu Arthur sedang melakukan kunjungan dilokasi proyeknya...
Drrt...Drrrt..
"katakan!"
'........'
"Hm... Aku akan segera kesana"
Arthur mengetatkan rahangnya setelah menerima laporan dari anak buahnya.
"Rey...kau urus Proyek ini sementara aku pergi" sang asisten yang mendengar itu dibuat menganga, tak percaya pada apa yang tuan bosnya katakan, ini sudah seringkali terjadi.. Arthur melemparkan tanggung jawab perusahaan pada asistennya
Pernah waktu itu..saking lelah memikirkan berkas² perusahaan, Rey terkena tipes sampai harus dirawat dirumah sakit. Tapi pekerjaannya tetap ia kerjakan, Arthur selalu memberi apresiasi pada kerjaannya menaikan gaji dan memberinya bonus besar maka dari itu Rey merasa miris sekaligus senang
Dari perintah mutlak itu ia tak bisa menolak
.
.
.
Livia yang sedang istirahat setelah menangis berjam² merasa terganggu dengan nada panggilan diponselnya. Dengan rasa malas tanpa melihat siapa pelakunya dia menekan tombol hijau dilayar itu
"Hm..."
'sayang... Aku tidak akan pulang dalam 3 hari kedepan, ada urusan diklan..aku harap kamu mengerti. jaga dirimu baik²'
tut...
Panggilan itu dimatikan sepihak oleh Arthur
Ini sudah kesekian kalinya... Ia kesal dengan suaminya, namun inilah risiko menikah dengan seorang workaholic, sangat gila kerja. Arthur memang perhatian dan diam² romantis walau wajahnya sangat dingin, tapi Livia terlanjur mencintainya
"huuuuft..." Livia memilih melanjutkan tidurnya
.
.
.
Keesokan harinya Livia diikuti Kei dari belakang menyusuri hutan untuk joging pagi... Mereka sudah berjalan 15 KM, Livia memilih istirahat sementara di batang pohon yang sudah tumbang dengan Kei yang tak jauh duduk disebelahnya
"Kei... Apa kau pernah jatuh cinta?"
Kei menatap Livia dari samping dengan tatapan yang sulit diartikan, "Hm... kenapa anda bertanya seperti itu nyonya? Aku manusia normal sudah pasti pernah jatuh cinta" menormalkan kembali ekspresinya menatap kedepan
"jangan terlalu formal Kei, panggil aku dengan nama saja. Apa kau mau jadi temanku?" Livia mengulurkan tangan dan memiringkan kepala
Kei yang menatap uluran tangan itu kemudian menjabat tangannya
Senyum Livia mengembang..." oke sekarang kita adalah teman, kita bisa berbagi cerita dan melakukan berbagai hal lainnya seperti orang yang dilakukan pada temannya"
Kei menatap kasihan pada majikannya, sungguh miris. Memiliki suami tapi seperti seorang gadis yang belum menikah, bahkan publik pun tidak tau seorang istri dari Arthur Brayn Moreno, mungkin ada yang tau sebagian. Mereka yang mengetahui statusnya dilarang mempublikasikan, karna ini demi keselamatan sang nyonya
Mereka banyak bercerita tentang hal² baru, bukan... Tapi Livia yang lebih mendominasi karna Kei lebih banyak diam dan mendengarkan
"kau tau kei... Daddy ku pernah bilang bahwa aku masih memiliki seorang kakek, tapi aku tidak pernah mengetahui dimana ia berada"
"nona..mungkin saja kakekmu juga sedang berusaha menemuimu disuatu tempat"
"Kei sudah aku bilang panggil aku dengan nama saja, mungkin kau benar tentang hal itu, kuharap."
'seandainya kau tahu, kakekmu mengirimku untuk menjagamu. Bagaimana reaksimu?' Kei hanya mampu berucap dalam hati, ini belum saatnya ia bicara. Nanto akan ada waktunya
.
.
.
.
.
.
Haaai... Salam rindu untuk kalian yang sudah membaca Chapter ini😊😊😊
Seperti biasa tinggalkan jejak komentar, like, vote, serta beri gift😚🥰
TBC.....